[caption id="attachment_949" align="alignleft" width="300"] Jalan dari Baruah Bukik ke Batu Baraguang[/caption]
Bertukar kabar dengan kawan-kawan yang baru balik dari kampung perihal hari raya. Dengan khusyuk kami mendengarkan cerita mereka perihal beraya di kampung. Ada salah satu pengalaman menarik yang mereka sampaikan kepada kami. Yakni perihal pengalaman salah seorang kawan kami ketika beraya ke rumah salah satu kerabat.
Kisahnya, ketika dia sedang dalam perjalan menuju ke salah satu rumah kerabat untuk bersilaturahim. Pada salah satu kampung, dia bersua dengan sekelompok engku-engku yang sedang ramai berkelompok duduk-duduk dan adapula berdiri. Mereka berkumpul pada salah satu bangunan bekas kantor jorong di kampung kita.
Setelah sekian lama berada di rumah kerabatnya tersebut, merekapun balik melalui jalan yang sama. Dan kembali bersua dengan kelompok bapak-bapak tersebut, masih tetap seperti sedia kala walau beberapa anggotanya telah berkurang. Namun mereka tetap masih ramai di sana.
Dalam hati kawan kami ini bertanya “Tak pergi berayakah engku-engku ini gerangan..?”
Suatu pertanyaan yang sama juga terbesit di hati kami. Kami semua yang sedang bercakap-cakappun terdiam tenggelam dalam fikiran masing-masing. Entah apa yang telah berubah dalam diri masyarakat kampung kita. Menziarahi karib-kerabat yang “wajib” hukumnya bagi orang dahulu, pada masa sekarang sudah tidak lagi.
Apa makna hari raya bagi kita pada masa sekarang sesungguhnya, duhai engku dan encik sekalian?
Bertukar kabar dengan kawan-kawan yang baru balik dari kampung perihal hari raya. Dengan khusyuk kami mendengarkan cerita mereka perihal beraya di kampung. Ada salah satu pengalaman menarik yang mereka sampaikan kepada kami. Yakni perihal pengalaman salah seorang kawan kami ketika beraya ke rumah salah satu kerabat.
Kisahnya, ketika dia sedang dalam perjalan menuju ke salah satu rumah kerabat untuk bersilaturahim. Pada salah satu kampung, dia bersua dengan sekelompok engku-engku yang sedang ramai berkelompok duduk-duduk dan adapula berdiri. Mereka berkumpul pada salah satu bangunan bekas kantor jorong di kampung kita.
Setelah sekian lama berada di rumah kerabatnya tersebut, merekapun balik melalui jalan yang sama. Dan kembali bersua dengan kelompok bapak-bapak tersebut, masih tetap seperti sedia kala walau beberapa anggotanya telah berkurang. Namun mereka tetap masih ramai di sana.
Dalam hati kawan kami ini bertanya “Tak pergi berayakah engku-engku ini gerangan..?”
Suatu pertanyaan yang sama juga terbesit di hati kami. Kami semua yang sedang bercakap-cakappun terdiam tenggelam dalam fikiran masing-masing. Entah apa yang telah berubah dalam diri masyarakat kampung kita. Menziarahi karib-kerabat yang “wajib” hukumnya bagi orang dahulu, pada masa sekarang sudah tidak lagi.
Apa makna hari raya bagi kita pada masa sekarang sesungguhnya, duhai engku dan encik sekalian?
Komentar
Posting Komentar