Langsung ke konten utama

Perjodohan (Fasal.5)

[caption id="" align="aligncenter" width="750"] Gambar: http://www.hipwee.com[/caption]

Batando (jalannya)


Digelari juga oleh orang dengan sebutan Batuka Cincin. Dalam adat di kampung kita, acara batando ini berlangsung di rumah keluarga fihak lelaki. Dimana mamak-mamak dari fihak perempuan mendatangi rumah keluarga fihak lelaki. Kedatangan ini tentulah telah direncanakan dan diberitahukan. Sedangkan fihak lelaki telah bersiap dalam menanti.


Karena acara dipusatkan di rumah lelaki, maka fihak lelaki jauh-jauh hari telah mempersiapkan segala sesuatunya. Para ibu-ibu semenjak beberapa hari nan lalu telah sibuk ke dapur, sibuk membuat masakan untuk dihidangkan pada hari batando. Diimbaulah segala dunsanak untuk ka dapua, karena Si Buyuang hendak batando.


Sedangkan di fihak lelaki, selain dari mamak dan sudara-saudara sesuku juga diundang amai-bapak[1]dan bako. Yang hadir dari fihak bako tidak hanya saudara perempuan ayah melainkan juga saudara lelaki ayah. Bako nantinya mendapat kewajiban untuk memberikan lampin[2] tando. Kalau di adat kita orang Kamang sekarang (2013),[3] lampin tando ialah Rp. 10.000. diberikan sebagai pengiring tando yang dipertukarkan.


Lampin tando ini tidak pula diberikan langsung oleh saudara lelaki ayah kandung melainkan diwakilkan kepada saduara ayah yang sesuku. Jadi engku dan encik tak usah pula cemas apabila ayah kita merupakan anak lelaki satu-satunya dalam keluarga intinya. Sebab ayah ada punya mamak, ada punya dunsanak yang bertali adat.


Itulah orang-orang yang menanti di rumah fihak lelaki. Sedangkan bagi fihak perempuan perutusan yang datang tidaklah sebanyak yang di fihak lelaki. Cukup beberapa orang saja, paling banyak ialah lima orang dan paling sedikit ialah tiga orang. Hendaknya perutusan yang datang ialah lelaki yang tua apakah itu nyiak aki[4], kemudian mamak, dan satu orang paja kaciak. Tidaklah mesti perutusan yang datang itu ialah dunsanak yang sekandung, kebanyakan ialah dunsanak sesuku.


Sepelum kepergian mereka ke rumah fihak lelaki, terlebih dahulu perutusan ini dilepas dari rumah fihak perempuan dengan menjamu dengan makan dan minum.


Kedatangan perutusan fihak perempuan biasanya ialah selepas zuhur atau ashar, jarang yang mengerjakan pagi atau malam. Namun kebanyakan orang sekarang mengerjakan ialah selepas Ashar, karena pada waktu inilah kebanyakan orang kampung kita  berada dalam keadaan lapang.


Lama masanya orang di rumah ialah tidak dapat diperkirakan, hal ini sangat bergantung sekali dengan keadaan yang tengah berlangsung di tengah rumah. Kalau banyak yang dituntut oleh orang maka dapat diperkirakan bahwa orang akan lama duduk di atas rumah. Namun selama-lamanya acara yang berlangsung, tidak pernah melewati waktu magrib.


________________


Catatan Kaki:






[1] Urang sumando, semenda, suami dari saudara perempuan.




[2] Lampin artinya ialah pelapis, yang melapisi, kulit luar, atau bagian luar.




[3] Termasuk jenis Adat nan Diadatkan dimana besarnya lapin tando ditentukan dalam permufakatan para datuk di Balai (KAN).



[4] kakek




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan ...

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6...

Perihal Engku dan Encik

[caption id="attachment_894" align="alignleft" width="300"] Rumah Gadang yang telah Ditinggalkan di Nagari Kamang ini. Begitulah adat dan agama dianggap telah usang bagi yang muda-muda. Ditinggalkan dan dibenci. Taratik tak ada, kurang aja merajelala..[/caption] Beberapa masa yang lalu salah seorang anak bujang nan keren dan sangat gaul gayanya memberi pendapat terhadap tulisan kami di blog ini. Apa katanya “ engku encik tu ndak bahaso kamang tu doh tuan, tukalah jo nan labiah sasuai. .” Ah.. panas kepala ini dibuatnya, sesak dada kami dibuatnya, dan rusak puasa kami jadinya. Begitulah anak bujang sekarang, tak diajari oleh induaknya tak pula mendapat pengajaran dari mamaknya. Orang sekarang dalam mendidik anak ialah dengan mampalapehnya saja. Apalagi banyak orang tua yang mengidolakan ( tak e nyehan [1] ) anaknya, segala ucapan dan kelakuan anak ialah baik menurut keluarganya. Terlebih lagi bagi anak bungsu dan tongga babeleng [2] . Raso jo pareso, ...