Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label jeruk

Ramadhan Mubarak (2017)

[caption id="" align="aligncenter" width="660"] Gambar: https://id.pinterest.com [/caption] Ramadhan, bulan puasa kata orang kampung kita. Bulan nan dinantikan, dan teramat diidamkan oleh umat muslim. Sebelum ketibaannya, ramai orang membersihkan diri, meminta maaf lahir dan bathin agar diterima segala amalan di bulan nan mulia, nikmat terasa setiap harinya. Membersihkan diri, balimau kata orang Minang. Limau atau jeruk merupakan buah nan banyak manfaat, baik untuk kesehatan dan baik pula dipakai untuk membersih kulit. Limau ialah buah pembersih, dengan limau anasir-anasir berbahaya di dalam dan luar badan dapat dibersihkan.

Kudo Palajang Bukik

[caption id="" align="aligncenter" width="800"] Sumber Gambar: Disini [/caption] Apabila kami kenang-kenang kembali kejadian nan telah lalu dan kejadian-kejadian nan selalu berlaku setiap tahun serta kejadian-kejadian nan serupa tapi tak sama maka teramat sedihlah hati kami ini. Sebab apabila perkara ini dibiarkan berlaku maka besar kemungkinan masyarakat di nagari kita akan jadi  kudo palajang bukik. Ah, tentulah engku, rangkayo, serta encik sekalian kesal "Apa nan Tuanku hendak sampaikan ini ha..?" Begini engku, rangkayo serta encik sekalian. Berdasarkan pengalaman kami nan sedikit di rantau orang ini. Kami dapati dalam sistem ekonomi nan dipakai dan dijalankan oleh orang-orang zaman sekarang ialah para pedagang selalu orang nan diuntungkan dalam dinamika "permainan harga pasar" oleh oknum jahat. Nan merasai ialah para produsen dalam hal ini para petani. Cobalah engku, rangkayo, serta encik tengok? Tatkala harga barang-barang kebutuh...

Yang Terkenang akan Kamang

[caption id="attachment_1538" align="alignleft" width="300"] Lambang Nagari Kamang Hilia[/caption] Beberapa masa yang lalu kami bersua dengan seorang engku yang rupanya berasal dari salah satu nagari di Luhak Agam ini. Kami bercakap-cakap perihal orang kampung, maklumlah engku orang rantau kalau bersua dengan orang-orang yang sekampung pastilah bernostalgia. Memanglah nagari kami tak sama, namun di rantau orang asalkan masih orang Kamang Magek, Tilatang Kamang, Bukittinggi, Luhak Agam, atau Minangkabau maka kita akan langsung merasa dekat. “Tidak tuanku, maota saja engku ini! Kalau benar kenapa saya tidak merasakan hal yang serupa?” tanya engku dan encik kepada kami. “Memanglah benar demikian, sebab masing-masing orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda pula. Namun pernyataan kami di atas seperti kata orang sekarang iala menjeneralisir. ” Begitulah engku dan encik sekalian. Engku tak begitu lama kami bercakap-cakap, maka kemudian datanglah kawan engku ...