Lapangan SMPI
[caption id="attachment_154" align="alignleft" width="180"] Haji Maya beserta Isteri[/caption]
Pada masa dahulu sebelum Sekolah Es-Em-U dibangun di bekas kawasan SMPI kepunyaan Haji Rijal Abdullah, kawasan tersebut merupakan kawasan yang terbengkalai. Bangunan sekolah tidak terpakai, halaman belakang digunakan sebagai tempat mengembalakan kerbau sedangkan halaman mukanya dibiarkan ditumbuhi semak. Terkadang Haji Maya atau Haji Umar Umayyah[1], adik kandung dari almarhum Haji Rijal Abdullah bersama isteri beliaulah yang membersihkan halaman depan yang luas dari bangunan sekolah milik abangnya tersebut.
Rumah milik Haji Maya, pada saat sekarang ditempati oleh Haji Fuad Umar, salah seorang anak dari Haji Maya. Dahulu di depan rumah beliau yakni di seberang pagar tepi jalan tumbuh sebatang pohon karimuntiang. Pabila sudah masak, anak-anak sekitar sering memakan buah karimuntiang. Terkadang dengan meminta kepada Haji Maya, namun lebih banyak diambil saja. Haji Maya tidak pula marah. Terkadang beserta isteri, beliau menemani anak-anak mengambil buah karimuntiang. Diajarkan oleh beliau, mana buah yang masak dan mana yang tidak.
Salah satu hal yang disukai oleh anak-anak ialah pabila Haji Maya beserta isteri beliau membersihkan padang rumput di depan bangunan sekolah SMPI. Sang isteri dengan menggenakan sarung tangan ikut membantu suaminya. Tahukah engku apa kiranya yang membuat anak-anak nakal ini suka sekali menonton Haji Maya jika sedang bekerja memotong rumput?
Tak lain dan tak bukan ialah mesin pemotong rumput milik Haji Maya. Haji Maya tidak menggunakan sabik yang biasa digunakan oleh orang kampung pabila memotong rumput. Sebab jika Haji maya menggunakan sabit maka hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit. Haji Maya sudah tua engku, tak sanggup lagi mengayunkan sabit untuk membersihkan lapangan yang seluas kurang lebih 100x100 m [2].
Haji Maya sering kali menggunakan topi bundar serupa dengan topi koboi. Dengan wajah bodoh karena ingin tahu, anak-anak ini memperhatikan mesin pemotong rumput milik Haji Maya. Memperhatikan bagaimana hebatnya Haji Maya beserta mesin pemotong rumput miliknya. Cukup dengan sekali gilas saja, rumput-rumput sudah rata, dapat kembali dilalui. Terkadang Haji Maya sengaja hanya menggilas rumput-rumpurt itu sekali lalu saja, sehingga tampaklah serupa jalan di tengah padang rumput.
Anak-anak inipun terkadang terpancing berjalan mengikuti jalan yang telah dibuat oleh Haji Maya. Memang itulah maksud dari Haji Maya, hendak membiarkan anak-anak ini bermain-main sejenak. Berdua bersama isterinya, Haji Maya tersenyum lepas melihat ulah anak-anak ini. Mungkin ini pengobat duka, sebab tak seorangpun dari anak Haji Maya yang tinggal bersamanya di kampung. Kebanyakan dari mereka telah berkeluarga dan merantau. Yang terdekat ialah anak perempuannya yang dokter, tinggal di Padang. Namun beberapa tahun yang lalu sepeninggal Haji Maya & isterinya, anak perempuan satu-satunya ini beserta suami dan anaknya telah menetap di Bandung.
Pabila lapangan ini sudah bersih, maka akan segera digunakan oleh anak-anak ini sebagai lapangan tempat bermain. Biasanya bermain bola dan bermain alang-alang (layang-layang). Tidak hanya anak-anak dari Nagari Kamang saja yang bermain di lapangan ini, namun juga anak-anak dari Nagari Magek. Kawasan sekolah ini berada di Jorong Pintu Koto yang berbatasan langsung dengan Nagari Magek. Akan sangat ramailah anak-anak bermain bola di lapangan ini. Biasanya lapangan bagian muka digunakan oleh anak-anak yang bermain alang-alang maco. Sedangkan lapangan bagian belakang yang lebih kecil dan banyak lubang bekas kubangan kerbau dipakai oleh remaja yang lebih tua bermain alang-alang padang panjang.
Semenjak dibangunnya sekolah Es Em U di sana, maka tidak ada lagi lapangan bermain bagi anak-anak. Tidak ada lagi tampak anak-anak bermain alang-alang. Sedangkan untuk bermain bola, tanah lapang yang merupakan sebutan untuk lapangan Tsanawiyah menjadi tumpuan. Namun semenjak beberapa waktu yang lalu lapangan tersebut agak susah dipakai oleh anak-anak yang hendak bermain bola.
Tampaknya dengan tingkat pertumbuhan penduduk di Nagari Kamang, belum lagi banyaknya laki-laki Kamang yang membawa isteri untuk menetap di kampung telah menyebabkan ramainya negeri. Dan tentunya negeri yang ramai membutuhkan lapangan bermain untuk anak-anak mereka. Sebab kalau tidak, maka bersiap-siap sajalah bagi orang tua dan para penduduk kampung untuk geleng-geleng kepala. Kenakalan anak-anak merupakan sesuatu yang wajar, namun akan menjadi tidak wajar pabila tidak mendapat penyaluran yang baik.
[1] Sebagian orang tua-tua mengatakan nama asli beliau ialah Ramayah. Sesudah kepulangan beliau dari Singapura barulah dikenal nama Umar Umayyah.
[2] Maaf engku, penilaian ini mungkin saja tidak tepat, sebab hanya mendasarkan pada ingatan beberapa orang yang pernayh bersekola di SMP-I. Sebab pada masa sekarang, lapangan tersebut sudah tidak ada.
[…] sekolah mereka ialah Sekolah Menengah Pertama Islam Kamang atau biasa disingkat dengan SMP-I Kamang. Terletak di Pintu Koto dimana tempat sekolah ini dahulu […]
BalasHapus[…] Ketika memasuki jorong ini dari arah Joho maka kita akan memasuki kawasan Sawah Takuruang yang berbatasan langsung dengan Jorong Joho. Kenapa dinamakan Sawah Takuruang? Karena di kawasan ini terdapat beberapa petak sawah yang dikelilingi oleh perak dan pemukiman. Berbeda dengan sawah-sawah lainnya yang biasanya membentuk untaian lautan kehijauan atau menguning. Di kawasan inilah terletak Kantor PLN dan sekolah SMU N 1 Kamang Magek. SMU ini didirikan di bekas kawasan SMPI dahulunya. […]
BalasHapus