[caption id="attachment_631" align="alignleft" width="224"] Kanak-kanak pergi sekolah.
Mohon maaf pabila gambarnya tak sesuai.[/caption]
Batucak ialah salah satu permainan kanak-kanak di Minangkabau dimasa beberapa tahun yang silam. Sedangkan kanak-kanak di masa yang lebih dahulu memakai buah-buahan yang hanya berbuah pada musim tertentu sebagai taruhan.[1] Maka dikenallah musim batucak. Sedangkan dimasa kami kanak-kanak Musim Batucak ada berdasarkan keberadaan barang-barang yang akan digunakan sebagai batucak itu dijual di lepau. Di masa kami dikenal beberapa jenis tucak,[2] seperti tucak gambar-gambar dimana yang menjadi taruhan ialah gambar-gambar aneh yang katanya gambar super hero, dijual oleh orang dalam bentuk lembaran (lapiak). Dalam satu lapiak terdapat 36-40 gambar.
Kemudian tucak kalerang[3], kelereng inipun dijual pula oleh orang. Ada kalereng susu yang warnanya sepenuhnya putih seperti susu serta diselingi beberapa belang. Sehingga kelereng itu serupa warna sapi. Ada pula kelereng yang bening yang di dalamnya terdapat serupa lembaran daun yang lancip setiap ujungnya. Beraneka warna setiap kelereng. Ada pula kelereng basago, dimana terdapat garis mebujur dari kutup yang satu ke kutub yang satu. Dipercaya kelereng ini ialah yang paling kuat, tidak pernah bocet apalagi pecah apabila kena tembak dengan tembakan yang keras oleh kelereng lawan. Ada pula kelereng dengan ukuran kecil yang hanya sekedar koleksi atau mainan saja, tidak dapat dibawa batucak. Begitu juga terdapat kelereng yang berukuran besar yang juga tidak dapat dibawa batucak.
Terakhir ialah tucak kajai.[4] Kajai yang dipakai bukanlah kajai pangabek yang biasa dipakai oleh orang di kedai. Melainkan kajai dengan ukuran sedang. Pada masa sekarang kebanyakan bewarna hijau, namun dahulu ada yang bewarna putih. Kalau kajai yang dimiliki sudah banyak, maka biasanya akan dilapiah.[5] Suatu kebanggan tersendiri apabila kajai yang dimiliki telah dilapiah, suatu pertanada atak[6] awak telah banyak terkumpulkan. Ada pula beberapa anak yang merendam beberapa kajai yang dimilikinya ke dalam minyak tanah dalam masa satu malam. Tujuannya ialah agar kajainya menebal sehingga lebih mudah diregangkan dan lebih kencang lajunya apabila ditembakkan.
Ada beberapa jenis permainan dalam batucak, pertama ialah Tucak Gambar-gambar:
Kejelian dalam memilih sandal serta kemahiran dalam melempar tarompa sangat menentukan kemenangan. Tarompa yang dipilih hendaknya yang datar tapaknya atau mungkin yang lentur, namun jangan terlalu lentur. Tidak terlalu berat dan tidak pula terlalu ringan. Tarompa yang lazim digunakan ialah Tarompa Japang merek “Swallow”. Dilarang menggunakan tarompa baru ataupun Tarompa BATA.[7]
[caption id="attachment_630" align="alignright" width="300"] Kanak-kanak bertucak kalerang. Dimasa dahulu bermain tucak di coran semen dipandang rendah. tanda masih amatir.[/caption]
Kedua ialah pada Tucak Kalereng:
Terakhir ialah Tucak Kajai:
Yang berhasil kami ingat ialah Tucak Kajai ini hanya terdiri atas satu permainan saja yakni dengan membuat dua buah garis pada tanah satu atas dan satu bawah. Garis bagian bawah ialah tempat berpijak petaruh dimana ia akan melempar atak yang telah disusun ditangan. Petaruh memiliki satu kajai yang dianggap terbaik sebagai pambae seperti kajai yang telah direndam dalam minyak tanah tadi. Terkadang beberapa petaruh melarang kawan yang bermain dengannya menggunakan kajai yang telah direndam dengan minyak tanah. Sebab dianggap tidak jantan (gentleman).
[caption id="attachment_632" align="alignleft" width="300"] Salah satu gambaran dari salah satu sudut perkampungan di kampung kita. Sekarang kebanyakan jalan telah dicor dengan semen.
Lokasi di Dangau Baru[/caption]
Setelah dilempar maka para pesaing akan menentukan kajai mana saja yang hendak dibae oleh si pemain. Dia berhasil memenangi permainan dengan dimana seluruh atak yang menjadi taruhan menjadi miliknya dengan syarat kajai yang telah ditentukan untuk ditembak atau dibae berhasil melewati garis bagian atas.
Kajai yang ditembak ialah kajai yang tidak berhimpitan dengan kajai yang lain. Apabila semua kajai berhimpitan dengan begitu kesempatan menjadi tiada maka giliran lawanlah untuk melempar.
Ada juga terjadi dimana kajai yang diminta untk dibae rupanya berada sangat dekat dengan kajai yang lain. Terkadang apabila muncul pertikaian karena ini maka para pemain akan menggunakan rambut mereka sebagai pembuktian kalau kajai ini tidak berhimpitan atau bersentuhan. Dan apabila benar tidak bersentuhan, maka hal ini akan membutuhkan dan menjadi pembuktian ketinggian kepandaian yang dimiliki para pemain.
Dalam melemparpun ada tekniknya pula, yakni supaya pemain mendapat atak yang bagus untuk ditembak ialah dengan membuat agar hanya ada satu kajai yang tidak berhimpit. Dan teknik ini hanya dapat dikuasai oleh para patucak[9] profesional. Yang paling malang ialah apabila kajai yang disuruh ditembak ialah kajai yang berada di bawah tumpukan kajai-kajai yang lain. Hal ini akan menyulitkan untuk membuat kajai tersebut terangkat tanpa menyentuh kajai-kajai yang lain. Apabila kajai tersebut menyentuh kajai-kajai yang lain maka dianggap gagal. Maka kesempatan menjadi milik lawan.
Bagi anak perempuan kajai ini tidak dijadikan sebagai alat bertaruh, melainkan untuk dilapiah kemudian dijadikan tali. Tali tersebut digunakan dalam permainan “Lompat Tali”[10]. Samalah kiranya permainan tali itu dengan salah satu cabang olah raga saat ini yakni Skiping. Dimana setiap tali menyentuh tanah maka si anak akan melompat. Biasanya permainannya diatur dalam beberapa tingkatan, mula-mula tali diputar secara lambat, kemudian perlahan-lahan melaju kencang, hingga kencang sekali. Bagi siapa yang tidak berhasil melompat dengan baik dimana tali sampai menyentuh kakinya maka ia akan disuruh menjadi pemutar tali.
Batucak sesungguhnya sama dengan baampok (berjudi) karena dalam permainan tersebut setiap pemain memasukkan taruhan. Beberapa orang tua yang agak siak[11] sering menegur sambil menyindir “Lah baampok lo kalian iah..”
Begitulah engku dan encik sekalian, apabila musim batucak telah tiba maka pada petang hari kampung-kampung di nagari kita akan ramai dan gaduh oleh suara melengking dari kanak-kanak nakal ini. Tak jarang hingga abang (adzan) magrib permainan belum juga sudah (usai), sehingga yang menyudahi ialah teriakan atau amarah dari orang tua mereka. Barulah mereka berhenti bermainan dan tabang berhamburan ke rumah masing-masing.
Tidak jarang para petucak profesional pergi keluar dari kampungnya, bertandang ke kampung lain mencari lawan sebanding. Walah.. sombong sekali kanak-kanak ini engku dan encik sekalian. Namun memanglah demikian, kepandaian mereka batucak sudah harum kemana-mana di kampung kita. Sehingga tak ada seorang anakpun yang berani melawannya, takut kalah, bangkrut. Apabila dia sudah ikut main, maka anak-anak lain akan menyudahi permainannya. Memanglah susah jua menjadi orang hebat yang namanya terkenal seantero kampung.
Itu dahulu engku dan encik sekalian, sekarang?
Masihkah ada terdapati oleh engku dan encik sekalian di kampung kita kanak-kanak melakukan permainan ini? Masihkah terdengar oleh engku dan encik suara melengking kanak-kanak yang riuh-rendah besorak ataupun memprotes lawan bermain mereka? Masihkah ada engku dan encik sekalian?
Engku dan encik sekalian.. Penuturan kami ini hanya berdasarkan ingantan, tidak tertutup ada yang kurang, silap, atau terlupakan. Maka dari itu kami akan sangat senang sekali jika engku dan encik mau menukuknya (menambah) ataupun meluruskannya.
Mohon maaf pabila gambarnya tak sesuai.[/caption]
Batucak ialah salah satu permainan kanak-kanak di Minangkabau dimasa beberapa tahun yang silam. Sedangkan kanak-kanak di masa yang lebih dahulu memakai buah-buahan yang hanya berbuah pada musim tertentu sebagai taruhan.[1] Maka dikenallah musim batucak. Sedangkan dimasa kami kanak-kanak Musim Batucak ada berdasarkan keberadaan barang-barang yang akan digunakan sebagai batucak itu dijual di lepau. Di masa kami dikenal beberapa jenis tucak,[2] seperti tucak gambar-gambar dimana yang menjadi taruhan ialah gambar-gambar aneh yang katanya gambar super hero, dijual oleh orang dalam bentuk lembaran (lapiak). Dalam satu lapiak terdapat 36-40 gambar.
Kemudian tucak kalerang[3], kelereng inipun dijual pula oleh orang. Ada kalereng susu yang warnanya sepenuhnya putih seperti susu serta diselingi beberapa belang. Sehingga kelereng itu serupa warna sapi. Ada pula kelereng yang bening yang di dalamnya terdapat serupa lembaran daun yang lancip setiap ujungnya. Beraneka warna setiap kelereng. Ada pula kelereng basago, dimana terdapat garis mebujur dari kutup yang satu ke kutub yang satu. Dipercaya kelereng ini ialah yang paling kuat, tidak pernah bocet apalagi pecah apabila kena tembak dengan tembakan yang keras oleh kelereng lawan. Ada pula kelereng dengan ukuran kecil yang hanya sekedar koleksi atau mainan saja, tidak dapat dibawa batucak. Begitu juga terdapat kelereng yang berukuran besar yang juga tidak dapat dibawa batucak.
Terakhir ialah tucak kajai.[4] Kajai yang dipakai bukanlah kajai pangabek yang biasa dipakai oleh orang di kedai. Melainkan kajai dengan ukuran sedang. Pada masa sekarang kebanyakan bewarna hijau, namun dahulu ada yang bewarna putih. Kalau kajai yang dimiliki sudah banyak, maka biasanya akan dilapiah.[5] Suatu kebanggan tersendiri apabila kajai yang dimiliki telah dilapiah, suatu pertanada atak[6] awak telah banyak terkumpulkan. Ada pula beberapa anak yang merendam beberapa kajai yang dimilikinya ke dalam minyak tanah dalam masa satu malam. Tujuannya ialah agar kajainya menebal sehingga lebih mudah diregangkan dan lebih kencang lajunya apabila ditembakkan.
Ada beberapa jenis permainan dalam batucak, pertama ialah Tucak Gambar-gambar:
- Tucak tarompa, yakni dengan meletakkan taruhan dalam sebuah petak (garis berbentuk bujur sangkar) yang dilukis di tanah. Kemudian untuk pertama ialah mengambil tempat untuk mulai melempar tarompa (sandal) yang digunakan sebagai pambae atak atau taruhan. Caranya ialah dengan menjadikan petak sebagai tempat melempar tarompa. Siapa yang paling jauh, maka ialah yang pertama mambae atak. Apabila ada yang curang dengan melempar tarompanya dengan jarak yang pendek dari petak. Maka yang bersangkutan dianggap gugur.
Kejelian dalam memilih sandal serta kemahiran dalam melempar tarompa sangat menentukan kemenangan. Tarompa yang dipilih hendaknya yang datar tapaknya atau mungkin yang lentur, namun jangan terlalu lentur. Tidak terlalu berat dan tidak pula terlalu ringan. Tarompa yang lazim digunakan ialah Tarompa Japang merek “Swallow”. Dilarang menggunakan tarompa baru ataupun Tarompa BATA.[7]
- Kemudian Tucak Polok. Polok ialah batu sebesar telapak tangan berbentuk pipih dan datar kedua sisinya. Atau hanya satu sisi yang datar sedang sisi lainnya agak kurang datar. Sangat susah mencari batu jenis ini, biasanya terbuat dari batu aia. Dilarang menggunakan Batu Bata, atau serpihan coran semen yang juga datar salah satu sisinya. Teknis permainan serupa dengan Tucak Tarompa, hanya saja permainan Tucak Polok lebih susah karena batu yang digunakan sebagai pambae cukup berat untuk ukuran tenaga kanak-kanak.
- Ada satu lagi tucak yang kami lupa namanya. Yakni dengan mengocok taruhan seperti mengocok kartu remi kemudian membaginya sebanyak orang yang ikut taruhan. Angka yang paling besar dalam gambar ialah pemenangnya. Biasanya permainan ini hanya untuk pemula.
[caption id="attachment_630" align="alignright" width="300"] Kanak-kanak bertucak kalerang. Dimasa dahulu bermain tucak di coran semen dipandang rendah. tanda masih amatir.[/caption]
Kedua ialah pada Tucak Kalereng:
- Tucak Panah, ialah dengan cara membuat panah yang diukir pada tanah kemudian menjejerkan taruhan pada ukiran panah tersebut. Bagian ujung panah ialah kepalanya, barang siapa yang berhasil mengenai dan mengeluarkan kelereng yang berada pada deretan maka kelereng yang berada pada deretan arah ke pangkal menjadi miliknya. Hal ini cukup sulit karena kelereng disusun berderet dengan jarak yang sangat tipis. Terkadang apabila muncul pertikaian maka anak-anak akan menggunakan rambut mereka sebagai pembuktian bahwa kelereng ini tidak saling bersentuhan. Syarat kemenangan ialah kelereng yang berhasil dikenai dan keluar dari garis panah tidak boleh menyentuh kelereng lain. Dan syarat kedua ialah kelereng pambae harus berada di atas atak[8] yang kena bae. Para petaruh akan memulai permainan pada garis yang dibuat dengan jarak sekitar empat meter dari panah.
- Kemudian ialah Tucak Lopi. Lopi ialah segitiga, yakni permainan dengan meletakkan atak pada gambar segitiga yang diukir di tanah. Gambar segitiga yang dibuat ialah segitiga yang ditambah gambar melengkung yang juga mirip segitiga di pertengahn sisi kaki segitiga. Seperti segitiga yang tidak sempurna karena tidak memiliki alas. Teknis permainannya ialah bagi siapa yang berhasil menggeser atak keluar dari segitiga maka ialah yang menang dan dapat terus membae atak-atak yang lain sampai habis seluruh atak pada segitiga tersebut. Karena ukuran segitiga ini hanya dapat membuat 6-8 atak. Maka terkadang apabila taruhannya besar, satu atak dihargai beberapa kelereng. Para pemain akan kalah atau dikeluarkan dari permainan apabila kelereng pambaenya berada di dalam lopi (segitiga)
Terakhir ialah Tucak Kajai:
Yang berhasil kami ingat ialah Tucak Kajai ini hanya terdiri atas satu permainan saja yakni dengan membuat dua buah garis pada tanah satu atas dan satu bawah. Garis bagian bawah ialah tempat berpijak petaruh dimana ia akan melempar atak yang telah disusun ditangan. Petaruh memiliki satu kajai yang dianggap terbaik sebagai pambae seperti kajai yang telah direndam dalam minyak tanah tadi. Terkadang beberapa petaruh melarang kawan yang bermain dengannya menggunakan kajai yang telah direndam dengan minyak tanah. Sebab dianggap tidak jantan (gentleman).
[caption id="attachment_632" align="alignleft" width="300"] Salah satu gambaran dari salah satu sudut perkampungan di kampung kita. Sekarang kebanyakan jalan telah dicor dengan semen.
Lokasi di Dangau Baru[/caption]
Setelah dilempar maka para pesaing akan menentukan kajai mana saja yang hendak dibae oleh si pemain. Dia berhasil memenangi permainan dengan dimana seluruh atak yang menjadi taruhan menjadi miliknya dengan syarat kajai yang telah ditentukan untuk ditembak atau dibae berhasil melewati garis bagian atas.
Kajai yang ditembak ialah kajai yang tidak berhimpitan dengan kajai yang lain. Apabila semua kajai berhimpitan dengan begitu kesempatan menjadi tiada maka giliran lawanlah untuk melempar.
Ada juga terjadi dimana kajai yang diminta untk dibae rupanya berada sangat dekat dengan kajai yang lain. Terkadang apabila muncul pertikaian karena ini maka para pemain akan menggunakan rambut mereka sebagai pembuktian kalau kajai ini tidak berhimpitan atau bersentuhan. Dan apabila benar tidak bersentuhan, maka hal ini akan membutuhkan dan menjadi pembuktian ketinggian kepandaian yang dimiliki para pemain.
Dalam melemparpun ada tekniknya pula, yakni supaya pemain mendapat atak yang bagus untuk ditembak ialah dengan membuat agar hanya ada satu kajai yang tidak berhimpit. Dan teknik ini hanya dapat dikuasai oleh para patucak[9] profesional. Yang paling malang ialah apabila kajai yang disuruh ditembak ialah kajai yang berada di bawah tumpukan kajai-kajai yang lain. Hal ini akan menyulitkan untuk membuat kajai tersebut terangkat tanpa menyentuh kajai-kajai yang lain. Apabila kajai tersebut menyentuh kajai-kajai yang lain maka dianggap gagal. Maka kesempatan menjadi milik lawan.
Bagi anak perempuan kajai ini tidak dijadikan sebagai alat bertaruh, melainkan untuk dilapiah kemudian dijadikan tali. Tali tersebut digunakan dalam permainan “Lompat Tali”[10]. Samalah kiranya permainan tali itu dengan salah satu cabang olah raga saat ini yakni Skiping. Dimana setiap tali menyentuh tanah maka si anak akan melompat. Biasanya permainannya diatur dalam beberapa tingkatan, mula-mula tali diputar secara lambat, kemudian perlahan-lahan melaju kencang, hingga kencang sekali. Bagi siapa yang tidak berhasil melompat dengan baik dimana tali sampai menyentuh kakinya maka ia akan disuruh menjadi pemutar tali.
Batucak sesungguhnya sama dengan baampok (berjudi) karena dalam permainan tersebut setiap pemain memasukkan taruhan. Beberapa orang tua yang agak siak[11] sering menegur sambil menyindir “Lah baampok lo kalian iah..”
Begitulah engku dan encik sekalian, apabila musim batucak telah tiba maka pada petang hari kampung-kampung di nagari kita akan ramai dan gaduh oleh suara melengking dari kanak-kanak nakal ini. Tak jarang hingga abang (adzan) magrib permainan belum juga sudah (usai), sehingga yang menyudahi ialah teriakan atau amarah dari orang tua mereka. Barulah mereka berhenti bermainan dan tabang berhamburan ke rumah masing-masing.
Tidak jarang para petucak profesional pergi keluar dari kampungnya, bertandang ke kampung lain mencari lawan sebanding. Walah.. sombong sekali kanak-kanak ini engku dan encik sekalian. Namun memanglah demikian, kepandaian mereka batucak sudah harum kemana-mana di kampung kita. Sehingga tak ada seorang anakpun yang berani melawannya, takut kalah, bangkrut. Apabila dia sudah ikut main, maka anak-anak lain akan menyudahi permainannya. Memanglah susah jua menjadi orang hebat yang namanya terkenal seantero kampung.
Itu dahulu engku dan encik sekalian, sekarang?
Masihkah ada terdapati oleh engku dan encik sekalian di kampung kita kanak-kanak melakukan permainan ini? Masihkah terdengar oleh engku dan encik suara melengking kanak-kanak yang riuh-rendah besorak ataupun memprotes lawan bermain mereka? Masihkah ada engku dan encik sekalian?
Engku dan encik sekalian.. Penuturan kami ini hanya berdasarkan ingantan, tidak tertutup ada yang kurang, silap, atau terlupakan. Maka dari itu kami akan sangat senang sekali jika engku dan encik mau menukuknya (menambah) ataupun meluruskannya.
* Berjudi
[7] Sandal mermerek BATA. Namun pengertiannya menjadi luas dengan meanggap sandal selain sandal jepit sebagai Tarompa BATA.
[7] Sandal mermerek BATA. Namun pengertiannya menjadi luas dengan meanggap sandal selain sandal jepit sebagai Tarompa BATA.
[…] Pada masa dahulu, kanak-kanak lelaki di kampung kita menghabiskan masa menanti berbuka dengan batucak. Mereka bermain tucak kacang,[1] yakni kacang yang dijadikan sebagai taruhan. Jenis permainannya […]
BalasHapus[…] dengan tucak gambar-gambar dimana pada salah satu jenis permainannya ada yang disebut dengan nama tucak polok. Karena telah kami jelaskan pada tulisan sebelumnya, maka tak kami ulang lagi. Harapan kami engku […]
BalasHapus