Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label cara lama

Perjodohan (Fasal.3)

Mangarumahan Urang [1] (Fihak Perempuan) Setelah kepastian telah didapat mengenai nasib Si Buyuang dan Si Upiak maka fihak perempuan kemudian mengadakan acara Mangarumahan Urang. Gunanya ialah untuk memberitahu kepada sekalian karib kerabat kalau Si Upiak telah dapat jodohnya, telah bersua ruas dengan buku. Itulah makna sesungguhnya dari acara ini. Yang diundang ketika acara ini ialah amai-bapak [2] , beragam cara orang mengadakan acara ini, namun tiangnya ialah sesuai kemampuan. Bagi yang sanggup maka mereka akan mengundang rang sumando dari seluruh anggota suku namun bagi yang tidak maka yang patut-patut saja. Maksudnya yang patut ialah yang dekat hubungannya, seperti kemudian ialah bako, setelah itu seluruh kaum kerabat.

Perjodohan (Fasal.5)

[caption id="" align="aligncenter" width="750"] Gambar: http://www.hipwee.com [/caption] Batando (jalannya) Digelari juga oleh orang dengan sebutan Batuka Cincin. Dalam adat di kampung kita, acara batando ini berlangsung di rumah keluarga fihak lelaki. Dimana mamak-mamak dari fihak perempuan mendatangi rumah keluarga fihak lelaki. Kedatangan ini tentulah telah direncanakan dan diberitahukan. Sedangkan fihak lelaki telah bersiap dalam menanti. Karena acara dipusatkan di rumah lelaki, maka fihak lelaki jauh-jauh hari telah mempersiapkan segala sesuatunya. Para ibu-ibu semenjak beberapa hari nan lalu telah sibuk ke dapur, sibuk membuat masakan untuk dihidangkan pada hari batando. Diimbau lah segala dunsanak untuk ka dapua , karena Si Buyuang hendak batando. Sedangkan di fihak lelaki, selain dari mamak dan sudara-saudara sesuku juga diundang amai-bapak [1] dan bako. Yang hadir dari fihak bako tidak hanya saudara perempuan ayah melainkan juga saudara lela...

Perjodohan (Fasal.6)

Ma-etong Ari (Menghitung Hari) Menghitung hari merupakan suatu istilah yang dipakai oleh orang kampung kita. Merupakan suatu masa selepas batando, dimana kedua keluarga mulai menaksir hari yang tepat untuk diberlangsungkannya acara pernikahan anak-anak mereka. Tidak ada ketentuan yang pasti bilakah masanya selepas batando itu para manti [1] mulai pulang pergi antara kedua keluarga. Manti yang dimaksudkan disini ialah utusan dari kedua belah fihak yang berdiplomasi ke rumah fihak lain. Merekalah penyampai pesan dan pemberi kabar, Manti merupakan orang yang paling berperan dalam perkara menentukan hari ini.

Perjodohan (Fasal.4)

Batando (Hal-Ihwal) [caption id="attachment_1644" align="alignleft" width="300"] Hamparan sawah di Joho[/caption] Secara harfiah (bahasa) dapat diterjemahkan sebagai bertanda, yang berasal dari kata tanda dan diberi awalan ber-. Banyak orang Kamang yang memahaminya sebagai bertunangan dalam adat orang Indonesia lainnya. Namun sesungguhnya kedua perkara tersebut ialah berlainan pada hakikatnya. Batando dalam Bahasa Minangkabau berasal dari kata tando yang diberi awal ba-. Batando maknanya ialah bahwa lelaki atau perempuan pada mata bathin bahwa mereka telah memiliki ikatan. Lalu engku dan encikpun bertanya “Bagaimana cara melihat tanda bathin itu tuanku?” Tentulah tak dapat dilihat begitu saja dengan mata zahir, melainkan hendaklah dicari tahu dengan bertanya. Jadi jangan sembarang meminang anak orang, bertanyalah!! Itulah yang kurang di kita pada masa kini “Bertanya ialah tanda orang pandir!!” anggapan orang sekarang. Dan sebagian besar orang tak...

Perjodohan (Fasal.2)

Manuruk (Manuruik, Meminang) Pada tulisan yang dahulu telah kami jelaskan langkah awal dalam mencari jodoh untuk anak-kamanakan di kampung kita ini. Maka apabila kata sepakat telah didapat maka dilanjutkanlah kepada langkah selanjutnya. Setelah jelas keputusan dari Si Buyuang , dan telah mendapat kabar pula Si Upiak , maka itulah pertanda pernikahan akan menjelang. Kedua keluarga akan segera bertautan, hubungan kerabat akan bertambah, dan tali silaturahim akan diperpanjang. Maka dikabarilah mamak kedua belah fihak, disampaikanlah “ Si Buyuang/Si Upiak telah gedang [1] , yang dahulu bajunya lapang sekarang telah menjadi sempit, dahulu pekawan sekarang telah bersobok [2] dengan jodohnya, telah bersua ruas dengan buku, telah didapat tulang rusuk nan hilang/ telah didapat imam untuk Si Upiak.. ” Dijelaskan pula oleh orangtua Si Buyuang kepada mamak yang mendapati “ B eberapa masa yang lalu telah datang menurut kepada kita Sutan Fulan, kamanakan Datuak Itu dan bersukukan Anu. Bertanya pe...