Langsung ke konten utama

Goro..

[caption id="attachment_214" align="alignright" width="300"]salah satu kegiatan goro pada salah satu jorong pada masa dahulu.foto: koleksi pribadi salah satu kegiatan goro pada salah satu jorong pada masa dahulu.
foto: koleksi pribadi[/caption]

Adalah menjadi kenyataan pada masa sekarang dimana zaman semakin maju, manusia bertambah banyak, jarak bertambah dekat, dan waktu berlalu dengan cepat. Begitulah tuan, keadaan zaman sekarang. itu semua berdampak terhadap kehidupan kita semua tuan.

Adalah kampung kita tercinta, banyak orang yang mengeluhkan bahwa sangatlah sulit untuk membawa orang agar mau bergotong-royong. Rasa kebersamaan, kepedulian, dan perhatian kita kepada kampung sangatlah kurang pada masa sekarang. Tidak dapat juga kita salahkan sebab dunia masa sekarang menyebabkan masing-masing anak nagari sibuk dengan kebutuhan hidup dan dunianya sendiri.

Jika ditengok ke masa silam di kampung kita, sangatlah erat dan terasa hubungan antara berjorong-berkampung dan hidup bernagari. Masing-masing anak nagari saling mengenal dan menyapa. Sedangkan dalam kehidupan masa sekarang, orang sudah jarang dan bahkan ada yang saling kenal. Tidak tahu dengan mamak, apak, anak, kamanakan, etek, matuo, cucu, dan lain sebagainya.

Siapakah yang patut disalahkan tuan?

Tak eloklah rasanya jika kita mencari kambing hitam dan saling salah menyalahkan. Hanya keinsyafan diri masing-masing kita sajalah semuanya berpulang. Masing-masing kita hendaknya arif dalam memandang dan menyikap kehidupan masa sekarang. Pandai jualah hendaknya memilah-milah antara kehidupan dan kepentingan pribadi dengan kepentingan bermasyarakat-berkampung.

Janganlah nantinya, kampung kita tenggelam kepada pola hidup individualis. Masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri. Sangatlah mudah terjadi gesekan ketika itu dikarenakan minimnya komunikasi antar pribadi dan golongan. Tak perlu jauh-jauh, pada masa sekarang saja di kampung kita sudah terjadi perkara yang demikian.

Akhirnya, kepada masing-masing peribadilah semuanya berpulang. Saling menghisab (introspeksi) diri, dan saling arif dalam menyikapi persoalan. Semoga kampung kita terhindar dari hal-hal yang demkian tuan.

Pinta kami pada perantau, pabila pulang ke kampung halaman. Janganlah membanding-bandingkan antara kehidupan di rantau dengan di kampung. Sering terdengar oleh kami apabila orang rantau pulang ke kampung, sering terucap di lisan mereka “tidak seperti di tempat kami ya..” atau “lain pula orang di kampung ini..” dan lain sebagainya.

Begitu juga orang di kampung, bijak jualah dalam menjalankan kehidupan dan menyikapi kepulangan orang dari rantau..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum