[caption id="attachment_1212" align="alignright" width="224"] Salah satu rumah gadang di Parumahan[/caption]
Kami mendapat kabar perihal kemalangan yang telah berlaku di kampung kita. Benarkah kabar tersebut dan adakah engku dan encik mengetahuinya?
Menurut kabar yang sampai kepada kami bahwa telah berlaku suatu kemalangan dimana tiga orang dinohok[1] oleh kandiak[2] di kampung kita. Kejadiannya ialah pada hari Raba’a[3] pagi di suatu kawasan di Parumahan Jorong Limo Kampuang. Kemalangan ini menimpa tiga orang yakni Rangkayo Sawani yang bersukukan Koto, umur saat ini kurang lebih ialah 80 tahun. Kemudian yang kedua ialah Engku Juwia St. Rajo .. dari suku Sikumbang, umur beliau saat ini sekitar 60 tahunan. Sedangkan yang ketiga ialah masih ragu kami mengabarkannya sebab perihal beliau ini kurang terang oleh kami keadaannnya. Kata sebagian sumber ialah salah seorang orang Parumahan juga yang "pulang" ke Balai Panjang. Engku Mas..entah..engku siapa namanya, kamipun tak pula pasti.
Menurut sebagian cerita bahwa Engku J.St. Rajo pergi ke parak[4] guna menyabik rumput. Pada ketika itu beliau membawa pula cucu laki-laki beliau yang masih berusia sekitar 3 tahun. Dari jauh rupanya telah tampak ada seekor kandiak menatap kepada beliau sambil menggoyang-goyangkan ekornya. Engku Rajopun fahamlah sudah bahwa kandiak yang seekor ini pastilah berniat buruk.
Benarlah adanya, makhluk haram ini benar-benar menyerang Engku Rajo. Beliau hanya diam ditempat tak bergerak, sebab beliau insyaf, jikalau beliau lari, maka takkan dapat berlari jauh. Apatah ini ada cucu yang harus pula diselamatkan. Takkan dapat dipangku sebab cucu sudah besar dan akan memperlambat saja nanti. Kalau ketika sedang berlari memangku cucu kita kemudian dinohok oleh kandiak maka alamat cucu juga akan kena. Maka pilihan bijak ialah tetap diam dan melindungi cucu dengan badan.
Selepas menyerang Engku Rajo, makhluk jahanam inipun melihat ada seorang korban lagi. Perempuan tua yang sudah lanjut usia, dan diserang pulalah Rangkayo Sawani yang ketika itu sedang berada di dalam perak beliau pula. Selepas itu diserang pula seorang korban, namun kami belum mendapat kabar yang pasti perihal korban yang ketiga ini.
Kemalangan ini baru diketahui selepas cucu Engku Rajo berlari pulang sambil menangis. Bertangisan isteri dan anak melihat keadaan beliau. Dibawa orang beramai-ramai keluar dari perak dengan menggunakan gerobak selepas itu dihentikan oto yang lalu dan diminta untuk mengantarkan beliau ini ke Rumah Sakit Ahmad Muchtar di Bukittinggi.
Kemudian orang-orangpun mendengar pula bahwa ada pekikan minta tolong lainnya. Sebagian ada yang takut bergerak karena cemas kalau bersua dengan kandiak yang menyerang tersebut. Namun akhirnya diputuskanlah untuk mencari bersama-sama dan diketemukanlah Rangkayo Sawani di perak beliau. Beliau ini dibawa pula oleh orang ke Rumah Sakit Ahmad Muchtar di Bukittinggi.
Sedangkan mengenai korban yang ketiga tidak pula terang kepada kami kabarnya. Berkenankah engku dan encik mengabarkannya kepada kami?
Demikianlah kabar dari kampung yang tersua oleh kami. Kalau ada yang tak bersesuaian dengan keadaan sebenarnya, berkenanlah engku dan encik memberi tahu kami. Namun janganlah pula dilupakan Kato Nan Ampek. Kesilapan-kalau ada-bukanlah sesuatu yang kami sengaja.
Kami mendapat kabar perihal kemalangan yang telah berlaku di kampung kita. Benarkah kabar tersebut dan adakah engku dan encik mengetahuinya?
Menurut kabar yang sampai kepada kami bahwa telah berlaku suatu kemalangan dimana tiga orang dinohok[1] oleh kandiak[2] di kampung kita. Kejadiannya ialah pada hari Raba’a[3] pagi di suatu kawasan di Parumahan Jorong Limo Kampuang. Kemalangan ini menimpa tiga orang yakni Rangkayo Sawani yang bersukukan Koto, umur saat ini kurang lebih ialah 80 tahun. Kemudian yang kedua ialah Engku Juwia St. Rajo .. dari suku Sikumbang, umur beliau saat ini sekitar 60 tahunan. Sedangkan yang ketiga ialah masih ragu kami mengabarkannya sebab perihal beliau ini kurang terang oleh kami keadaannnya. Kata sebagian sumber ialah salah seorang orang Parumahan juga yang "pulang" ke Balai Panjang. Engku Mas..entah..engku siapa namanya, kamipun tak pula pasti.
Menurut sebagian cerita bahwa Engku J.St. Rajo pergi ke parak[4] guna menyabik rumput. Pada ketika itu beliau membawa pula cucu laki-laki beliau yang masih berusia sekitar 3 tahun. Dari jauh rupanya telah tampak ada seekor kandiak menatap kepada beliau sambil menggoyang-goyangkan ekornya. Engku Rajopun fahamlah sudah bahwa kandiak yang seekor ini pastilah berniat buruk.
Benarlah adanya, makhluk haram ini benar-benar menyerang Engku Rajo. Beliau hanya diam ditempat tak bergerak, sebab beliau insyaf, jikalau beliau lari, maka takkan dapat berlari jauh. Apatah ini ada cucu yang harus pula diselamatkan. Takkan dapat dipangku sebab cucu sudah besar dan akan memperlambat saja nanti. Kalau ketika sedang berlari memangku cucu kita kemudian dinohok oleh kandiak maka alamat cucu juga akan kena. Maka pilihan bijak ialah tetap diam dan melindungi cucu dengan badan.
Selepas menyerang Engku Rajo, makhluk jahanam inipun melihat ada seorang korban lagi. Perempuan tua yang sudah lanjut usia, dan diserang pulalah Rangkayo Sawani yang ketika itu sedang berada di dalam perak beliau pula. Selepas itu diserang pula seorang korban, namun kami belum mendapat kabar yang pasti perihal korban yang ketiga ini.
Kemalangan ini baru diketahui selepas cucu Engku Rajo berlari pulang sambil menangis. Bertangisan isteri dan anak melihat keadaan beliau. Dibawa orang beramai-ramai keluar dari perak dengan menggunakan gerobak selepas itu dihentikan oto yang lalu dan diminta untuk mengantarkan beliau ini ke Rumah Sakit Ahmad Muchtar di Bukittinggi.
Kemudian orang-orangpun mendengar pula bahwa ada pekikan minta tolong lainnya. Sebagian ada yang takut bergerak karena cemas kalau bersua dengan kandiak yang menyerang tersebut. Namun akhirnya diputuskanlah untuk mencari bersama-sama dan diketemukanlah Rangkayo Sawani di perak beliau. Beliau ini dibawa pula oleh orang ke Rumah Sakit Ahmad Muchtar di Bukittinggi.
Sedangkan mengenai korban yang ketiga tidak pula terang kepada kami kabarnya. Berkenankah engku dan encik mengabarkannya kepada kami?
Demikianlah kabar dari kampung yang tersua oleh kami. Kalau ada yang tak bersesuaian dengan keadaan sebenarnya, berkenanlah engku dan encik memberi tahu kami. Namun janganlah pula dilupakan Kato Nan Ampek. Kesilapan-kalau ada-bukanlah sesuatu yang kami sengaja.
Komentar
Posting Komentar