[caption id="attachment_30" align="alignleft" width="300" caption="Tugu Perang Kamang yang terletak
di Simp. Pintu Koto Nagari Kamang Hilir
foto diambil dari arah Pakan Salasa"][/caption]
Tahukah engku apa gerangan makna dari keempat patung yang terdapat pada tugu yang ada di Pintu Koto? Pada awalnya sayapun tak faham mengenai perkara tersebut. Namun setelah membaca sejarah Perang Kamang maka semakin terasa teranglah semuanya. Adakah engku tahu mengenai sejarah Perang Kamang?
Sungguh sangat menyedihkan nasib negeri kita, tak ada yang berminat mendalami sejarah negeri. Bagaimana kan faham sejarah Negara kalau sejarah negeri sendiri saja tak tahu. Dan yang paling menyakitkan ialah, kita juga basipakak banak terhadap Sejarah Islam. Makanya banyak yang tak faham agama pada masa sekarang, sangat mudah beralih keyakinan ataupun memiliki keyakinan menyimpang. Faham engku maksud saya dengan Keyakinan Menyimpang? Iaitu faham-faham semacam Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme.
Baiklah engku, telah jauh kita menyimpang dari pokok cerita kita, marilah kita lanjutkan. Menurut pemahaman saya, setiap patung pada tugu tersebut mewakili masing-masing tokoh yang berperan dalam pemberontakan kita orang Kamang. Tahukah engku siapa saja tokoh-tokoh Perang Kamang? Ah.. lupa saya, engku sekalian kan tak tahu sejarah Perang Kamang.[1]
Terdapat beberapa orang tokoh dalam pemberontakan tahun 1908, namun tampaknya hanya empat orang saja yang diambil untuk dijadikan patung. Saya yakin tentunya panitia memiliki alasan tersendiri. Nah, engku sekalian marilah saya beritahu:
Patung pertama ialah seorang datuk yang menunjuk ke arah Joho dengan ekspresi menyeringai, tentunya engku sekalian sudah tahu siapa itu gerangan? Ya, ya benar..beliau ialah Datuak Rajo Pangulu sang Panglima Perang Kamang. Kampungnya di Gurun Jorong Joho. Salah seorang kamanakannyalah yang membiayai pembuatan tugu ini.
Patung kedua ialah seorang perempuan yang sedang berteriak sambil mengayunkan kalewang. Nah, untuk yang satu ini engku-angku tentu juga ada yang tahu. Beliau adalah Siti Aisyah isteri Datuak Rajo Pangulu yang masih muda dan katanya cantik pula. Perempuan muda nan cantik ini merupakan orang yang keras hati, karena kekerasan hatinyalah dia ikut pergi berperang sambil menyamar menjadi laki-laki. Walau sudah dilarang, namun beliau masih tetap bersikeras ikut berperang, akhirnya beliau mati dibunuh oleh tentara Belanda ketika sedang berisitirahat minum.
Patung yang ketiga tentunya engku-engku dapat menerkanya bukan. Benar itu patung seorang ulama, tapi tahukah engku siapa gerangan ulama yang dimaksud? Ah, saya faham ada diantara engku-engku yang berat lidahnya untuk menyebutkannya bukan? Kesal kepada saudara kita di Mudiak dengan kepongahan mereka atas Sejarah Perang Kamang ini. Kita menghormati mereka namun tidak demikian agaknya dengan mereka, bukankah begitu engku?
Patung yang ketiga ini ialah Haji Abdul Manan, salah seorang ulama dari Bansa yang sekarang nagarinya bernama Kamang Mudiak. Pada masa 1908, beliau ini juga mengajar pada salah satu surau di Bungo Tanjuang. Dan menurut beberapa kabar, beliau ini juga memiliki isteri di nagari kita. Nah, Haji Abdul Manan inilah yang menawarkan diri untuk melakukan organisasi dengan orang-orang di Mudiak. Hal ini dilakukan oleh beliau ialah setelah rapat dengan orang-orang di Hilia sepulangnya Garang Datuak Palindih dari rapat di Bukittinggi.
Tahukah engku siapa gerangan orang pada patung berikutnya? Tak banyak yang tahu memang, beliau ini ialah kamanakan dari Angku Lareh Garang Datuak Palindih yang bernama Ahmad Wahid gelar Kari Mudo. Beliau ini merupakan tokoh pemuda, yang melakukan organisir terhadap para pemuda di Nagari Kamang ini.
Begitulah engku kira-kira makna dari patung-patung tersebut. Tapi menurut pendapat kami, eloklah kiranya jikalau engku pelajari Sejarah Perang Kamang lebih lanjut. Sebab dengan begitu akan bertambah jua ilmu kita, siapa tahu saya silap dalam memberikan panafsiran, maka akan dapat engku luruskan nantinya. Insya Allah.
[1]Sebentar ini saya mendapat bisikan, kata kawan saya yang membisikkan kepada saya, “engku-engku bukannya tak tahu, melainkan tak mau tahu..” benarkah demikian engku?
Mohon informasinya tentang masjid Wustha Kamang dan Panti Asuhan Aisyiah Kamang. koordinatnya berapa?
BalasHapusKalo dari simpang tanjung alam kira2 berapa jauh.
Saya ingin main kesana, karena ada teman yg tgl dekat dengan masjid Wustha Kamang
Maaf engku, kalau koordinat kami belum dapat memberi tahu. Namun untuk ke Masjid Wustha dari Simpang Tanjuang Alam, kurang lebih berjarak 8 Km. Engku lurus saja berjalan dari Simpang Tanjuang Alam tersebut. Kemudian ketika sampai di Simpang Kapau (Simpang-3) dimana disana terdapat sebuah tugu, engku berbelok arah ke kanan. Selepas itu engku terus saja berjalan mengikuti jalan besar.
BalasHapusAkan ada beberapa simpang, seperti Simpang Empat Mato Aia, engku lurus saja, Simpang Bukik KUliriang (ikuti saja jalan besar/jalan beraspal beton), kemudian Simpang Tigo Magek (lurus saja), Simpang Empat Magek-sebelum Pakan Salasa (lurus saja), dan terakhir Simpang Ampek Pintu Koto dimana disana terdapat Tugu Peringatan Perang Kamang, engku lurus saja. Selepas itu engku akan segera bersua dengan Masjid Wustha.
Panti Asuhan Aisyah terletak tepat di muka Masjid Wustha. Nama Kampungnya ialah Ampang Jorong Ampek Kampuang.
Siapakah nama kawan engku kira-kira?