Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label masa Sekarang

Perjodohan (Pengantar)

[caption id="" align="alignright" width="220"] Gambar: https://m.id.aliexpress.com [/caption] Urusan perkawinan atau pernikahan di Minangkabau ini telah lama menjadi urusan bersama atau kaum-kerabat. Mulai dari awal yakni pencarian jodoh hingga helat pernikahan, kesemuanya ditanggung oleh keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sudut pandang (perspektif) Kebudayaan Minangkabau mengajarkan bahwa tidak ada manusia yang hidup sendiri (sebatang kara). Bahkan tak jarang dalam urusan pernikahan ini, Si Upiak dan Si Buyuang tahu beres saja. Mereka bahkan tidak dibawa serta untuk merundingkan masalah pernikahan mereka ini. Mereka hanya ditanya ketika masa awal perjodohan “Sukakah engkau dengan Si Fulan/Fulanah anak Si Anu, Kamanakan Si Antun, itu sukunya, dan disana rumahnya..?” Jika jawapan yang didapat ialah persetujuan, maka pernikahan akan segera diurus. Namun apabila jawapan yang diperoleh ialah sebaliknya, maka pembicaraan selesai disitu saja. Tidak ada ...

Goro..

[caption id="attachment_214" align="alignright" width="300"] salah satu kegiatan goro pada salah satu jorong pada masa dahulu. foto: koleksi pribadi[/caption] Adalah menjadi kenyataan pada masa sekarang dimana zaman semakin maju, manusia bertambah banyak, jarak bertambah dekat, dan waktu berlalu dengan cepat. Begitulah tuan, keadaan zaman sekarang. itu semua berdampak terhadap kehidupan kita semua tuan. Adalah kampung kita tercinta, banyak orang yang mengeluhkan bahwa sangatlah sulit untuk membawa orang agar mau bergotong-royong. Rasa kebersamaan, kepedulian, dan perhatian kita kepada kampung sangatlah kurang pada masa sekarang. Tidak dapat juga kita salahkan sebab dunia masa sekarang menyebabkan masing-masing anak nagari sibuk dengan kebutuhan hidup dan dunianya sendiri. Jika ditengok ke masa silam di kampung kita, sangatlah erat dan terasa hubungan antara berjorong-berkampung dan hidup bernagari. Masing-masing anak nagari saling mengenal dan menyapa. Se...

Kenapa Malu dipanggil "Sutan"..?

Sutan..oh sutan.. Adalah suatu kelaziman di Nagari Kamang (tidak hanya di Nagari Kamang) saat ini, para lelaki yang sudah menikah tak suka jika mereka dipanggil dengan gelar sutan yang telah mereka sandang ketika dijemput ke rumah isteri mereka dahulu. Kebanyakan dari mereka lebih suka dipanggil dengan nama kecilnya ataupun dengan nama atau julukan dalam pergaulan mereka sehari-hari semasa berkawan-kawan di kampung. Jika ditanya mereka tak hendak memberi tahu “Panggil nama saja..” jawab mereka. Mereka beralasan, bahwa terasa jauh hubungan jika dipanggil dengan nama gelar mereka. Mungkin beginilah dunia zaman sekarang, perasaan semacam itu lahir dan tumbuh sebagai akibat dari perkembangan zaman yang arahnya tak dapat kita terka. Pada hal banyak orang-orang di luar Minangkabau berkeinginan menyandang gelar “sutan”. Terkadang mereka merasa bangga, “telah berasa menjadi orang Minangkabau pula” mungkin begitu kira-kira perasaan hati mereka. Sebenarnya tak ada salahnya “Si Sutan” dipanggil d...