Perihal Penyelenggaraan Nagari Beberapa waktu yang lalu kami menghadiri perhelatan pernikahan salah seorang ipa [1] kami, kami duduk bersebelahan dengan salah seorang inyiak-inyiak yang telah berusia sekitar 70 tahunan. Beliau merupakan urang sumando di Nagari Kamang. Namun begitu, tampaknya beliau telah menganggap bahwa Kamang sebagai nagari kedua atau nagari asalnya. Dalam percakapan kami, beberapa kali beliau menyebut “kalau di awak” atau “kalau di kampuang awak” atau “kalau di nagari awak”. Sebagai orang tua, pengalamannya telah banyak dalam hal kepemimpinan serta permasalahan yang menyangkut di dalamnya. Salah satu pokok percakapan kami ialah mengenai permasalahan dan kepemimpinan di nagari kita. Pertama dalam arena perpolitkan nagari, yang kami maksudkan dengan perpolitikan di nagari bukanlah politik yang layaknya kita saksikan di media televisi ataupun yang terjadi di daerah. Melainkan konflik kepentingan yang menyangkut kekuasaan, pengaruh, dan wibawa dari masing-masi...