Langsung ke konten utama

Manjalang ka rumah mintuo

[caption id="attachment_782" align="alignright" width="300"]Salah satu Sudut Nagari Kamang Darussalam. Maaf gambar tak ada hubungan dengan tulisan Salah satu Sudut Nagari Kamang Darussalam.
Maaf gambar tak ada hubungan dengan tulisan[/caption]

Pada masa dahulu, inyiak-inyiak[1] kita memiliki banyak sekali kebiasaan (adat)[2] yang pada masa sekarang sudah banyak ditinggalkan, tidak dipakai, dan dilupakan. Bahkan banyak diantara kita sekarang yang merasa asing apabila disebutkan salah satu adat kebiasaan di kampung kita. Karena tidak pernah mendengar, melihat, dan mengerjakannya.

Salah satu adat bagi orang kampung kita pada masa dahulu ketika hendak memasuki Bulan Ramadhan ialah “Manjalang ka Rumah Minto”. Serupa apa pula adat ini engku dan encik sekalian?

Menurut curaian[3] yang kami dapat bahwa pada hari terakhir Bulan Sya’ban atau sehari sebelum tanggal 1 Ramadhan. Maka seorang menantu perempuan akan datang ke rumah mertuanya dengan membawa pinggan gadang[4] dengan isi sipuluk sapinggan, limpiang bugih duo baleh, pinyaram duo baleh, godok duo baleh, kalamai sapinggan, kue sapik duo baleh, kue loyang duo baleh.[5]

Dengan membawa serta itu semua sebagai buah tangan, maka si menantu perempuan akan datang ke rumah mertuanya. Adakalanya datang sendiri dan adakalanya datang dikawani oleh salah seorang perempuan tua di kaum[6] ataupun sukunya.

Di rumah mertua dia akan dijamu, selepas itu acara berjalan seperti biasa, bercerita-cerita. Sebelum pulang mereka akan saling minta maaf.

Begitulah engku dan encik sekalian, tahukah engku dan encik sekalian mengenai perkara ini?

Mengerjakankah engku dan encik sekalian akan adat di kampung kita yang satu ini?







[1] Inyiak secara harfiah berarti kakek. Kata ini juga dapat diartikan sebagai orang tua. Kata ini juga menjadi panggilan untuk para datuk yang juga memiliki arti yang sama yakni kakek. Juga menjadi panggilan untuk salah satu makhluk legenda (mitologi) Minangkabau yang diyakini berupa Harimau Sakti.




[2] Adat secara harfiah berarti kebiasaan.




[3] Cerita, tutur




[4] Serupa talam namun terbuat dari keramik. Lazim dipakai untuk makan bajamba di kampung kita.




[5] Beras ketan warna putih satu piring, limpiang/lapek bugis (makanan khas Minangkabau),




[6] Saudara sesuku yang memiliki hubungan darah,


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum