Langsung ke konten utama

Joho

[caption id="attachment_1327" align="alignleft" width="224"]Jambak Jambak[/caption]

Lepas dari Dangau Baru maka kita akan segera memasuki Jorong Joho. Salah seorang kawan pernah menukar nama jorong ini dengan nama Johor Bahru yakni nama sebuah Kerajaan Melayu di Tanah Semenanjung sana. Sungguh menarik bukan?

Joho juga dikenal dengan Bidan Salmanya, dikenal pula dengan Baringinnya yang Angker dan sekarang telah tiada. Serta dikenal pula sebagai sistem irigasinya dimana di jorong ini terdapat salah satu dari tiga ampangan atau bendungan di nagari kita. Juga dikenal karena disini terdapat tempat penggilingan padi yang terletak di tepi Batang Agam dimana dahulu pernah berdiri Surau Nyiak Djambek di kampung kita.

[caption id="attachment_1322" align="alignright" width="300"]Simpang di Jambak Simpang di Jambak[/caption]

Kantor Camat Kamang Magek terletak di jorong ini, tepatnya di pasawangani menuju ke Dangau Baru. Pada masa dahulu tempat ini hanyalah rawa-rawa saja dan sesekali digenangi oleh luapan air dari Batang Agam. Kawasan ini juga dikenal angker termasuk kawasan tempat ampangan berada sekarang. Beberapa kali terdengar kabar ada saja orang yang sakit sepulang dari kawasan ini dahulunya. Sekarang, kejadian semacam itu telah berkurang dan bahkan tak pernah terdengar lagi.

[caption id="attachment_1326" align="alignleft" width="224"]Jambak Jambak[/caption]

Jambatan Joho pada masa sekarang sudah tak baik lagi keadaannya, telah banyak lubang dan sempit pula. Apabila dua bua oto berpapasan maka salah satunya harus mengalah untuk memberi lalu kepada yang lainnya. Pernah pula terdengar kabar kecelakaan yang terjadi di sini. Lepas dari jambatan kita akan memasuki kawasan perkampungan. Sebelum memasuki kawasan perkampungan, tepatnya sebelum simpang arah ke Jambak. Pada kawasan ini dahulunya dihiasi oleh perak pada kiri dan kanan. Namun pada masa sekarang telah ramai orang membuat rumah di bekas perak-perak ini. Kawasan yang dahulunya lengang, sekarang telah beranjak ramai.

Apabila kita lurus di simpang arah ke Jambak yang terletak di hadapan Surau Joho, maka kita akan sampai ke rumah Bidan Salma dan Simpang Baringi. Di Simpang Baringin apabila kita terus maka kita akan sampai ke Pintu Koto. Sedangkan apabila kita berbelok ke kiri maka kita akan menuju Jawi-jawi Jorong Limo Kampuang dan Kawasan Gurun masih di Jorong Joho.

[caption id="attachment_1325" align="alignright" width="224"]Simpang ka Jambak Simpang ka Jambak[/caption]

Namun kita akan berbelok ke kiri di simpang arah ke Jambak. Disini jalannya hanya dapat dilalui oleh onda, dan itupun harus berhati-hati apabila berpapasan. Kawasan ini ialah kawasan Jambak sama dengan nama salah satu suku di nagari kita. Jambak ialah sejenis buah-buahan serupa dengan Jambu, namun bedanya lebih kecil dan tidak semerona warna Jambu. Kami hanya beberapa kali melihat buah ini. Pada masa sekarang telah payah menemukan buah ini di kampung kita.

[caption id="attachment_1324" align="alignleft" width="300"]Jambatan di Joho Jambatan di Joho[/caption]

Pada kawasan ini terdapat satu simpang. Jika dari arah kita masuk tadi apabila kita lurus maka kita akan sampai di jalan kampung. Apabila kita belok ke kiri maka kita akan sampai di Jawi-jawi. Bagaimana kalau kita lurus dan sesampai di jalan besar kita belok kanan, kita akan bersua dengan simpang tiga, jalan dari arah kanan ialah dari Simpang Baringin sedangkan jalan arah ke kiri mengarah ke Gurun.

Kawasan Gurun sungguh memancing rasa ingin tahu kami. Kalau menurut kami, gurun identik dengan pasir. Namun tidak demikian dengan kawasan ini, justeru dipenuhi oleh perak milik orang kampung. Kawasan ini juga dikenal karena disinilah asal dari Datuak Rajo Pangulu Sang Panglima Perang Kamang. Salah satu (sekarang telah menjadi yang satu-satunya) Rumah Gadang yang sangat indah ialah kepunyaan Rangkayo Hajah Ajisah yang merupakan salah seorang kamanakan dari Datuak Rajo Pangulu.

[caption id="attachment_1323" align="alignleft" width="300"]Rumah Hajah Hajisah Rumah Hajah Hajisah[/caption]

Rangkayo ini memiliki dua orang anak yang pernah sangat terkenal di kampung kita. Yang pertama ialah Datuak Hakim Tantawi yang merupakan seorang pengusaha di Jakarta menikah dengan seorang perempuan asal dari Nagari Maninjau. Dan yang kedua ialah Si Mister yang terkenal berbadan besar dan fasih berbahasa Inggirs. Pernah membuka kelas Bahasa Inggris di rumahnya. kedua orang anak beliau ini telah almarhum. Sekarang tinggal nama saja yang menyelimuti mereka sekeluarga..

Kawasan Gurun berbatasan langsung dengan Kawasan Jalan Basimpang di Jorong Pintu Koto. Pada kawasan ini hanya terdapat beberapa rumah saja. Walau secara geografis dekat dengan Pintu Koto namun kawasan ini ialah masuk kepada Jorong Joho.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum