[caption id="attachment_1545" align="alignleft" width="300"] Main Gatan di Kita, Main Bekel di Orang
Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Masih ingatkah encik dengan permainan ini? Masih adakah anak gadis kaciak kita di kampung pada masa sekarang memainan ini?
Kalau kami tak salah, permainan ini khusus dimainkan oleh anak perempuan. Merupakan suatu permainan yang melatih ketangkasan seorang anak. Sungguhlah kalau dapat dan hendak memahami dengan hati lapang dan bersih. Maka akan kita dapati bahwa segala permainan yang kita mainkan pada masa kanak-kanak sangat berfaedah bagi kehidupan kita setelah dewasa.
Permainan ini menggunaan bola dan atak. Bolanya terbuat dari daun bayua dimana dikulipehi[1] selapis kemudian kulipehinya tersebutlah yang dililitkan hingga membentuk sebuah bola. Atau dapat juga digunakan kajai[2] yang dililitk hingga membentuk kumpalan serupa bola. Atau anak-anak masa kemudiannya menggunakan bola tenis.
Sedangkan atak disini bukan modal yang biasa dipakai untuk batucak oleh anak laki-laki melainkan beberapa buah butiran batu. Kemudiannya anak-anak masa kemudian menyebutnya dengan kuciang-kuciang. Paling sedikit jumlah atak ialah tiga sedangkan paling banyak tidak dapat ditentukan. Sangat bergantung bagi kesepakatan bersama, kalau anak-anak yang bagak (bernyali) maka mereka akan menggunakan atak yang banyak. Ada juga yang membatasi jumlah atak ialah enam buah.
Jumlah pemain paling sedikit ialah dua orang, kalau empat orang dapat berpasangan. Jalannya permainan seperti, misalnya dua-dua, namun kami masih ragu dengan keterangan yang ini. Tatkala kami tanyakan kepada orang yang mengetahui (karena sudah berusia tua), beliau terlihat kesal sambil berkata “Dahulu tidak ada diatur-atur permainannya, suka-suka saja..!”
“Memanglah demikian maksud kami duhai amai, karena tak tahulah mangkanya kami tanyakan. Bertanyakan karena tak tahu..!” jawab kami
Jalannya permainan ialah bergiliran, bola dilempar ke atas. Dalam tempo bola di atas itulah atak diambil satu-satu. Setiap atak yang telah berhasil diambil tidak boleh dilepaskan dari genggaman. Hal ini terus berlangsung sampai jumlah atak keseluruhannya berhasil diambil. Setelah atak berhasil diambil semuanya maka kembali bola dilemparkan ke atas kemudian seluruh atak juga ikut dilempar namun tidak perlu terlalu tinggi. Karena atak akan ditangkap dengan punggung tangan, selepas itu atak yang dipunggung tangan kemudian dilempar kembali ke atas dan ditangkap dengan tangan. Barang siapa yang berhasil menangkap atak paling banyak dengan tangannya maka dialah yang menang.
Ada beragam cerita (versi) mengenai permainan ini, maklumlah setiap generasi memiliki cara yang berbeda dalam memainan ini.
Maafkan kami encik karena kami tak begitu faham, kesal juga kami dibuatnya karena tak ada lagi tempat bertanya. Inilah masalahnya di kampung kita, tak tahu disuruh bertanya. Namun ketika kita tanya, dijawab dengan sempit hati. Kumari salah sen wak dibuek no..
Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Masih ingatkah encik dengan permainan ini? Masih adakah anak gadis kaciak kita di kampung pada masa sekarang memainan ini?
Kalau kami tak salah, permainan ini khusus dimainkan oleh anak perempuan. Merupakan suatu permainan yang melatih ketangkasan seorang anak. Sungguhlah kalau dapat dan hendak memahami dengan hati lapang dan bersih. Maka akan kita dapati bahwa segala permainan yang kita mainkan pada masa kanak-kanak sangat berfaedah bagi kehidupan kita setelah dewasa.
Permainan ini menggunaan bola dan atak. Bolanya terbuat dari daun bayua dimana dikulipehi[1] selapis kemudian kulipehinya tersebutlah yang dililitkan hingga membentuk sebuah bola. Atau dapat juga digunakan kajai[2] yang dililitk hingga membentuk kumpalan serupa bola. Atau anak-anak masa kemudiannya menggunakan bola tenis.
Sedangkan atak disini bukan modal yang biasa dipakai untuk batucak oleh anak laki-laki melainkan beberapa buah butiran batu. Kemudiannya anak-anak masa kemudian menyebutnya dengan kuciang-kuciang. Paling sedikit jumlah atak ialah tiga sedangkan paling banyak tidak dapat ditentukan. Sangat bergantung bagi kesepakatan bersama, kalau anak-anak yang bagak (bernyali) maka mereka akan menggunakan atak yang banyak. Ada juga yang membatasi jumlah atak ialah enam buah.
Jumlah pemain paling sedikit ialah dua orang, kalau empat orang dapat berpasangan. Jalannya permainan seperti, misalnya dua-dua, namun kami masih ragu dengan keterangan yang ini. Tatkala kami tanyakan kepada orang yang mengetahui (karena sudah berusia tua), beliau terlihat kesal sambil berkata “Dahulu tidak ada diatur-atur permainannya, suka-suka saja..!”
“Memanglah demikian maksud kami duhai amai, karena tak tahulah mangkanya kami tanyakan. Bertanyakan karena tak tahu..!” jawab kami
Jalannya permainan ialah bergiliran, bola dilempar ke atas. Dalam tempo bola di atas itulah atak diambil satu-satu. Setiap atak yang telah berhasil diambil tidak boleh dilepaskan dari genggaman. Hal ini terus berlangsung sampai jumlah atak keseluruhannya berhasil diambil. Setelah atak berhasil diambil semuanya maka kembali bola dilemparkan ke atas kemudian seluruh atak juga ikut dilempar namun tidak perlu terlalu tinggi. Karena atak akan ditangkap dengan punggung tangan, selepas itu atak yang dipunggung tangan kemudian dilempar kembali ke atas dan ditangkap dengan tangan. Barang siapa yang berhasil menangkap atak paling banyak dengan tangannya maka dialah yang menang.
Ada beragam cerita (versi) mengenai permainan ini, maklumlah setiap generasi memiliki cara yang berbeda dalam memainan ini.
Maafkan kami encik karena kami tak begitu faham, kesal juga kami dibuatnya karena tak ada lagi tempat bertanya. Inilah masalahnya di kampung kita, tak tahu disuruh bertanya. Namun ketika kita tanya, dijawab dengan sempit hati. Kumari salah sen wak dibuek no..
Komentar
Posting Komentar