[caption id="attachment_491" align="alignright" width="300"] Maaf tuan kalau gambar tak sesuai dengan isi tulisan.
Gambar ini kami ambil di perbatasan Joho jo Mejan[/caption]
Tatkala pulang kampung yang dahulu, tampak oleh kami orang dengan pakaian yang tak karuan, badan yang tak terawat, tatapan mata yang kosong, dan tentu saja badan yang mengeluarkan bau yang tak sedap. Ya tuan, itulah orang gila. Segera saja kami teringat akan masa lalu, suatu masa tatkala kami masih pandir-pandir, masuk parak keluar parak, kena buru oleh yang punya parak.
Dahulu ada satu orang gila yang sangat terkenal di kampung kita, “Si Ameh” namanya. Kalau kami tak salah si Ameh ini berasal dari Ampang. Kenapa dipanggil dengan sebutan Si Ameh? Karena dia sangat suka sekali meminta uang ke orang kampung. Dan uang yang dimintanya hanya sebesar Rp.50,- tak kurang dan tak lebih.
Pada masa itu uang Rp. 50,- sangatlah berarti tuan (maksud kami untuk anak-anak seusia kami masa itu). Dengan uang sebesar Rp.50,- kita dapat membeli gula-gula sebanyakdua buah, es tong-tong sebesar setengah batang, es singapur[1] satu batang, dan lain sebagainya.
Lalu apa hubungannya dengan gelar “Si Ameh” yang disematkan kepadanya. Angka satuan 50 bagi kita orang Minang pada masa dahulu setara dengan 1 Emas. Tentunya dengan menggunakan takaran emas orang zaman dahulu. Cobalah tuan tanyakan kepada amak,ayah, atau inyiak tuan di kampung..:-)
Lalu ada satu orang gila lagi yang sangat terkenal di kalangan orang se Kamang-Magek, ya tuan, beliau ialah “Mak Jimia..”. Sangat terkenal dengan pakaiannya yang kata orang Jakarta “Nyentrik” serta dengan bau badan yang Allahurabbi..
Orang tua malang ini kalau tak salah berasal dari Guguak Pincuran. Kedua orang gila ini akan tampil ke keramaian pada hari pakan di kampung kita. Tuan, jika tuan sampai lupa hari apa hari pakan di kampung kita, sungguh ther-lha-lhu..
Kata orang “Mak Jimia” sesungguhnya orang dengan IQ yang tinggi. Beliau faham dua bahasa asing yakni Inggris dan Belanda. Namun orang-orang tak pernah tahu apa sebabnya kenapa Mak Jimia sampai kehilangan akal seperti ini. Sungguh malang laki-laki jenius ini. Kami pernah mendengar ada orang berkata ” batas antara orang jenius dengan orang gila hanya beda tipis.. “
Kami dengar, sudah semenjak muda beliau ini menjadi gila tuan. Ada kabar yang mengatakan kalau beliau ini disuntik gila oleh Jepang atau oleh Belanda. Namun kami tidak pernah tahu penyebab sebenarnya tuan. Mungkin tuan telah mendapat kabar mengenai hal ini? Sudilah memberi tahu kami..
Dahulu ketika beliau agak sedikit lebih muda, Mak Jimia ini dipasung oleh orang di Jenjang Ampek Puluah. Apabila ada orang yang datang mengelilinginya guna menengok keadaan diri Mak Jimia ini maka beliau akan segera mengiba "Buyuang.. tolonglah ang lapehan den.." (Buyung, tolonglah kamu lepaskan saya..)
Entah kenapa kemudiannya dibiarkan oleh orang berkeliaran. Beliau selalu berjalan-jalan saja kerjanya. Sekali terlihat di Pakan Sinayan, Kemudian di Guguak Pincuran, Pakan Kami, Pasa Bukittinggi, dan lain-lain tempat. Tidur dimana teringat, sungguh malang nian nasib orang tua ini.
Masih ada satu orang lagi tuan, namun kami lupa siapa namanya. Namun berdasarkan keterangan dari beberapa orang engku yang telah membaca tulisan ini. Mucnul dua nama yakni Si Kuntaw dan Si Tancin, entah mana yang benar diantara kedua nama ini. Sudilah kiranya engku dan enci memberi tahu kami..
Orang ini berasal dari Mudiak (Kamang Mudiak), kalau kita tawari uang maka dia akan menggoyang-goyangkan badannya. Ya.. goyangan badannya itulah sebagai upah atas uang yang diterimanya. Munculnya juga hanya pada hari pakan saja tuan.
Terkadang kami, anak-anak nakal sering mempermainkannya dengan berbohong akan memberikannya uang apabila dia mau berjoget untuk kami. Dia memang melakukannya, namun begitu tahu kami tak memberikannya sepersen uangpun, maka dia tidak akan mau lagi apabila disuruh berjoget. Salah satu pelajaran penting tuan: ternyata orang gila tahu kalau kita dibohongi..
Kemudian ada pula Si Katak, entah kenapa orang ini digelari oleh orang kampung dengan gelar Si Katak. Kamipun tak pula tahu, namun engku dan encik sekalian, ingatan kami akan Si Katak tampaknya telah kabur, berkenankah engku dan encik memberi tahu kami..
Sama halnya dengan berbagai elemen dalam kehidupan ini dimana selalu ada yang datang dan pergi. Maka begitu pulalah dengan orang gila di kampung kita, selalu ada degenerasi. Sungguh malang kampung kita, orang gilapun sampai ada degenerasinya. Hehe..
[1] Singapur atau Singapura, merupakan plesetan untuk nama salah satu nagari di Luhak Agam yakni Sungai Pua yang terkenal sekali dengan industri kerajinan mereka. Salah satu es yang sangat terkenal sampai dijual oleh orang-orang di setiap sudut Kota Bukittinggi ketika itu.
Gambar ini kami ambil di perbatasan Joho jo Mejan[/caption]
Tatkala pulang kampung yang dahulu, tampak oleh kami orang dengan pakaian yang tak karuan, badan yang tak terawat, tatapan mata yang kosong, dan tentu saja badan yang mengeluarkan bau yang tak sedap. Ya tuan, itulah orang gila. Segera saja kami teringat akan masa lalu, suatu masa tatkala kami masih pandir-pandir, masuk parak keluar parak, kena buru oleh yang punya parak.
Dahulu ada satu orang gila yang sangat terkenal di kampung kita, “Si Ameh” namanya. Kalau kami tak salah si Ameh ini berasal dari Ampang. Kenapa dipanggil dengan sebutan Si Ameh? Karena dia sangat suka sekali meminta uang ke orang kampung. Dan uang yang dimintanya hanya sebesar Rp.50,- tak kurang dan tak lebih.
Pada masa itu uang Rp. 50,- sangatlah berarti tuan (maksud kami untuk anak-anak seusia kami masa itu). Dengan uang sebesar Rp.50,- kita dapat membeli gula-gula sebanyakdua buah, es tong-tong sebesar setengah batang, es singapur[1] satu batang, dan lain sebagainya.
Lalu apa hubungannya dengan gelar “Si Ameh” yang disematkan kepadanya. Angka satuan 50 bagi kita orang Minang pada masa dahulu setara dengan 1 Emas. Tentunya dengan menggunakan takaran emas orang zaman dahulu. Cobalah tuan tanyakan kepada amak,ayah, atau inyiak tuan di kampung..:-)
Lalu ada satu orang gila lagi yang sangat terkenal di kalangan orang se Kamang-Magek, ya tuan, beliau ialah “Mak Jimia..”. Sangat terkenal dengan pakaiannya yang kata orang Jakarta “Nyentrik” serta dengan bau badan yang Allahurabbi..
Orang tua malang ini kalau tak salah berasal dari Guguak Pincuran. Kedua orang gila ini akan tampil ke keramaian pada hari pakan di kampung kita. Tuan, jika tuan sampai lupa hari apa hari pakan di kampung kita, sungguh ther-lha-lhu..
Kata orang “Mak Jimia” sesungguhnya orang dengan IQ yang tinggi. Beliau faham dua bahasa asing yakni Inggris dan Belanda. Namun orang-orang tak pernah tahu apa sebabnya kenapa Mak Jimia sampai kehilangan akal seperti ini. Sungguh malang laki-laki jenius ini. Kami pernah mendengar ada orang berkata ” batas antara orang jenius dengan orang gila hanya beda tipis.. “
Kami dengar, sudah semenjak muda beliau ini menjadi gila tuan. Ada kabar yang mengatakan kalau beliau ini disuntik gila oleh Jepang atau oleh Belanda. Namun kami tidak pernah tahu penyebab sebenarnya tuan. Mungkin tuan telah mendapat kabar mengenai hal ini? Sudilah memberi tahu kami..
Dahulu ketika beliau agak sedikit lebih muda, Mak Jimia ini dipasung oleh orang di Jenjang Ampek Puluah. Apabila ada orang yang datang mengelilinginya guna menengok keadaan diri Mak Jimia ini maka beliau akan segera mengiba "Buyuang.. tolonglah ang lapehan den.." (Buyung, tolonglah kamu lepaskan saya..)
Entah kenapa kemudiannya dibiarkan oleh orang berkeliaran. Beliau selalu berjalan-jalan saja kerjanya. Sekali terlihat di Pakan Sinayan, Kemudian di Guguak Pincuran, Pakan Kami, Pasa Bukittinggi, dan lain-lain tempat. Tidur dimana teringat, sungguh malang nian nasib orang tua ini.
Masih ada satu orang lagi tuan, namun kami lupa siapa namanya. Namun berdasarkan keterangan dari beberapa orang engku yang telah membaca tulisan ini. Mucnul dua nama yakni Si Kuntaw dan Si Tancin, entah mana yang benar diantara kedua nama ini. Sudilah kiranya engku dan enci memberi tahu kami..
Orang ini berasal dari Mudiak (Kamang Mudiak), kalau kita tawari uang maka dia akan menggoyang-goyangkan badannya. Ya.. goyangan badannya itulah sebagai upah atas uang yang diterimanya. Munculnya juga hanya pada hari pakan saja tuan.
Terkadang kami, anak-anak nakal sering mempermainkannya dengan berbohong akan memberikannya uang apabila dia mau berjoget untuk kami. Dia memang melakukannya, namun begitu tahu kami tak memberikannya sepersen uangpun, maka dia tidak akan mau lagi apabila disuruh berjoget. Salah satu pelajaran penting tuan: ternyata orang gila tahu kalau kita dibohongi..
Kemudian ada pula Si Katak, entah kenapa orang ini digelari oleh orang kampung dengan gelar Si Katak. Kamipun tak pula tahu, namun engku dan encik sekalian, ingatan kami akan Si Katak tampaknya telah kabur, berkenankah engku dan encik memberi tahu kami..
Sama halnya dengan berbagai elemen dalam kehidupan ini dimana selalu ada yang datang dan pergi. Maka begitu pulalah dengan orang gila di kampung kita, selalu ada degenerasi. Sungguh malang kampung kita, orang gilapun sampai ada degenerasinya. Hehe..
[1] Singapur atau Singapura, merupakan plesetan untuk nama salah satu nagari di Luhak Agam yakni Sungai Pua yang terkenal sekali dengan industri kerajinan mereka. Salah satu es yang sangat terkenal sampai dijual oleh orang-orang di setiap sudut Kota Bukittinggi ketika itu.
tuan.. orang gila yang terakhir namanya si Tancin
BalasHapusterimakasih engku, dari manakah asalnya orang ini?
BalasHapuskalau tidak salah. antara aia tabik dan bansa ... yang jelas berasal dari kamang mudiak
BalasHapustarimokasih engku..
BalasHapussi kuntaw gala urang gilo nan dari kamang mudiak tu tuan,nan acok kapakan silasa mamintak sembako ka urang balai
BalasHapustarimokasih engku..
BalasHapussi katak dari hilia lamo baa??
BalasHapus