[caption id="attachment_27" align="alignleft" width="225" caption="Kamang War Monument
1908"][/caption]
Di Jorong Pintu Koto terdapat sebuah tugu, terletak tepat di tengah simpang yang merupakan tugu dengan empat buah patung. Masing-masing patung berdiri bertolak punggung, dengan tinggi kira-kira 2 m. sedangkan tinggi patung dari tanah kira-kira 3 m. Kenapa saya katakan megah? Sebab pada bangunan tugu ini juga terdapat air mancur, kalau tak salah terdapat enam buah air mancur beserta lampu yang menyorot ke empat patung pabila malam. Ditengah-tengahnya terdapat kolam air dua tingkat, pada tingkat bawah dipelihara ikan hias. Sungguh indah dan megah kampung kita, bukankah begitu engku?
Namun sayang beribu sayang, hal yang saya gambarkan semacam itu hanya pernah berlaku di masa awal tugu itu berdiri atau di masa awal tugu itu selesai dibangun. Berselang beberapa lama setelah itu, keadaan tugu mulai tak terawat, kotor, berlumut, air mancur mulai mati satu-persatu, dan air kolamnyapun mulai mengering, sedangkan ikan banyak yang mati. Akhirnya tugu tak berair lagi, kering, pada kolam bagian bawah mulai banyak cirik kambiang, atau dijadikan tempat nongkrong oleh beberapa ekor anjing.
Sekali setahun, sering juga orang membersihkan tugu itu. Terutama sekali menjelang peringatan HUT Perang Kamang. Tentunya ala kadarnya saja semacam mencabut rumput, menggosok, menyapu, ataupun mencat.
Tahukah engku bagaimana kisahnya sehingga tugu ini dapat berdiri?
Hm.. sayapun tak paham betul kisahnya, sebab ketika tugu ini mulai dibangun, saat itu saya masih mengaji di surau. Yang terinmgat oleh saya ialah bahwa pada masa sebelumnya, di simpang ini juga ada tugu. Namun sangat berlainan dengan tugu yang ada sekarang, sangat sederhana dan kecil. Tugu itu berbentuk obelix dengan dasarnya dijadikan oleh orang-orang sebagai tempat duduk-duduk pabila petang hari. Kalau saya tak salah dengar, tugu itu dahulunya diresmikan oleh Mentri Pertahanan Jendral Abdul Haris Nasution. Bersamaan dengan diresmikannya makam Pahlawan Perang Kamang di Taluak Jorong Limo Kampuang. Dan ketika itu beliau diminta untuk menjadi Inspektur Upacara pada acara peringatan HUT Perang Kamang.
Pada masa sekarang, di tengah-tengah para patung dipasangi tiang lampu. Sebab lampu sorot yang menyorot dari bawah sudah lama tak berfungsi. Sekarang, patung diterangi dari atas bukan dari bawah lagi. Jadilah tugu ini cukup terlihat menawan pabila malam hari. O..ya engku.. tepat dibawah patung ini terdapat semacam relief yang menceritakan Kisah Perang Kamang.
Dikarenakan keberadaan tugu ini, maka Simpang Pintu Koto juga dikenal dengan nama “Simpang Tugu”. Namun hanya bagi kalangan orang luar saja, sebab anak nagari Kamang tetap mengenal nama Simpang Pintu Koto. Sebutan Simpang Tugu hanya untuk mempermudahkan orang luar mecari atau menjadikan simpang ini sebagai patokan perjalanan mereka selanjutnya.
1908"][/caption]
Di Jorong Pintu Koto terdapat sebuah tugu, terletak tepat di tengah simpang yang merupakan tugu dengan empat buah patung. Masing-masing patung berdiri bertolak punggung, dengan tinggi kira-kira 2 m. sedangkan tinggi patung dari tanah kira-kira 3 m. Kenapa saya katakan megah? Sebab pada bangunan tugu ini juga terdapat air mancur, kalau tak salah terdapat enam buah air mancur beserta lampu yang menyorot ke empat patung pabila malam. Ditengah-tengahnya terdapat kolam air dua tingkat, pada tingkat bawah dipelihara ikan hias. Sungguh indah dan megah kampung kita, bukankah begitu engku?
Namun sayang beribu sayang, hal yang saya gambarkan semacam itu hanya pernah berlaku di masa awal tugu itu berdiri atau di masa awal tugu itu selesai dibangun. Berselang beberapa lama setelah itu, keadaan tugu mulai tak terawat, kotor, berlumut, air mancur mulai mati satu-persatu, dan air kolamnyapun mulai mengering, sedangkan ikan banyak yang mati. Akhirnya tugu tak berair lagi, kering, pada kolam bagian bawah mulai banyak cirik kambiang, atau dijadikan tempat nongkrong oleh beberapa ekor anjing.
Sekali setahun, sering juga orang membersihkan tugu itu. Terutama sekali menjelang peringatan HUT Perang Kamang. Tentunya ala kadarnya saja semacam mencabut rumput, menggosok, menyapu, ataupun mencat.
Tahukah engku bagaimana kisahnya sehingga tugu ini dapat berdiri?
Hm.. sayapun tak paham betul kisahnya, sebab ketika tugu ini mulai dibangun, saat itu saya masih mengaji di surau. Yang terinmgat oleh saya ialah bahwa pada masa sebelumnya, di simpang ini juga ada tugu. Namun sangat berlainan dengan tugu yang ada sekarang, sangat sederhana dan kecil. Tugu itu berbentuk obelix dengan dasarnya dijadikan oleh orang-orang sebagai tempat duduk-duduk pabila petang hari. Kalau saya tak salah dengar, tugu itu dahulunya diresmikan oleh Mentri Pertahanan Jendral Abdul Haris Nasution. Bersamaan dengan diresmikannya makam Pahlawan Perang Kamang di Taluak Jorong Limo Kampuang. Dan ketika itu beliau diminta untuk menjadi Inspektur Upacara pada acara peringatan HUT Perang Kamang.
Pada masa sekarang, di tengah-tengah para patung dipasangi tiang lampu. Sebab lampu sorot yang menyorot dari bawah sudah lama tak berfungsi. Sekarang, patung diterangi dari atas bukan dari bawah lagi. Jadilah tugu ini cukup terlihat menawan pabila malam hari. O..ya engku.. tepat dibawah patung ini terdapat semacam relief yang menceritakan Kisah Perang Kamang.
Dikarenakan keberadaan tugu ini, maka Simpang Pintu Koto juga dikenal dengan nama “Simpang Tugu”. Namun hanya bagi kalangan orang luar saja, sebab anak nagari Kamang tetap mengenal nama Simpang Pintu Koto. Sebutan Simpang Tugu hanya untuk mempermudahkan orang luar mecari atau menjadikan simpang ini sebagai patokan perjalanan mereka selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar