Bagaimana kiranya cuti panjang tuan yang lalu? Mengasyikkankah? Kemana tuan habiskan masa cuti yang memakan kurang lebih empat hari itu?
[caption id="attachment_307" align="alignleft" width="300"] Bacewek di Bukik Ambacang.. Ampun den..
Gamabr: Koleksi Pribadi[/caption]
Adapun di kampung kita, dimana orang-orang telah silau dengan kebudayaan Jakarta, sinetron menjadi primadona, dan berbagai acara yang diadakan yang bertemakan kesenangan mendapat perhatian yang cukup besar. Terdapat beberapa orang kampung kita yang sangat kurang pemahaman agama dan kurang kesadaran beragamanya. Pada malam tahun baru yang lalu mereka memutuskan berangkat ke Pasa Bukittinggi, kata mereka hendak melihat kembang api.
Begitu juga di kampung kita, ada juga beberapa orang yang pandir-pandir menyalakan kembang api “Hendak menyambut dan meramaikan malam tahun baru” kata mereka.
[caption id="attachment_306" align="alignright" width="300"] Sadang marangah di Bukik Ambacang
Gambar: Koleksi Pribadi[/caption]
Sungguh sangat janggal dan kasihan sekali orang kampung kita sekarang tuan. Kesadaran beragama sangat kurang, pengetahuan agama merekapun sangat sedikit. Memuja-muja gaya hidup Jakarta. Pulanglah tuan, cobalah tuan tengok pakaian anak gadis di kampung kita pada masa sekarang. boleh dikatakan tak berbaju, baju ada tapi serupa limpiang dililik kulik pisang. Kalau ngenet fahamnya hanya facebookan dan sekali-sekali Twitteran. Cara memprintpun tak faham, jika tak ada browser modzila mereka kehilangan akal. Andeh..ampun den..
Selain keadaan di kampung, tuan tentu penasaran dengan keadaan di Pasa Bukittinggi. Ya.. kami faham, namun tatkala pulang cuti yang lalu, kami sangat malas sekali hendak pergi. Kenapa tuan? Karena sudah dapat diterka pasti ramai dan macet. Dan memang serupa itulah keadaannya.
Dipusat kota macet, terutama di tempat-tempat perhentian seperti di stasiun, simpang di muka Hotel Ambun Suri, di muka Bioskop Sovia, Labuah Luruh, Kampuang Cino, Panorama, dan tempat-tempat lainnya yang kami rasa tuan sudah faham dengan sendirinya.
[caption id="attachment_305" align="alignleft" width="300"] Kuda yang disewakan unt pelancong
Gambar: Koleksi Pribadi[/caption]
Menarik kami lihat tatkala kami berjalan melewati lapangan pacuan kuda Bukik Ambacang di Gaduk. Apa yang menarik tuan?
Telah lama kita sama-sama tahu kalau pada petang hari ramai orang berhenti di tepi lapangan yang tepat pula berada di tepi jalan. Biasanya para orang tua yang membawa anak-anak mereka, namun kebanyakan ialah pasangan muda yang tak tahu diri.
[caption id="attachment_304" align="alignright" width="300"] Sarok nan Taserak
Gambar: Koleksi Pribadi[/caption]
Namun ada sesuatu yang lain yang kami dapati ketika itu tuan. Yakni adanya penyewaan kuda untuk dikendarai, tentunya tidak dikendarai begitu saja. Melainkan kuda-kuda tersebut dibimbing berjalan keliling lapangan, entah itu oleh sang coki, perawat/pengasuh kuda atau pemilik dari kuda itu sendiri.
[caption id="attachment_303" align="alignleft" width="300"] Sarok lo liak
gambar: koleksi Pribadi[/caption]
Dalam pandangan kami, jenis hiburan baru ini akan dapat dengan cepat menarik perhatian para wisatwan, terutama wisatawan lokal. Pada saat itu baru beberapa kuda saja yang tampak disewakan oleh orang, entahlah untuk masa ke depannya. Tuan tengok sajalah pabila pulang kampung di suatu masa kelak.
Namun ada satu kekurangan yang sangat menyedihkan hati kami di Bukik Ambacang ini tuan. Yakni sarok plastik banyak baserak di sekitar lapangan. Kalau kami tak boleh menyebut bahwa hampir sebagian besar lapangan terlihat keputih-putihan karena banyaknya sarok plastik tersebut. Sungguh ini merupakan kelebihan dari orang kita, kumuah, lato.. jadi tak nikmat mata ini memandang dibuatnya tuan.
[caption id="attachment_307" align="alignleft" width="300"] Bacewek di Bukik Ambacang.. Ampun den..
Gamabr: Koleksi Pribadi[/caption]
Adapun di kampung kita, dimana orang-orang telah silau dengan kebudayaan Jakarta, sinetron menjadi primadona, dan berbagai acara yang diadakan yang bertemakan kesenangan mendapat perhatian yang cukup besar. Terdapat beberapa orang kampung kita yang sangat kurang pemahaman agama dan kurang kesadaran beragamanya. Pada malam tahun baru yang lalu mereka memutuskan berangkat ke Pasa Bukittinggi, kata mereka hendak melihat kembang api.
Begitu juga di kampung kita, ada juga beberapa orang yang pandir-pandir menyalakan kembang api “Hendak menyambut dan meramaikan malam tahun baru” kata mereka.
[caption id="attachment_306" align="alignright" width="300"] Sadang marangah di Bukik Ambacang
Gambar: Koleksi Pribadi[/caption]
Sungguh sangat janggal dan kasihan sekali orang kampung kita sekarang tuan. Kesadaran beragama sangat kurang, pengetahuan agama merekapun sangat sedikit. Memuja-muja gaya hidup Jakarta. Pulanglah tuan, cobalah tuan tengok pakaian anak gadis di kampung kita pada masa sekarang. boleh dikatakan tak berbaju, baju ada tapi serupa limpiang dililik kulik pisang. Kalau ngenet fahamnya hanya facebookan dan sekali-sekali Twitteran. Cara memprintpun tak faham, jika tak ada browser modzila mereka kehilangan akal. Andeh..ampun den..
Selain keadaan di kampung, tuan tentu penasaran dengan keadaan di Pasa Bukittinggi. Ya.. kami faham, namun tatkala pulang cuti yang lalu, kami sangat malas sekali hendak pergi. Kenapa tuan? Karena sudah dapat diterka pasti ramai dan macet. Dan memang serupa itulah keadaannya.
Dipusat kota macet, terutama di tempat-tempat perhentian seperti di stasiun, simpang di muka Hotel Ambun Suri, di muka Bioskop Sovia, Labuah Luruh, Kampuang Cino, Panorama, dan tempat-tempat lainnya yang kami rasa tuan sudah faham dengan sendirinya.
[caption id="attachment_305" align="alignleft" width="300"] Kuda yang disewakan unt pelancong
Gambar: Koleksi Pribadi[/caption]
Menarik kami lihat tatkala kami berjalan melewati lapangan pacuan kuda Bukik Ambacang di Gaduk. Apa yang menarik tuan?
Telah lama kita sama-sama tahu kalau pada petang hari ramai orang berhenti di tepi lapangan yang tepat pula berada di tepi jalan. Biasanya para orang tua yang membawa anak-anak mereka, namun kebanyakan ialah pasangan muda yang tak tahu diri.
[caption id="attachment_304" align="alignright" width="300"] Sarok nan Taserak
Gambar: Koleksi Pribadi[/caption]
Namun ada sesuatu yang lain yang kami dapati ketika itu tuan. Yakni adanya penyewaan kuda untuk dikendarai, tentunya tidak dikendarai begitu saja. Melainkan kuda-kuda tersebut dibimbing berjalan keliling lapangan, entah itu oleh sang coki, perawat/pengasuh kuda atau pemilik dari kuda itu sendiri.
[caption id="attachment_303" align="alignleft" width="300"] Sarok lo liak
gambar: koleksi Pribadi[/caption]
Dalam pandangan kami, jenis hiburan baru ini akan dapat dengan cepat menarik perhatian para wisatwan, terutama wisatawan lokal. Pada saat itu baru beberapa kuda saja yang tampak disewakan oleh orang, entahlah untuk masa ke depannya. Tuan tengok sajalah pabila pulang kampung di suatu masa kelak.
Namun ada satu kekurangan yang sangat menyedihkan hati kami di Bukik Ambacang ini tuan. Yakni sarok plastik banyak baserak di sekitar lapangan. Kalau kami tak boleh menyebut bahwa hampir sebagian besar lapangan terlihat keputih-putihan karena banyaknya sarok plastik tersebut. Sungguh ini merupakan kelebihan dari orang kita, kumuah, lato.. jadi tak nikmat mata ini memandang dibuatnya tuan.
Komentar
Posting Komentar