Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label idul fitri

Selamat Hari Raya Aidil Fitri 1440 H

Hari Raya masanya berkumpul, ayah bunda, kakak dan adik. Manalah kamanakan semua marilah kampung dijelang, rumah gadang nan hampir rubuh lama tak ditinggali. Namun apalah daya duhai tuan, zaman kini serba dibatasi. Silap sedikit dicari opas yang panas hati. Saudagar payah berniaga, pegawai merana tak mendapat pilihan, sekalian orang cemas tak menentu.

15 Juni 2018

[caption id="" align="aligncenter" width="597"] Picture: http://www.dontmesswithtaxes.com [/caption] Lima belas Juni tahun ini terasa spesial karena bertepatan dengan 1 Syawal 1439 H, tentunya - kami rasa - tak ada kegiatan upacara bendera dan rangkaian kegiatan lain nan biasa diadakan di kampung kita. Namun agaknya orang di kampung telah berpanjang  pangana kiranya. Terdengar oleh kami rangkaian acara yang digelari dalam menyambut itu semua dipadukan antara peringatan Perang Kamang, Pulang Basamo, dan Hari Raya Aidil Fitri tahun ini.

Tinggal kenangan..

[caption id="" align="aligncenter" width="660"] Picture: http://mypenang.gov.my[/caption] Sepekan setelah Hari Rayo Gadang atau enam hari setelah menunaikan puasa di Bulan Syawal, orang Minangkabau pada masa dahulu merayakan Hari Rayo Anam. Pada hari raya ini sekalian kaum kerabat nan tak dapat dijalang pada Hari Rayo Gadang diziarahi. Lazim dahulu ditemui kaum perempuan menenteng bungkusan berisi beraneka ragam makanan khas kita (pinyaram, sipuluk, limpiang, kalamai, godok, kue loyang, dsb) atau pada masa sekarang telah lazim ditemui dimana dicukupkan dengan  kue gadang saja. Hari Rayo Anam ialah kesempatan untuk menziarahi kaum kerabat yang tak dapat dijalang tatkala Hari Rayo Gadang. Maklumlah tuan, di kampung kita apabila berhari raya ke rumah kaum kerabat maka wajib hukumnya untuk makan nasi. Tak boleh hanya dengan memakan kue rayo saja. Akan sedih dan kecil hati kerabat kita apabila nasi di rumah mereka tak termakan,  manisnya air di rumah mereka ...

Hari raya kini..

[caption id="attachment_2621" align="aligncenter" width="529"] Gambar: https://www.penamerdeka.com [/caption] Duduk termenung di tengah rumah, memandangi lapiak[1] nan telah terkembang, permadani Persia, kata sang anak. Dikirim sebelum hari raya tiba dari rantau. Kue hari raya telah tersaji, kebanyakan merupakan kue nan dibeli oleh anak-anaknya. Maklumlah mereka semua sibuk bekerja, jadi tak sempat membuat kue dari tangan sendiri. Berlainan dahulu tatkala ia masih gadis, menjelang hari raya telah ramai saling pinjam-meminjami cetakan kue, membeli tepung ataupun menumbuk beras untuk jadi tepung, membeli telur ayam, dan kelengkapan lainnya. Rumah Gadangnya telah lama dirobohkan, sudah tak sanggup lagi menopang isi rumah. Diganti dengan rumah dari batu layaknya dibuat orang sekarang. Salah seorang anaknya sempat mengusulkan agar diberi atap genteng serupa nan lazim didapatinya di rantau nan bertuah itu. Namun ia menolak "Atap seng lagi bagus.." p...