Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label falsafah

Kepribadian Minang VI- Orang Minang Mengutamakan Rasa

[caption id="" align="aligncenter" width="1600"] Gambar: https://suprizaltanjung.wordpress.com [/caption] Dunsanak pandanga, kamanakan nan Ambo hormati. Kebudayaan adalah produk dari prilaku dan sikap mental masyarakat suatu daerah. Dan seni sastra nan tertuang dalam tambo, dalam kaba atau dilukis di bait pantun, papatah, bidal, syair dan ungkapan merupakan cermin dari perwatakan urang Minangkabau. Sesuai dengan kepribadiannyo, urang Minang jarang manyatokan sesuatu sacaro gamblang, secaro terbuka atau  to the point  istilah kerennyo. "A... kalau baitu urang awak ko ndak praktis mah datuak.."

39. Falsafah Pakaian Pangulu & Bundo Kanduang: Pakaian Bundo Kanduang & Kesimpulan

PAKAIAN BUNDO KANDUANG Seperti pakaian pangulu, pakaian Bundo Kanduang tidak sekadar berfungsi sebagai penutup bagian tubuh, tapi memiliki nilai-nilai simbolik bagi orang yang memakainya—Bundo Kanduang. Secara umum, pakaian Bundo Kanduang terdiri dari 6 (enam) bagian: 1) Tangkuluak Tanduak , 2) Baju Batanti ( Baju Batabua ), 3) Saruang Lambak , 4) Kaluang 4) Cincin dan Subang , 5) Galang , dan 6) Selop ( Tarompa ). Setiap bagai pakaian Bundo Kanduang memiliki makna simbolik masing-masing.

38. Falsafah Pakaian Pangulu & Bundo Kanduang: Pakaian Pangulu

PAKAIAN PANGULU Deta yang sering juga disebut dengan Destar adalah bagian pakaian pangulu yang digunkan untuk tutup kepala. Deta ini menyimbolkan kemampuan akal pikiran seorang pangulu yang tidak gampang ditafsirkan oleh orang lain. Lipatan atau kerutan deta melambangkan kemampuan seorang pangalu menyimpan rahasia dibalik cara berfikirnya yang sangat kompleks. Namun, dibalik itu semua, deta selalu terpasang longgar di kepala seorang pangulu yang melambangkan kelonggaran dan keluasan pikiran seorang pangulu yang penuh kearifan dan kehati-hatian. Falsafah deta dapat difahami dari rangkain pantun adat berikut ini.

37. Falsafah Pakaian Pangulu & Bundo Kanduang: Pendahuluan

PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28I mengamanahkan bahwa identitas budaya harus dihormati selaras dengan perkembangan zaman. Pakaian adat adalah salah satu identitas budaya sebuah suku bangsa yang harus dihormati dan dilestarikan. Tingginya peradaban dan kebudayaan sebuah suku bangsa terlihat dari corak, model, dan kualitas pakaian adatnya. Minangkabau, sebagai sebuah etnik besar, memiliki tradisi dan budaya berpakaian yang telah sangat lama dan berkembang sesuai dengan perkembangan peradabannya. Pada saat adat dan budaya Minangkabau disingkronkan dan diselaraskan dengan Ajaran Islam, maka corak dan model pakaian Minangkabau mengikuti Syari’at Islam. Dengan demikian, pakaian adat Minangkabau jelas mencerminkan identitas Minangkabau yang menjujung tinggi falsafah adat bersandi syara’-syara’ basandi Kitabullah.

MODUL 2 UNDANG DAN HUKUM ADAT MINANGKABAU & Pendahuluan

MODUL 2 UNDANG DAN HUKUM ADAT MINANGKABAU DESKRIPSI UMUM Modul ini memuat materi tentang undang dan hukum adat Minangkabau yang pada dasarnya tercakup dalam Limbago Nan Sapuluah : 1) C upak Nan Duo, 2) Kato Nan Apek , dan 3) Undang Nan Apek . Untuk mengatar ke pemahaman tentang undang dan hukum adat, modul ini juga menyinggung tentang falsafah, ideologi dan teologi adat Minangkabau, serta sumber hukum adat Minangkabau. TUJUAN PENGAJARAN Tujuan Umum Secara umum, tujuan modul ini adalah meningkatnya wawasan dan pemahaman peserta ( pamangku adat ) tentang undang dan hukum adat Minangkabau. Tujuan Khusus: Secara khusus perserta dapat menjelaskan tentang: Falsah, Ideologi, dan teologi adat Minangkabau Sumber Hukum Adat Minangkabau Hirarkhi Adat Minangkabau Limbago Nan Sapuluah Sumbang Cando Parampuan Nan Duo Puluah

Falsafah Tukang Kayu Minangkabau

[caption id="" align="aligncenter" width="702"] Gambar: https://www.wonderfulminangkabau.com [/caption] Tukang Kayu yang ahli tidak pernah membuang kayu (7.47) Yang panjang diambil untuk paran , Yang singkat untuk anak janjang, Yang besar jadi rasuak Yang kecil untuk pasak tiang Yang bulat jadi tonggak Yang pipih untuk jadi papan Bahkan yang bungkukpun dapat dijadikan kasau laua di gonjong Catatan:  Diambil dari curaian Yus Dt. Parpatiah