Langsung ke konten utama

Moesabaqah Dahoeloenja

[caption id="attachment_877" align="alignright" width="300"]Surau Taluak Sekarang. Tidak Sama dengan Surau Taluak Masa Perang Kamang. Gambar: Zaldi Heriawan Surau Taluak Sekarang. Tidak Sama dengan Surau Taluak Masa Perang Kamang.
Gambar: Zaldi Heriawan[/caption]

Musabaqah Tilawatil Qur’an, merupakan suatu kegiatan yang meramaikan malam-malam pada Bulan Ramadhan ini. Hampir setiap nagari di Minangkabau ini selalu mengadakannya, termasuk di kampung kita Nagari Kamang Darussalam dahulunya pun begitu jua. Semaraklah malam bulan puasa ini dibuatnya, bertambah kainginan anak bujang dan gadis untuk belajar Mengaji Irama.

Dahulu di kampung kita, musabaqah ini diadakan bukan oleh Jorong melainkan Nagari. Yang menjadi panitia ialah seluruh anak-anak bujang dan gadis di Nagari Kamang. Acara ini biasanya diadakan di Surau Ampang di Patah Tangah. Maka akan ramailah sekalian orang ke sana dari berbagai jorong dan kampung di nagari kita.

Layaknya masa sekarang, suraupun dihiasi. Podium tempat mengaji dibuat di dalam surau, kalau dibuat di luar, tak tahan dengan dinginnya malam. Perlombaan dimulai selepas Shalat Tarawih hingga pukul tiga pagi. Dan hanya berlangsung satu malam, kalaupun ada yang dua malam itupun jarang diadakan oleh orang. Yang satu malam biasanya diadakan untuk umum sedangkan yang dua malam maka dipisah yakni tingkat anak-anak dan dewasa.

Biasanya musabaqah baru diadakan oleh orang pada sepuluh hari puasa atau lepas dari tanggal 10 Ramadhan. Para peserta ialah dari nagari-nagari di sekeliling nagari kita, seperti Kamang Mudiak, Tilatang, Magek, Salo, Koto Baru, dan lain sebagainya.

Bagi para pemenang akan mendapat hadiah berupa satu ekor kambing bagi juara pertama. Satu ekor kambing memiliki makna khusus bagi kita. Ada kebanggaan di sana, bahkan lebih bangga apabila diberi hadiah uang. Ada juga diberi “Bintang Emas”, emas adalah satuan kekayaan yang abadi berlainan sekali dengan uang.

Namun semenjak diberlakukannya Pemerintahan Desa pada tahun 1983[1] maka kegiatan ini mulai tiada lagi dilakukan. Anak Nagari Kamang telah pecah ke dalam desa-desa, semangat bernagari sudah takk ada lagi. Hidup dalam jarak yang sangat lebar, rasa keakuan & kekamian sangat tinggi ketika itu. Sehingga perasaan sebagai Orang Kamang yang satu mulai berangsur-angsur hilang. Hingga masa duapuluh tahu berikutnya, perasaan tersebut menjadi tidak ada pada anak-kamanakan kita di Nagari Kamang.

Hingga sekarang, Musabaqah yang diadakan oleh Nagari tidak pernah terdengar. Yang ada ialah, jorong ini dan jorong itu mengadakan musabaqah pada puasa ini. Serta yang paling buruk terdengar oleh sebagian oleh orang ialah bahwa para pemuda-pemudi yang menjadi panitia musabaqah ini tidak pernah ke surau. Bagi mereka acara ini hanyalah sekedar tempat bersenang-senang dan bergaul sesama mereka.

Namun ada bahaya yang lebih berbahaya dari ini semua engku dan encik sekalian. Masuknya pengaruh politikus ke dalam tingkat nagari. Dimana kegiatan musabaqah yang seharusnya dijaga kesuciannya, akan tetapi bagi yang muda-muda yang tak mendapat pengajaran dari yang tua mereka mencari dana kepada Politikus. Maka persatuan dan kesatuan kita anak nagari akan terancam. Kita akan terkotak-kota dan tidak lagi dihargai, dipandang rendah dan remeh oleh orang lain, sibuk bertengkar sesama kita, dan lain sebagainya.

Ibarat kata; kita ini serupa keledai dungu..







[1] Pemerintahan Desa berlaku di Minangkabau dari tahun 1983-2001


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum