[caption id="attachment_217" align="alignright" width="300"] salah satu rumah gadang yang masih terdapat di Nagari Kamang.
Foto: Koleksi Pribadi[/caption]
Pernahkah tuan menghitung ada berapa banyak rumah gadang di kampung kita pada masa sekarang?
Bukannya bertambah tuan, banyak rumah gadang yang telah tiada. Dirobohkan dan digantikan dengan bangunan rumah baru. Sangat sedih hati ini jikalau terkenang akan hal tersebut tuan.
Rumah gadang yang merupakan tanda kebesaran kita orang Minangkabau telah berangsur-angsur menghilang dari nagari kita. Ada yang dirobohkan dan diganti dengan bangunan baru, adapula yang dibiarkan terbengkalai dan roboh dengan sendirinya.
Memang ada rumah gadang yang dibuat baru oleh orang, namun jumlahnya boleh dikatakan dapat dihitung dengan jari. Kebanyakan rumah gadang baru tersebut dibuat dari batu dengan menyerupai bentuk yang lama.
Jikalau pernah tuan memasuki, keadaan dan rasa yang timbul dihati ketika memasukinya sangatlah berlainan dengan rasa jika kita memasuki rumah gadang lama yang terbuat dari kayu. Akankah hilang begitu saja pusaka orang tua kita dari masa lalu tuan?
Tuan..
Apabila tuan ada mendapat rezeki, sudikah tuan membangun rumah gadang di kampung kita. Setidaknya untuk anak ataupun kamanakan. Kalaupun tidak untuk kamanakan, sebab kehidupan kita orang Minangkabau pada masa sekarang sudah cenderung ke arah patrilineal, tolonglah dibutkan untuk anak tuan.
Banyak orang asing yang bertandang ke negeri kita menyangkan keadaan yang serupa ini. Mereka sedih, “kenapa tak ada minat dan keinginan di hati orang Minangakabau untuk mempertahanakan warisan budaya mereka, identitas mereka, marwah (kebesaran) mereka, harga diri mereka..?”
Begitu ujar mereka tuan, sedih hati kami pabila mendengarnya tuan. Bagaimana dengan tuan? Tak sedihkah mendengarnya?
Memanglah benar, untuk mendirikan suatu rumah gadang sangatlah banyak persyaratan dan ritual adat yang harus dijalankan. Namun tuan, janganlah tuan memandang hal semacam itu sebagai pertanda dari ketidak efektifan dan tidak efisiennya orang Minangkabau. Dalam setiap ritual adat, terdapat makna, salah satunya mendidik raso jo pareso yang berujung kepada kehalusan budi pekerti kita orang Minangkabau. Sangat dalam maknanya tuan kalau direnungkan.
Cobalah tuan fikirkan perkara ini..
Foto: Koleksi Pribadi[/caption]
Pernahkah tuan menghitung ada berapa banyak rumah gadang di kampung kita pada masa sekarang?
Bukannya bertambah tuan, banyak rumah gadang yang telah tiada. Dirobohkan dan digantikan dengan bangunan rumah baru. Sangat sedih hati ini jikalau terkenang akan hal tersebut tuan.
Rumah gadang yang merupakan tanda kebesaran kita orang Minangkabau telah berangsur-angsur menghilang dari nagari kita. Ada yang dirobohkan dan diganti dengan bangunan baru, adapula yang dibiarkan terbengkalai dan roboh dengan sendirinya.
Memang ada rumah gadang yang dibuat baru oleh orang, namun jumlahnya boleh dikatakan dapat dihitung dengan jari. Kebanyakan rumah gadang baru tersebut dibuat dari batu dengan menyerupai bentuk yang lama.
Jikalau pernah tuan memasuki, keadaan dan rasa yang timbul dihati ketika memasukinya sangatlah berlainan dengan rasa jika kita memasuki rumah gadang lama yang terbuat dari kayu. Akankah hilang begitu saja pusaka orang tua kita dari masa lalu tuan?
Tuan..
Apabila tuan ada mendapat rezeki, sudikah tuan membangun rumah gadang di kampung kita. Setidaknya untuk anak ataupun kamanakan. Kalaupun tidak untuk kamanakan, sebab kehidupan kita orang Minangkabau pada masa sekarang sudah cenderung ke arah patrilineal, tolonglah dibutkan untuk anak tuan.
Banyak orang asing yang bertandang ke negeri kita menyangkan keadaan yang serupa ini. Mereka sedih, “kenapa tak ada minat dan keinginan di hati orang Minangakabau untuk mempertahanakan warisan budaya mereka, identitas mereka, marwah (kebesaran) mereka, harga diri mereka..?”
Begitu ujar mereka tuan, sedih hati kami pabila mendengarnya tuan. Bagaimana dengan tuan? Tak sedihkah mendengarnya?
Memanglah benar, untuk mendirikan suatu rumah gadang sangatlah banyak persyaratan dan ritual adat yang harus dijalankan. Namun tuan, janganlah tuan memandang hal semacam itu sebagai pertanda dari ketidak efektifan dan tidak efisiennya orang Minangkabau. Dalam setiap ritual adat, terdapat makna, salah satunya mendidik raso jo pareso yang berujung kepada kehalusan budi pekerti kita orang Minangkabau. Sangat dalam maknanya tuan kalau direnungkan.
Cobalah tuan fikirkan perkara ini..
Komentar
Posting Komentar