Langsung ke konten utama

Mayoret nan Sensual

[caption id="attachment_557" align="alignleft" width="224"]Atraksi salah satu mayoret. Pertunjukan (atraksi) salah satu mayoret.[/caption]

Nah tuan, jika mendengar Khatam Al Q ur’an, apa yang terbesit di benak tuan?

Aha.. pasti drumband atau oleh orang-orang kota disebut dengan marchineband. Ya.. tuan, kelompok drumband terkenal di kampung kita ialah drumband milik MTsN Kamang di Ampang. Mungkin salah seorang dari tuan pernah menjadi anggota dari grup drumband ini dahulu semasa bersekolah di sana.

Ketika kami pandangi beberapa foto yang berhasil kami dapati. Tampaknya tak ada perubahan pada grup drumband ini. pakaiannya masih tetap sama, begitu juga instrumen musik dan susunan anggotanya. Entahlah kalau kami silap tuan,..

Seragam yang mereka pakai masih sama dengan yang dahulu tuan pakai, baju jambu aia (merah jambu) serta celana putih. Para anggota masih didominasi oleh kaum perempuan, para anak gadis. Anak lelaki mendapat jatah memegang peralatan musik yang berat-berat.

[caption id="attachment_554" align="alignright" width="224"]Pertunjukan lain dari mayoret. Pertunjukan lain dari mayoret.[/caption]

Yang membuat kami sedih ialah pakaian yang dipakai oleh tiga orang mayoret. Tiga orang mayoret,  merupakan bintang dari pertunjukan, bidadari. Mereka yang dipilih ialah yang tercantik, tinggi, dan menawan.  Setidaknya menurut pandangan para guru dan kawan-kawan mereka, kalau menurut tuan macam mana pula?

Tuan, sudah lama kami hendak mengetahui; siapa gerangan yang merancang pakaian  para mayoret ini. Entah apa yang ada dibenak mereka, entah apa yang ada dibenak para guru? Pantaskah seorang murid dari sekolah agama memakai pakaian seperti ini?

Pakaian ini sebenarnya baju dengan rok mini di atas lutut. Hanya dimodifikasi dengan memakaikan celana ketat pada bagian dalam, sehingga tidak begitu menonjol dan tersamarkan auratnya. Walau bagi kami hal tersebut sama saja dengan tidak. Sepatu boot dengan hak tinggi, ditambah dengan solekan bedak yang tebal, gincu (lipstik) yang merah menyala, pemerah pipi yang membuat pipi mereka merona, eye shadow yang membuat mata mereka semakin sensual, dan entah apa lagi yang tak tampak beitu jelas oleh kami di foto ini duhai tuan.

[caption id="attachment_559" align="alignleft" width="300"]Cihuy.. asyik nian.. Cihuy.. asyik nian..[/caption]

Pantaskah dalam pandangan adat dan agama kita hal yang demikian tuan. Pantaskah seorang anak perempuan nan sedang "boneh" menjadi tontonan bagi orang banyak? Orang sekampung?

Dimana marwah dirinya? Dimana marwah keluarganya? Dimana marwah kaumnya? Dimana marwah sukunya? Dimana marwah nagarinya? Dimana tuan..?

Perempuan ialah lambang kehormatan bagi setiap keluarga di Ranah Minang. Kata nabi kita empat belas abad yang silam “Baik buruknya suatu bangsa dapat ditengok pada keadaan kaum perempuannya. Jika baik perempuan pada suatu bangsa maka berarti bangsa itu baik pula. Namu apabila yang sebaliknyalah yang berlaku maka sudah terang bagi kita keadaannya..”

[caption id="attachment_558" align="alignright" width="300"]"Here we are.." kata mereka kira-kira. "Here we are.." kata mereka kira-kira.[/caption]

Begitulah tuan, bukan maksud hati kami hendak memburuk-burukkan. Apa yang kami sampaikan ini karena kami cinta dan peduli kepada kampung kita tercinta. Kalau bukan kita anak nagari sendiri yang membenahi, siapa lagi tuan? Orang lainkah?

Kalaupun ada orang lain, tak malukah kita orang Kamang. Orang lain justeru menaruh perhatian dan minat ke kampung kita, akan tetapi anak nagari sendiri malah basipakak banak sen.

Apa yang ada telah baik, akan lebih baik lagi jika kita perbaiki dan benahi, tentunya sesuai dengan adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah..

Komentar

  1. bbetul, tuanku. sekarang era-nya sudah dinamis, akibat dari kemajuan informasi dan teknologi, sehingga sangat memudahkan setiap anak nagari meng-akses dunia di "lua nagari" awak. dengan mengikuti trend terbaru, mereka beranggapan itulah wujud kemajuan. bersyukur kini acara "band" di kampuang2 lah dapek larangan di nagari awak. mudah2an ke depannyo kegiatan2 alek nagari kembali dihiasi oleh seni2 tradisional. karena dengan mengembalikan budaya lama yang selama ini "terendam", ditegakkan lagi. mari kito sebagai urang kamang, bangkit kan lagi budaya lama yang terpendam. yang kecek inyiak inyiak wak dulu, kalau nagari kamang punyo urang2 yang hebat nan baradat.

    BalasHapus
  2. […] tengok di gambar yang dikirimkan kalau pakaian seragam anak drum-band dari sanawiyah kita telah bertukar rupanya. Namun warna kuning tetap masih digunakan, suka sekali orang sanawiyah […]

    BalasHapus
  3. […] tengok di gambar yang dikirimkan kalau pakaian seragam anak drum-band dari sanawiyah kita telah bertukar rupanya. Namun warna kuning tetap masih digunakan, suka sekali orang sanawiyah […]

    BalasHapus
  4. terimakasih dunsanak yang alah paratian ka Sekolah awak MTsN Kamang yang tercinta, dan terimakasih atas kritikannya, cuma ado satu / beberapa kata yang dunsanak indak di perhatikan, sehingga tahu orang sadonyo...mereka2 semuanya anak2 kita, dan itu sekolah kita.yaitu kata-kata : Entah apa yang ada dibenak mereka, entah apa yang ada dibenak para guru? yang mabuek kito sadonyo tatungkuik samo makan tanah, tatilatang samo minum ambun.....termasuk anak kita di luar sekolah....kami juga mohon bantuan untuk menegur dan menyapa mereka...karena itu tugas kita semua untuk menciptakan generasi yang berakhlakul karimah....untuk kita ketahui semua....untuk meraih yang demikian. ado 3 komponen yang terlibat : sekolah, masyarakat, dan rumah tangga...oelh karena itu kedepan seandainyo ado nan salah caliak, salah kakok, salah away, salah langkah dari anak-anak kita atau majelis guru di MTsN Kamang Mohon kiranya sampaikan hal ini ke sekolah, insyaallah kita usahakan untuk merubahnya.saya sepakat dengan istilah orang lapau nasi : kalaw enak sampaikan ka urang, kalaw ndak enak sampaikan ka yang punya....trimakasih syukran kasiran....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum