[caption id="attachment_660" align="alignleft" width="300"] Gambar: Erison J kambari[/caption]
Terdengar oleh kami dari kampung bahwa di nagari jiran kita Kamang Mudiak direncanakan akan dibuka salah satu kawasan pelancongan (objek wisata). Tarusan atau sekarang disebut-sebut orang dalam berbagai pemberitaan sebagai “Tarusan Kamang” telah menarik banyak perhatian. Setiap akhir pekan selalu ramai didatangi oleh orang-orang dari luar. Mulai dari sekedar melepas rangah, berpesiar menghabiskan waktu senggang bersama keluarga ataupun kekasih hati, ada juga yang datang sekedar menikmati keindahan alam, dan lain-lain sebab.
Memanglah dampak dari pemberitaan perihal Ekspedisi Tarusan Kamang yang dahulu sangatlah besar. Selepas itu setiap orang mulai tertarik hatinya untuk mencari tahu dan mengunjungi Tarusan. Kabar untuk dijadikan sebagai salah satu Kawasan Pelancongan (Objek Wisata) memanglah segera beredar. Namun pada masa-masa awal dari bulan Mei ini baru terdengar kepastiannya.
Engku dan encik pastilah heran “kenapa pula orang Kamang Hilia ikut-ikut pula mencampuri urusan orang Kamang Mudiak?!”
Atau “Untuk apalah di tuanku membahas perakara ini. itu bukan urusan kita. Nanti tersinggung pula orang dibuatnya..”
Bukan engku dan encik sekalian bukan hendak ikut campur dan pula bukan hendak kagadang-gadangan. Kami bersikap serupa ini karena beranggapan sudah waktunya kita mengubah dan memperbaiki perhubungan antara kedua nagari yang selalu bertikai setiap menjelang tanggal 15 Juni. Sudah waktunya para anak nagari, terutama para pemuda dari kedua nagari berfikir lebih maju. Jangan hendaknya para anak muda ini dalam berfikir masih berada di bawah bayang-bayang pola fikir inyiak-mamak-ayah mereka. Kalau yang baik, elok sangat untuk diikuti, namun sebaliknya serupa perasaan fanatik ke nagari dan lain sebagainya. Sangatlah tak elok untuk dipertahankan oleh Anak Nagari Kamang masa sekarang yang katanya pintar/cerdik/intelek itu. Maafkan kami engku dan encik sekalian..
Masalah ataupun kejadian yang menimpa ataupun berlaku di salah satu nagari, sesungguhnya akan berakibat juga kepada nagari yang lain. Terutama bagi awak di Kamang Hilir, segala fenomena (kejadian) yang berlaku di Kamang Mudiak, Magek, dan Salo akan sangat berpengaruh terhadap nagari kita. Apa sebab?
[caption id="attachment_659" align="alignright" width="229"] Gambar: Erison J Kambari[/caption]
Sebab nagari-nagari tersebut berbatasan langsung dan merupakan jiran awak di Kamang Hilir. jika rusak nagari-nagari tersebut, maka kita di Kamang Hilir juga akan ikut rusak, jika malang yang terjadi maka akan sampai juga ke kita di Kamang Hilir. Namun sebaliknya, apabila untung yang didapat, kita juga akan merasakan nikmatnya.
Engku dan encik sekalian tentunya pasai dan menganggap kami berbelit-belit, baiklah marilah hendaknya kami bawa engku dan encik sekalian kepada pokok yang hendak kami paparkan.
Dunia pelancongan (pariwisata) di republik ini sesungguhnya memiliki dua wajah yang saling bertolak belakang. Selama ini yang disajikan dan dipaparkan kepada kita hanyalah satu sisinya saja yakni sisi putih, sedangkan sisi hitam tak diberitahu. Namun walau tak diberi tahu, engku dan encik sekalianpun sudah tahu dengan sisi hitam tersebut, hanya saja selama ini abai dan berpura-pura tak menyadarinya.
Pelancongan (pariwisata) tidak hanya sebatas kawasan (objek), atau keindahan alam, atau pelayanan yang memuaskan, ataupun budaya, sejarah, sosial, dan lain sebagainya. Tidak engku dan encik sekalian. Bagi sebagian orang wisata itu lebih dikenal sebagai tempat bermaksiat serupa berzinah. Pernahkah engku dan encik sekalian mendengar kata “Wisata Seks”?
Apakah sisi putih itu? yakni:
Sebenarnya masih banyak yang lain, eloklah kiranya apabila engku dan encik menolong kami menambah daftar di atas. Lalu bagaimana dengan sisi hitam? Akan kami coba menerangkan:
[caption id="attachment_662" align="alignleft" width="202"] Gambar Ilustrasi: Internet[/caption]
Yang namanya industri (dalam hal ini ialah industri pariwisata) ialah bertujuan mencari untung sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Hal ini akan selalu menciptakan dua kelas yakni kelas tuan (majikan) dan hamba (buruh). Dalam hal ini, orang-orang yang memiliki uang (pemilik modal/kapitalis) akan datang guna menanamkan uang mereka. Gunanya ialah supaya uang mereka beranak-pinak memberikan keuntungan. Dalam hal ini yang ada ialah eksploitasi, para petinggi perusahaan ialah orang asing (pendatang) sedangkan para pekerja, pesuruh, buruh, kuli, dan berbagai posisi rendahan lainnya diisi oleh orang asli/orang kampung/orang Kamang. Kalau begini maka sama kiranya kita kembali ke masa Kolonial engku dan encik sekalian. Tak malu kita dengan Perang Kamang?
[caption id="attachment_663" align="alignright" width="300"] Gambar Ilustrasi: Internet[/caption]
Orang asing (pendatang) datang ke kampung kita dengan uang, modal (uang dan keahlian) dan mereka telah siap untuk bersaing. Sedangkan orang kampung yang dipanggak-panggak-an ialah status sebagai penduduk asli. Hal ini takkan berguna dalam persaingan di Kehidupan Moderen. Tak pernah mendengarkah engku dan encik sekalian perihal keadaan penduduk asli di Riau yang begitu malang dan bencinya kepada orang Minang? Kenapa sampai demikian? karena kita yang datang ke sana justeru lebih kaya dari mereka.
Dimasa ini, siapa yang cerdik dan berpotensi maka ialah yang selamat. Kalau tak ada kepandaian maka siap-siap saja menjadi pecundang.
[caption id="attachment_664" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Setelah gagal dengan persaingan di dunia usaha, maka orang Kamang akan “terusir” ke sudut-sudut nagari. Hidup melarat karena seluruh harta pusaka telah dijual disebabkan termakan bujuk rayu. Apakah itu bujuk rayu pemerintah maupun investor, setelah uang didapat, awak sesama dunsanak bacakak. Ada yang memakan sendiri uang pembagian tanpa membaginya dengan anggota kaumnya yang lain.
[caption id="attachment_665" align="alignright" width="252"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Semakin maju suatu kawasan, maka akan semakin potensi uang di kawasan tersebut, dan tentunya akan mengundang banyak orang dari berbagai latar belakang untuk datang. Contohnya preman, ada yang berkawan dengan aparat (penegak hukum ataupun birokrasi), ada pula yang bekerja sendiri. Meminta uang takut atau upeti kepada para pedagang, menguasai lahan parkir dengan menaikkan uang parkir sesukanya, serta lain sebagainya.
[caption id="attachment_666" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
ZINAH, adalah hal yang biasa terjadi pada setiap objek wisata. Hampir pada setiap objek wisata selalu kita dengar perihal perilaku JAHANAM ini selalu berulang. Kenapa bisa berulang? Padahal sudah ada yang tertangkap dan diberi sangsi?
[caption id="attachment_667" align="alignright" width="219"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Jika uang telah begitu berkuasa dimana dapat kita lihat dengan majunya kehidupan perekonomian dan banyak orang datang sehingga suatu kawasan akan menjadi plural (beragam). Maka dengan sendirinya peran pemuka agama dan adat menjadi berkurang bahkan ada yang menjadi tidak ada. Jika peran dari para pemuka masyarakat sudah tidak ada maka kepatuhan akan segala peraturan yang ada dalam nagaripun menjadi berkurang. Maka akan semakin banyak aturan adat dan agama yang dilanggar. Karena mereka hanya hendak patuh kepada Hukum Positif yakni Hukum Negara saja sedangkan dengan Hukum Adat dan Agama mereka tak peduli. Apa sebab? Sebab untuk menegakkan hukum negara Ada Polisi. Sedangkan untuk hukum adat dan agama Ada Apa?
[caption id="attachment_668" align="alignleft" width="228"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Jika masih ingin menjaga marwah para ulama dan pemuka adat, maka jagalah agar daerah kita tetap homogen. Kalaupun ada orang datang, tanyai dia apakah dia mau menjadi anak nagari yakni dengan cara mengisi adat atau tidak. Kalau mau berarti dia akan diterima menjadi kamanakan oleh salah satu suku yang berarti dia menjadi terikat dengan segala aturan yang berlaku dalam nagari. Namun apabila tidak, dia hanya menajdikan nagari kita sebagai tempat tinggal saja dengan membeli tanah dari orang Kamang yang bengak, membuat rumah, dan tinggal. Lepas dari itu dia tak hendak mau tahu. Maka sebaiknya usir saja orang serupa ini dari Nagari Kamang.
[caption id="attachment_669" align="alignright" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Semakin maju dan semakin kaya suatu masyarakat maka tentulah ada kebalikannya yakni akan ada pula orang miskin-papa. Dimasa itu perbedaan antara kedua golongan tersebut sangatlah tajam. Padahal mereka ada yang badunsanak, ada yang sesuku, ada yang sekaum, ada yang separuik, ada yang sejurai, dan lain-lain hubungan. Dan mereka tak hendak mau tahu dengan yang lain, kenapa engku? Karena begitulah kehidupan, semakin maju peri kehidupan, semakin berkurang perhubungan antara manusia.
[caption id="attachment_671" align="alignleft" width="256"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Hukum telah menjadi milik si kaya, jadi kalau si miskin mesti terima nasib. Dihukum pabila salah, sedangkan tidak demikian bagi si kaya.
[caption id="attachment_670" align="alignright" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Uang adalah penggerak kehidupan, kalau tak ada uang maka tak ada barang, tak ada pelayanan, tak ada apa-apa.
Demikianlah engku dan encik sekalian, engku dan encikpun boleh menambah daftar tersebut pabila berkenan.
Memanglah kami dengar telah ada gerakan dari penduduk setempat dengan menegakkan Hukum Adat. Seperti memburu padusi-padusi nak babanak yang berani-beraninya keluar dengan menggunakan Sarawa Lonte. Sebuah celana yang ketat dan sangat singkat sekali sehingga paha si pemakain dapat terlihat dengan jelas. Jiwa-jiwa lonte tengah disebarkan ke dalam pemikiran setiap perempuan Minang saat ini.
[caption id="attachment_672" align="alignleft" width="114"] Ilustrasi gambar: Internet[/caption]
Namu hal yang demikian belumlah cukup, sebab segala peraturan tersebut hendaknya di Perdakan oleh Pemerintah Kabupaten Agam. Kalau tidak demikian, maka nantinya orang kampung yang menindak akan dituntut oleh yang ditindak. Berupa-rupa tuduhan, seperti melakukan perbuatan tak menyenangkan, menghalang-halangi kebebasan, dan lain-lain. Kalau orang kampung juga yang ditangkap takkan menjadi masalah. Namun apabila orang luar, pelancong (turis) yang kita tangkap. Maka mereka akan menuntut ke Pengadilan. Apa sebab? Sebab mereka punya uang, mereka orang pintar, mereka orang kota sedangkan kita ini Cuma orang kampung.
[caption id="attachment_673" align="alignright" width="197"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Oleh sebab itu sebaiknya dibuat pengaman lebih dahulu. Tanyakanlah kepada orang kampung kita yang di rantau nan cerdik-cerdik itu. Tapi hati-hati engku, sebab banyak pula perantau kita sekarang yang telah melepaskan Agama dan Adat dari kehidupannya. Telah murtad dan kafir, mungkin di KTP masih Islam namun dalam lisan, perbuatan, dan tabiat ialah Yahudi.
Demikian dari kami engku dan encik sekalian, apabila ada silap kami mohonkan maaf. Tak ada niat hendak menyinggung. Semuanya kami lakukan karena cinta dan peduli kepada kampung kita. Berhati-hatilah, berpanjang akallah orang Kamang Ini hendaknya. amin..
Terdengar oleh kami dari kampung bahwa di nagari jiran kita Kamang Mudiak direncanakan akan dibuka salah satu kawasan pelancongan (objek wisata). Tarusan atau sekarang disebut-sebut orang dalam berbagai pemberitaan sebagai “Tarusan Kamang” telah menarik banyak perhatian. Setiap akhir pekan selalu ramai didatangi oleh orang-orang dari luar. Mulai dari sekedar melepas rangah, berpesiar menghabiskan waktu senggang bersama keluarga ataupun kekasih hati, ada juga yang datang sekedar menikmati keindahan alam, dan lain-lain sebab.
Memanglah dampak dari pemberitaan perihal Ekspedisi Tarusan Kamang yang dahulu sangatlah besar. Selepas itu setiap orang mulai tertarik hatinya untuk mencari tahu dan mengunjungi Tarusan. Kabar untuk dijadikan sebagai salah satu Kawasan Pelancongan (Objek Wisata) memanglah segera beredar. Namun pada masa-masa awal dari bulan Mei ini baru terdengar kepastiannya.
Engku dan encik pastilah heran “kenapa pula orang Kamang Hilia ikut-ikut pula mencampuri urusan orang Kamang Mudiak?!”
Atau “Untuk apalah di tuanku membahas perakara ini. itu bukan urusan kita. Nanti tersinggung pula orang dibuatnya..”
Bukan engku dan encik sekalian bukan hendak ikut campur dan pula bukan hendak kagadang-gadangan. Kami bersikap serupa ini karena beranggapan sudah waktunya kita mengubah dan memperbaiki perhubungan antara kedua nagari yang selalu bertikai setiap menjelang tanggal 15 Juni. Sudah waktunya para anak nagari, terutama para pemuda dari kedua nagari berfikir lebih maju. Jangan hendaknya para anak muda ini dalam berfikir masih berada di bawah bayang-bayang pola fikir inyiak-mamak-ayah mereka. Kalau yang baik, elok sangat untuk diikuti, namun sebaliknya serupa perasaan fanatik ke nagari dan lain sebagainya. Sangatlah tak elok untuk dipertahankan oleh Anak Nagari Kamang masa sekarang yang katanya pintar/cerdik/intelek itu. Maafkan kami engku dan encik sekalian..
Masalah ataupun kejadian yang menimpa ataupun berlaku di salah satu nagari, sesungguhnya akan berakibat juga kepada nagari yang lain. Terutama bagi awak di Kamang Hilir, segala fenomena (kejadian) yang berlaku di Kamang Mudiak, Magek, dan Salo akan sangat berpengaruh terhadap nagari kita. Apa sebab?
[caption id="attachment_659" align="alignright" width="229"] Gambar: Erison J Kambari[/caption]
Sebab nagari-nagari tersebut berbatasan langsung dan merupakan jiran awak di Kamang Hilir. jika rusak nagari-nagari tersebut, maka kita di Kamang Hilir juga akan ikut rusak, jika malang yang terjadi maka akan sampai juga ke kita di Kamang Hilir. Namun sebaliknya, apabila untung yang didapat, kita juga akan merasakan nikmatnya.
Engku dan encik sekalian tentunya pasai dan menganggap kami berbelit-belit, baiklah marilah hendaknya kami bawa engku dan encik sekalian kepada pokok yang hendak kami paparkan.
Dunia pelancongan (pariwisata) di republik ini sesungguhnya memiliki dua wajah yang saling bertolak belakang. Selama ini yang disajikan dan dipaparkan kepada kita hanyalah satu sisinya saja yakni sisi putih, sedangkan sisi hitam tak diberitahu. Namun walau tak diberi tahu, engku dan encik sekalianpun sudah tahu dengan sisi hitam tersebut, hanya saja selama ini abai dan berpura-pura tak menyadarinya.
Pelancongan (pariwisata) tidak hanya sebatas kawasan (objek), atau keindahan alam, atau pelayanan yang memuaskan, ataupun budaya, sejarah, sosial, dan lain sebagainya. Tidak engku dan encik sekalian. Bagi sebagian orang wisata itu lebih dikenal sebagai tempat bermaksiat serupa berzinah. Pernahkah engku dan encik sekalian mendengar kata “Wisata Seks”?
Apakah sisi putih itu? yakni:
- Pemasukan (dalam segi uang)
- Lapangan pekerjaan
- Semakin terkenalnya kampung kita
- Dikaguminya kampung kita
- Kemakmuran akan menghampiri nagari
- Dan lain sebagainya..
Sebenarnya masih banyak yang lain, eloklah kiranya apabila engku dan encik menolong kami menambah daftar di atas. Lalu bagaimana dengan sisi hitam? Akan kami coba menerangkan:
- Kapitalisme
[caption id="attachment_662" align="alignleft" width="202"] Gambar Ilustrasi: Internet[/caption]
Yang namanya industri (dalam hal ini ialah industri pariwisata) ialah bertujuan mencari untung sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Hal ini akan selalu menciptakan dua kelas yakni kelas tuan (majikan) dan hamba (buruh). Dalam hal ini, orang-orang yang memiliki uang (pemilik modal/kapitalis) akan datang guna menanamkan uang mereka. Gunanya ialah supaya uang mereka beranak-pinak memberikan keuntungan. Dalam hal ini yang ada ialah eksploitasi, para petinggi perusahaan ialah orang asing (pendatang) sedangkan para pekerja, pesuruh, buruh, kuli, dan berbagai posisi rendahan lainnya diisi oleh orang asli/orang kampung/orang Kamang. Kalau begini maka sama kiranya kita kembali ke masa Kolonial engku dan encik sekalian. Tak malu kita dengan Perang Kamang?
- Perbudakan
[caption id="attachment_663" align="alignright" width="300"] Gambar Ilustrasi: Internet[/caption]
Orang asing (pendatang) datang ke kampung kita dengan uang, modal (uang dan keahlian) dan mereka telah siap untuk bersaing. Sedangkan orang kampung yang dipanggak-panggak-an ialah status sebagai penduduk asli. Hal ini takkan berguna dalam persaingan di Kehidupan Moderen. Tak pernah mendengarkah engku dan encik sekalian perihal keadaan penduduk asli di Riau yang begitu malang dan bencinya kepada orang Minang? Kenapa sampai demikian? karena kita yang datang ke sana justeru lebih kaya dari mereka.
Dimasa ini, siapa yang cerdik dan berpotensi maka ialah yang selamat. Kalau tak ada kepandaian maka siap-siap saja menjadi pecundang.
- Terpinggirkannya penduduk asli (orang Kamang)
[caption id="attachment_664" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Setelah gagal dengan persaingan di dunia usaha, maka orang Kamang akan “terusir” ke sudut-sudut nagari. Hidup melarat karena seluruh harta pusaka telah dijual disebabkan termakan bujuk rayu. Apakah itu bujuk rayu pemerintah maupun investor, setelah uang didapat, awak sesama dunsanak bacakak. Ada yang memakan sendiri uang pembagian tanpa membaginya dengan anggota kaumnya yang lain.
- Premanisme
[caption id="attachment_665" align="alignright" width="252"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Semakin maju suatu kawasan, maka akan semakin potensi uang di kawasan tersebut, dan tentunya akan mengundang banyak orang dari berbagai latar belakang untuk datang. Contohnya preman, ada yang berkawan dengan aparat (penegak hukum ataupun birokrasi), ada pula yang bekerja sendiri. Meminta uang takut atau upeti kepada para pedagang, menguasai lahan parkir dengan menaikkan uang parkir sesukanya, serta lain sebagainya.
- Pelanggaran moral (perzinahan)
[caption id="attachment_666" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
ZINAH, adalah hal yang biasa terjadi pada setiap objek wisata. Hampir pada setiap objek wisata selalu kita dengar perihal perilaku JAHANAM ini selalu berulang. Kenapa bisa berulang? Padahal sudah ada yang tertangkap dan diberi sangsi?
- Pelanggaran norma adat dan agama
[caption id="attachment_667" align="alignright" width="219"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Jika uang telah begitu berkuasa dimana dapat kita lihat dengan majunya kehidupan perekonomian dan banyak orang datang sehingga suatu kawasan akan menjadi plural (beragam). Maka dengan sendirinya peran pemuka agama dan adat menjadi berkurang bahkan ada yang menjadi tidak ada. Jika peran dari para pemuka masyarakat sudah tidak ada maka kepatuhan akan segala peraturan yang ada dalam nagaripun menjadi berkurang. Maka akan semakin banyak aturan adat dan agama yang dilanggar. Karena mereka hanya hendak patuh kepada Hukum Positif yakni Hukum Negara saja sedangkan dengan Hukum Adat dan Agama mereka tak peduli. Apa sebab? Sebab untuk menegakkan hukum negara Ada Polisi. Sedangkan untuk hukum adat dan agama Ada Apa?
- Hilangnya pengaruh pemuka masyarakat
[caption id="attachment_668" align="alignleft" width="228"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Jika masih ingin menjaga marwah para ulama dan pemuka adat, maka jagalah agar daerah kita tetap homogen. Kalaupun ada orang datang, tanyai dia apakah dia mau menjadi anak nagari yakni dengan cara mengisi adat atau tidak. Kalau mau berarti dia akan diterima menjadi kamanakan oleh salah satu suku yang berarti dia menjadi terikat dengan segala aturan yang berlaku dalam nagari. Namun apabila tidak, dia hanya menajdikan nagari kita sebagai tempat tinggal saja dengan membeli tanah dari orang Kamang yang bengak, membuat rumah, dan tinggal. Lepas dari itu dia tak hendak mau tahu. Maka sebaiknya usir saja orang serupa ini dari Nagari Kamang.
- Kesenjangan
[caption id="attachment_669" align="alignright" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Semakin maju dan semakin kaya suatu masyarakat maka tentulah ada kebalikannya yakni akan ada pula orang miskin-papa. Dimasa itu perbedaan antara kedua golongan tersebut sangatlah tajam. Padahal mereka ada yang badunsanak, ada yang sesuku, ada yang sekaum, ada yang separuik, ada yang sejurai, dan lain-lain hubungan. Dan mereka tak hendak mau tahu dengan yang lain, kenapa engku? Karena begitulah kehidupan, semakin maju peri kehidupan, semakin berkurang perhubungan antara manusia.
- Lemahnya penegakkan hukum
[caption id="attachment_671" align="alignleft" width="256"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Hukum telah menjadi milik si kaya, jadi kalau si miskin mesti terima nasib. Dihukum pabila salah, sedangkan tidak demikian bagi si kaya.
- Uang lebih memainkan peran dalam kehidupan
[caption id="attachment_670" align="alignright" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Uang adalah penggerak kehidupan, kalau tak ada uang maka tak ada barang, tak ada pelayanan, tak ada apa-apa.
Demikianlah engku dan encik sekalian, engku dan encikpun boleh menambah daftar tersebut pabila berkenan.
Memanglah kami dengar telah ada gerakan dari penduduk setempat dengan menegakkan Hukum Adat. Seperti memburu padusi-padusi nak babanak yang berani-beraninya keluar dengan menggunakan Sarawa Lonte. Sebuah celana yang ketat dan sangat singkat sekali sehingga paha si pemakain dapat terlihat dengan jelas. Jiwa-jiwa lonte tengah disebarkan ke dalam pemikiran setiap perempuan Minang saat ini.
[caption id="attachment_672" align="alignleft" width="114"] Ilustrasi gambar: Internet[/caption]
Namu hal yang demikian belumlah cukup, sebab segala peraturan tersebut hendaknya di Perdakan oleh Pemerintah Kabupaten Agam. Kalau tidak demikian, maka nantinya orang kampung yang menindak akan dituntut oleh yang ditindak. Berupa-rupa tuduhan, seperti melakukan perbuatan tak menyenangkan, menghalang-halangi kebebasan, dan lain-lain. Kalau orang kampung juga yang ditangkap takkan menjadi masalah. Namun apabila orang luar, pelancong (turis) yang kita tangkap. Maka mereka akan menuntut ke Pengadilan. Apa sebab? Sebab mereka punya uang, mereka orang pintar, mereka orang kota sedangkan kita ini Cuma orang kampung.
[caption id="attachment_673" align="alignright" width="197"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Oleh sebab itu sebaiknya dibuat pengaman lebih dahulu. Tanyakanlah kepada orang kampung kita yang di rantau nan cerdik-cerdik itu. Tapi hati-hati engku, sebab banyak pula perantau kita sekarang yang telah melepaskan Agama dan Adat dari kehidupannya. Telah murtad dan kafir, mungkin di KTP masih Islam namun dalam lisan, perbuatan, dan tabiat ialah Yahudi.
Demikian dari kami engku dan encik sekalian, apabila ada silap kami mohonkan maaf. Tak ada niat hendak menyinggung. Semuanya kami lakukan karena cinta dan peduli kepada kampung kita. Berhati-hatilah, berpanjang akallah orang Kamang Ini hendaknya. amin..
ambo sangat maagiah jempol untuk tulisan tuanku,,,point nan di agiah an jaleh dan menyentuh,,,kini di awak nan mamahami keadaan mode ko,,marilah samo2 kito jago kito bateh i kampuang kito dari hal-hal negarif,, basamo-samo kito namuah nyo,...kito bangkik sagalo fungsi struktur masyarakat kampuang,,mulai dari niniak mamak, tuanku, bundo kanduang, pemuda-parik-paga nagari dan struktur pemerintahan nan ado (mulai dari nagari-jorong-kepolisian)...
BalasHapusbatua bana...
BalasHapusAssalamualaikum..
BalasHapusBatua Bana Tuan..saya selaku anak Kapau Kec Tilatang Kamang yg besar di perantauan di Jawa Barat..Besar dalam sebuah lingkungan Pariwisata..tepatnya di Puncak-bogor..dan saya sangat membenci sekali kemaksiatan..Tapi saya suka sekali dunia pariwisata..walau seperti kata Tuan di atas sulit,ketika mesum adalah bagian dari pariwisata yang memang tidak dapat di pungkiri..tapi setidaknya dapat di redam sekecil mungkin,dan bisa menjadi aturan kampuang yang harus di patuhi,dengan cara dan pola yg dapat di mengerti pengunjung dan penikmat pariwisata..misalnya dengan tulisan yg terpasang secara tata bahasa yang santun di pintu masuk..kini saya sudah tinggal di kampung..mempelajari adat istiadat,karakter budaya,berusah membangun usaha di kampuang untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga..Tuanku saya sangat Tertarik dengan pesona Fenomena Alam yang terjadi di Kamang..beberapa kali kesana..selalu ada ide ingin ikut andil dalam pengembangan pariwisata..tapi saya sangat berhati-hati sekali,tidak ingin menyinggung perasaan Warga asli kamang,,malah kalau dapat mampu saling bersinergi dan saling mengisi..ada cerita sikit yang menjadi awal mula ketertarikan saya,ketika kami saya mengajak anak-anak Kapau usia sekolah bermain sepeda ke Kamang,saat itu air sedang surut,,sesampai di sana kami langsung menuju kedai yg sudah buka pagi itu..munculah cerita keluhan warga pedagang di sana,,bahwasanya pendapatan pedagang terus menurun,,dan pengunjung semakin berkurang setiap harinya,,karena di rusak oleh peminta tiket Liar yg kasar dan tidak bersahabat dan merusak keberlangsungan Pengunjung...dan sempat pemilik kedai meminta Tolong di carikan jalan keluar..menghalau kegiatan pungutan liar yg di lakukan oleh oknum warga..adapun saya berjanji akan membuat surat edaran yg akan di tanda tangani oleh semua pedagang