Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Masjid

Musik Dikia Rabano di Nagari Kamang [2]

MUSIK DIKIA RABANO: MUSIK PROSESI DALAM BUDAYA MASYARAKAT KAMANG KABUPATEN AGAM Oleh: Martarosa Dalam Buku Bunga Rampai DIALEKTIKA SENI DALAM BUDAYA MASYARAKAT, ISBN: 978-979-8242-53-3, Badan Penerbit ISI Yogyakarta 2013   Abstract : Rabano dikia music as a musical procession culture in Agam regency Kamang , is a combination of tambourine percussion with vocal music that can not be separated . Both forms of music are linked in a single fabric of grain material . Arable poem music song used in the text as a musical procession dikia rabano entitled Shalawat , no rhyme form . This means that the sung text is fixed and not subject to change . Hence the interest in music , in addition to a distinctive melody trip , also recited poems that deal with idol - worship of the Prophet , Apostle , and gig guide from Allah SWT . Keywords:  Music Dikia Rabano, Music Procession , Culture. Lanjutan Bag. 1 PEMBAHASAN Sekilas Keberadaan Musi...

Halal bi Halal Nagari 3 Syawal 1435 H

[caption id="attachment_54" align="alignright" width="300"] Masjid Wustha Sekarang[/caption] Pada hari Rabu tanggal 3 Syawal 1435 H atau 30 Juli 2014 diadakanlah Halal bi Halal di nagari kita ini. Memanglah pada masa hari raya ini banyak orang yang mengadakan acara Halal bi Halal apakah itu di kampung kita ataupun bukan. Sehari sebelumnya kami dengar masyarakat di Jorong Batu Baraguang telah lebih dahulu mengadakan acara Halal bi Halal. Acara ini dihadiri oleh sekalian orang Kamang, wali nagari, tujuh belas kepala jorong, beserta unsur pimpinan lainnya di nagari ini hadir dala acara ini. Adapun pada acara kali ini dibahas beberapa perkara seperti persoalan Tanah Lapang yang telah bersua tanah yang akan dijadikan Tanah Lapang di nagari kita ini setelah sekian lama kita tak memiliki Tanah Lapang [1] . Kemudian pengukuhan anggota Tim untuk Penulisan Sejarah Perang Kamang guna mengajukan para tokoh Perang Kamang ini sebagai Pahlawan Nasional.

Penistaan di masa tenang

[caption id="attachment_1495" align="alignleft" width="300"] Pilih yang jujur, bukan yang suka berpura-pura (sandiwara/acting)[/caption] Kami mendapat kabar dari kampung bahwa salah seorang pengurus pada salah satu masjid di kampung kita mendapat tawaran untuk mengadakan berbuka bersama di masjid. Tawaran ini datang dari salah satu tim pemenangan capres-cawapres salah satu pasangan yang ada di kampung kita. Si engku pengurus yang mendapat tawaran bertanya “Ini tim sukses dari pasangan nomor itsnain kah..?” Jawab si pembuat ulah “benar engku..” “Maaf engku, tak dapat di masjid kita berlaku hal demikian. Masjid kita ini netral dalam pemilu..” jawab si engku pengurus. Kemudian bertingkahlah si pembuat ulah ini “Ini uang sebesar @%juta engku! Masakan engku tolak..!?” Astagfirullahhal’azim.. ucap engku pengurus dalam hati, kenapalah orang sekarang begitu tak berkeningnya, tak berakal agaknya orang ini. Sudah tahu ini bulan puasa, dan sudah pula tahu kalau nomo...

tarawiah di surau (2)

[caption id="attachment_845" align="alignright" width="200"] Masjid Taqwim. Gambar: Maizal Chaniago[/caption] Pada tulisan yang telah lampau kami berkisah perihal percakapan kami dengan salah seorang engku. Sebenarnya yang kami tampilkan ialah satu potongan percakapan saja. Percakapan kami yang lainnya ialah masih perihal perkara yang sama, yakni perihal Shalat Tarawiah pada masa dahulu. " Tentulah hanya orang Tangah saja yang shalat ke Surau Ampang. Kalau kamu hendak tahu juga buyuang, kan terfikirkan sendiri oleh mu bahwa pada masa dahulu hanya masjid yang digunakan untuk shalat.." Jelas engku tersebut kepada kami . " Berarti di Koto Panjang orang shalat sendiri di masjid mereka? " tanya kami penasaran padahal berdekatan dengan Dangau Baru yang juga memiliki masjid. Kamipun melanjutkan pertanyaan " Apakah di Dangau Baru mereka juga mendirikan shalat sendiri engku..? "

Surau nan batambah langang

[caption id="attachment_407" align="alignright" width="224"] Surau Tapi Jorong Nan Tujuah. [/caption] Surau, apa yang terbayang difikiran tuan pabila kami sebutkan kata itu? Ialah tempat mengaji, shalat, dan melakukan ibadah lainnya bagi kita orang Islam. Surau merupakan panggilan atau sebutan orang-orang yang menganut kebudayaan Melayu bagi masjid atau mushalla. Orang sekarang membedakan antara masjid dan mushalla, dimana mushalla hanyalah sekedar tempat beribadah untuk shalat lima waktu dan ibadah lainnya, sedangkan masjid dapat digunakan sebagai tempat shalat Jum’at. Di kampung kita, hampir setiap jorong memiliki mushalla, beberapa ada yang memiliki masjid. Jika sudah ada masjid, tentu mushalla tidak diperlukan lagi. Namun dalam penyebutan orang di kampung kita, kedua jenis tempat ibadah tersebut masih tetap di panggil dengan sebutan “surau”. Semoga saja hal ini tidak berubah, karena ini merupakan ciri khas kita, kearifan budaya kita. Seperti kata oran...

Surau Ampang

Masjid Al Wustha [caption id="attachment_54" align="alignleft" width="300"] Masjid Wustha Sekarang[/caption] Masjid Al Wustha atau Masjid Wusta lazim disebut oleh orang Kamang dengan sebutan Surau Ampang, merupakan masjid yang terletak di Kampuang Ampang (atau biasa disebut dengan sebutan Ampang saja oleh penduduk) tepatnya di depan bangunan Panti Asuhan Aisyiyah. Berbeda dengan masjid lainnya di Nagari Kamang yang dimiliki oleh masyarakat suatu jorong, maka Masjid Wustha dimiliki oleh masyarakat lima jorong. Adapun kelima jorong itu ialah Jorong Ampek Kampuang, Limo Kampuang, Pintu Koto, Nan Tujuah, dan Joho. Al Wustha dalam Bahasa Arab berarti Tangah atau Tengah. Maksud dinamakan seperti ini karena masjid ini didirikan di Nagari Kamang Bagian Tengah. Menurut tutua orang tua-tua, sesungguhnya Nagari Kamang ini terbagi atas tiga patah yakni mudiak (Mudik), tangah (Tengah), dan hilia (Hilir). Yang dimaksud dengan Patah Mudiak ialah daerah yang masuk di dal...