Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Baralek atau kenduri, atau pesta merupakan acara utama atau puncak dari rangkaian kegiatan dalam perjodohan ini. Namun bukan berarti selepas baralek, berbagai acara adat selesai dikerjakan. Untuk helat kaum lelaki[1] memanglah sudah namun bagi kaum perempuan belumlah usai begitu saja. Begitu juga dengan pasangan pengantin, banyak kewajiban yang harus mereka selesaikan kepada segala dunsanak dan kerabat lainnya. Memanglah demikian adat di kampung, kewajiban tersebut bukanlah untuk memberatkan melainkan untuk mengasah dan melatih kehalusan budi-bahasa, pengingat bahwa dalam hidup ini kita taklah sendiri melainkan ada karib-kerabat yang mendampingi. Tidak ada orang Minangkabau yang hidup sendiri, yang individualis..
Biasanya beberapa bulan sebelum hari baralek kaum ibu telah mulai membeli satu-persatu bahan-bahan kebutuhan dapur. Tentunya bahan-bahan yang tahan lama, seperti kerambia[2], bawang, saka, dan lain sebagainya.
Selang beberapa hari sebelum baralek, dua hari, tiga hari, atau empat hari diadakanlah mangalamai oleh kaum perempuan dengan mengundang seluruh saudara sesuku, jiran, dan karib-kerabat untuk ikut membantu. Acara mangalamai dan marandang terkadang disamakan oleh orang waktunya atau terkadang marandang telah diangsur-angsur oleh fihak keluarga.
[caption id="attachment_1560" align="alignleft" width="290"] Daun Siriah
Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Paling cepat tiga hari sebelum hari baralek disuruhlah dunsanak untuk pergi maimbau urang, mereka pergi berpasangan yakni dunsanak lelaki dan perempuan. Apabila tidak ada dunsanak kanduang maka dunsanak sesukupun boleh. Yang lelaki pergi dengan menggunakan baju kemeja, celana dasar, kopiah, dan kain sarung[3]. Sedangkan bagi yang perempuan memakai baju kurang, membawa selendang bagi yang sudah menikah.
Dalam maimbau urang ini akan dibedakan antara maimbau urang biasa dengan karib-kerabat. Terutama keluarga dekat seperti bako, mintuo, dan lain sebagainya. Biasanya keluarga dekat akan diimbau lebih dahulu oleh keluarga kandung, diisitilahkan juga dengan manjapuk. Selepas itu akan dilambak-i[4] lagi oleh dunsanak kita yang disuruh pergi maimbau urang.
Bagi yang lelaki akan membawa santo[5] sedangkan perempuan membawa siriah, pinang, gambia, dan sadah. Dalam maimbau urang ini biasanya orang yang pergi akan diajari dahulu oleh orang tua-tua. Pengajaran biasanaya seputar pakaian yang dipakai, cara maimbau (manyolo[6] jo manyiriah[7]), bagaimana cara maimbau kerabat yang beragam hubungannya, serupa apa pula jika orang yang diimbau ternyata tidak sendirian karena sedang bercakap-cakap dengan orang lain, atau lain-lain keadaan.
Dalam maimbau urang ini biasanya para pengimbau hendaklah mencari dengan sungguh-sungguh apabila tidak bersua dengan orang yang kita tuju. Cari hingga ke sawah, ke dalam perak, ke rumah orang (apabila ia bertandang), dan lain sebagainya. Apabila tidak bersua, hendaknya bagi yang lelaki meninggalkan santo dan bagi yang perempuan meningalkan siriah lengkap. Inilah tanda bahwa undangan telah sampai. Pada masa sekarang, hal serupa ini sudah jarang dikerjakan oleh orang di kampung kita.
Komentar
Posting Komentar