Tahukah engku dan encik sekalian kalau Jorong Dalam Koto di kampung kita merupakan jorong yang terluas dari tujuh belas jorong yang ada di Nagari Kamang?
Jorong ini memiliki beberapa kampung seperti Dalam Koto (sama dengan nama Jorong), Baruah Bukik, Cegek, Anak Aia, Rawang, Caniago, dan beberapa lagi yang kami lupa namanya. Jika teringat dengan Dalam Koto, maka kami akan terkenang akan beberapa kekhasan yang bagi kami cukup membekas di hati. Seperti Kampuang Cegek yang mirip namanya dengan nama salah satu buah-buahan atau boleh juga kita sebut sebagai salah satu bumbu untuk memasak ataupun ada juga dijadikan obat oleh orang. Kampung ini selain khas dengan namanya juga khas dengan penduduknya. Yakni kesemua penduduknya berasal dari orang-orang bersukukan Pisang (Ampek Ibu).
[caption id="attachment_603" align="alignright" width="224"] Jambatan di Rawang[/caption]
Kemudian Kampung Anak Aia yang nama ini juga kita temukan digunakan oleh beberapa kawasan di luar kampung kita. Contohnya saja di Bukittinggi, ada kawasan yang bernama Anak Aia. Kemudian Rawang yang kalau huruh “R” ditukar dengan “L” maka menjadi Lawang. Salah satu kawasan di dekat Maninjau yang terkenal akan keelokan alamnya dan dijadikan sebagai kawasan sebagai Paralayang di sana.
Untuk kesempatan kali ini, kami akan mencoba mengabarkan perihal Kampung Rawang. Kampung ini dapat kita masuki dari arah Dalam Koto, Cegek, dan Koto Panjang. Dikelilingi oleh kawasan persawahan sehingga terkadang dalam bayangan kami serupa pulau di tengah lautan persawahan. Pada masa sekarang, jalan-jalan di kampung ini telah dicor oleh orang dengan semen.
Kata Rawang sendiri bermakna sejenis tanah yang tidak lagi produktif dimana kalau disirami oleh air hujan maka tanah tersebut akan boco. Adapun sawah-sawah yang ada di sanah ialah dalam-dalam.
[caption id="attachment_605" align="alignleft" width="225"] Tangalau[/caption]
Sungguh sangat elok sekali pemandangan di kampung ini engku dan encik sekalian. Cobalah sekali-kali berjalan-jalan melepas taragak di kampung ini. Pastilah akan terkenang selalu oleh engku dan encik sekalian sesampainya di rantau orang. Sawah yang merangkai-rangkai dibatasi oleh tepian yang ditumbuhi oleh rimbunan pepohonan ataupun semak-semak yang terlihat menawan (apabila dilihat dari jauh tentunya).
Terdapat satu batang aia yang kita orang Kamang menyebutnya dengan Tangalau atau oleh orang Limo Kambiang disebut dengan Banda. Apakah makna dari kata “Tangalau” itu duhai engku dan encik sekalian? Kamipun tak pula tahu, berkanankah engku kiranya engku dan encik sekalian mencarikannya untuk kami.
[caption id="attachment_607" align="alignright" width="224"] Jambatan Lamo[/caption]
Di atas Tangalau telah dibuat oleh orang sebuah jambatan baru, di sisi sebelahnya terdapat sisa-sisa runtuhan jambatan sebelumnya. Airnya tenang, bagi yang suka mamapeh[1] tentulah akan senang sekali dengan Tangalau ini.
Jika engku dan encik berjalan dari arah Cegek menuju Rawang, maka engku akan menyusuri jalan yang di satu sisinya merupakan kawasan persawahan sedangkan disisi lainnya ialah tebing yang di atasnya terdapat parak-parak[2] milik penduduk. Ada juga yang di kanan dan kirinya ialah sawah-sawah. Sungguh sangat indah dipandang, apakah memandang liukan jalan-jalan membelah kampung yang ada disini, Ataupun pemandangan alam yang kita nikmati dari kampung ini.
[caption id="attachment_602" align="alignleft" width="300"] Surau Rawang[/caption]
Namun ada satu hal yang menyusahkan hati kami tatkala mengunjungi kampung ini engku dan encik sekalian. Apakah itu gerangan?
Sungguh sangat sedih hati ini mendapati kampung yang indah dan elok ini ternyata ada yang kurang terperhatikan. Apakah itu engku?
[caption id="attachment_600" align="alignright" width="300"] Simpang[/caption]
Jalan sudah dipercantik, jambatan sudah pula dibuat baru, namun bagaimana dengan surau? Mungkin orang kampung sedang mengumpulkan dana untuk mempercantik surau. Kita nanti saja, semoga dalam waktu yang tak berapa lama lagi, surau Al Ihsan akan segera dipercantik oleh orang. Mudah-mudahan, Insya Allah..
[caption id="attachment_598" align="alignleft" width="225"] Jalanan nan rancak[/caption]
Keelokan kampung ditambah dengan jalanan yang telah diaspal semakin memikat hati kita apabila mengunjungi kampung ini. Sungguhlah beruntung sekali orang Rawang memiliki kampung yang elok semacam ini.
Namun pinta kami engku dan encik sekalian, Tolonglah dijaga jangan sampai anak bujang jo gadih nan jolong gadang, kancang-kancang mambawa onda. Celaka nanti engku dan encik sekalian. Nyawa ini taruhannya. Yang namanya anak-anak tentulah tangkar dan tak hendak di tegah. Namun janganlah sampai kita berputus asa. Cara yang paling bijak ialah dengan berhenti memanjakan anak kamanakan kita dengan membelikan mereka onda. Tak baik bagi perkembangan jiwa dan watak (mental mereka).
Maafkan kami engku dan encik sekalian kalau sampai belagak mengajar pula kami ini. Tak ada maksud, hanya mencoba berpanjang akal dan menyampaikan apa yang kami ketahui. Bukankah agama kita mengajarkan untuk menyampaikan walau hanya satu ayat?
jangan pula kampung kita sampai dijadikan sebagai Kawasan Wisata. Tanyayo[3] anak kamanakan kita nantinya engku dan encik sekalian. Tentunya bagi orang-orang yang berfikiran panjang.
Jorong ini memiliki beberapa kampung seperti Dalam Koto (sama dengan nama Jorong), Baruah Bukik, Cegek, Anak Aia, Rawang, Caniago, dan beberapa lagi yang kami lupa namanya. Jika teringat dengan Dalam Koto, maka kami akan terkenang akan beberapa kekhasan yang bagi kami cukup membekas di hati. Seperti Kampuang Cegek yang mirip namanya dengan nama salah satu buah-buahan atau boleh juga kita sebut sebagai salah satu bumbu untuk memasak ataupun ada juga dijadikan obat oleh orang. Kampung ini selain khas dengan namanya juga khas dengan penduduknya. Yakni kesemua penduduknya berasal dari orang-orang bersukukan Pisang (Ampek Ibu).
[caption id="attachment_603" align="alignright" width="224"] Jambatan di Rawang[/caption]
Kemudian Kampung Anak Aia yang nama ini juga kita temukan digunakan oleh beberapa kawasan di luar kampung kita. Contohnya saja di Bukittinggi, ada kawasan yang bernama Anak Aia. Kemudian Rawang yang kalau huruh “R” ditukar dengan “L” maka menjadi Lawang. Salah satu kawasan di dekat Maninjau yang terkenal akan keelokan alamnya dan dijadikan sebagai kawasan sebagai Paralayang di sana.
Untuk kesempatan kali ini, kami akan mencoba mengabarkan perihal Kampung Rawang. Kampung ini dapat kita masuki dari arah Dalam Koto, Cegek, dan Koto Panjang. Dikelilingi oleh kawasan persawahan sehingga terkadang dalam bayangan kami serupa pulau di tengah lautan persawahan. Pada masa sekarang, jalan-jalan di kampung ini telah dicor oleh orang dengan semen.
Kata Rawang sendiri bermakna sejenis tanah yang tidak lagi produktif dimana kalau disirami oleh air hujan maka tanah tersebut akan boco. Adapun sawah-sawah yang ada di sanah ialah dalam-dalam.
[caption id="attachment_605" align="alignleft" width="225"] Tangalau[/caption]
Sungguh sangat elok sekali pemandangan di kampung ini engku dan encik sekalian. Cobalah sekali-kali berjalan-jalan melepas taragak di kampung ini. Pastilah akan terkenang selalu oleh engku dan encik sekalian sesampainya di rantau orang. Sawah yang merangkai-rangkai dibatasi oleh tepian yang ditumbuhi oleh rimbunan pepohonan ataupun semak-semak yang terlihat menawan (apabila dilihat dari jauh tentunya).
Terdapat satu batang aia yang kita orang Kamang menyebutnya dengan Tangalau atau oleh orang Limo Kambiang disebut dengan Banda. Apakah makna dari kata “Tangalau” itu duhai engku dan encik sekalian? Kamipun tak pula tahu, berkanankah engku kiranya engku dan encik sekalian mencarikannya untuk kami.
[caption id="attachment_607" align="alignright" width="224"] Jambatan Lamo[/caption]
Di atas Tangalau telah dibuat oleh orang sebuah jambatan baru, di sisi sebelahnya terdapat sisa-sisa runtuhan jambatan sebelumnya. Airnya tenang, bagi yang suka mamapeh[1] tentulah akan senang sekali dengan Tangalau ini.
Jika engku dan encik berjalan dari arah Cegek menuju Rawang, maka engku akan menyusuri jalan yang di satu sisinya merupakan kawasan persawahan sedangkan disisi lainnya ialah tebing yang di atasnya terdapat parak-parak[2] milik penduduk. Ada juga yang di kanan dan kirinya ialah sawah-sawah. Sungguh sangat indah dipandang, apakah memandang liukan jalan-jalan membelah kampung yang ada disini, Ataupun pemandangan alam yang kita nikmati dari kampung ini.
[caption id="attachment_602" align="alignleft" width="300"] Surau Rawang[/caption]
Namun ada satu hal yang menyusahkan hati kami tatkala mengunjungi kampung ini engku dan encik sekalian. Apakah itu gerangan?
Sungguh sangat sedih hati ini mendapati kampung yang indah dan elok ini ternyata ada yang kurang terperhatikan. Apakah itu engku?
[caption id="attachment_600" align="alignright" width="300"] Simpang[/caption]
Jalan sudah dipercantik, jambatan sudah pula dibuat baru, namun bagaimana dengan surau? Mungkin orang kampung sedang mengumpulkan dana untuk mempercantik surau. Kita nanti saja, semoga dalam waktu yang tak berapa lama lagi, surau Al Ihsan akan segera dipercantik oleh orang. Mudah-mudahan, Insya Allah..
[caption id="attachment_598" align="alignleft" width="225"] Jalanan nan rancak[/caption]
Keelokan kampung ditambah dengan jalanan yang telah diaspal semakin memikat hati kita apabila mengunjungi kampung ini. Sungguhlah beruntung sekali orang Rawang memiliki kampung yang elok semacam ini.
Namun pinta kami engku dan encik sekalian, Tolonglah dijaga jangan sampai anak bujang jo gadih nan jolong gadang, kancang-kancang mambawa onda. Celaka nanti engku dan encik sekalian. Nyawa ini taruhannya. Yang namanya anak-anak tentulah tangkar dan tak hendak di tegah. Namun janganlah sampai kita berputus asa. Cara yang paling bijak ialah dengan berhenti memanjakan anak kamanakan kita dengan membelikan mereka onda. Tak baik bagi perkembangan jiwa dan watak (mental mereka).
Maafkan kami engku dan encik sekalian kalau sampai belagak mengajar pula kami ini. Tak ada maksud, hanya mencoba berpanjang akal dan menyampaikan apa yang kami ketahui. Bukankah agama kita mengajarkan untuk menyampaikan walau hanya satu ayat?
jangan pula kampung kita sampai dijadikan sebagai Kawasan Wisata. Tanyayo[3] anak kamanakan kita nantinya engku dan encik sekalian. Tentunya bagi orang-orang yang berfikiran panjang.
Awak tingga di Nagari Rawang ko, Iyo sabana rancak. Kalau pulang kampuang sabana taraso alami nyo.
BalasHapus[…] Koto memiliki beberapa kawasan yang terpisah-pisah letaknya. Yakni kawasan Baruah Bukik, Cegek, Rawang, Anak Aia, Sikumbang dan Dalam Koto itu sendiri. Terdapat kawasan lain seperti Koto Kaciak yang […]
BalasHapus