Langsung ke konten utama

Kisah Hari Raya (Bagian.4)

[caption id="attachment_957" align="alignright" width="300"]Jalan Baru dari Bancah ke Solok Jalan Baru dari Bancah ke Solok[/caption]

Kami bertanya kepada kawan kami yang baru balik dari kampung perihal kembang api, apakah masih dimainkan oleh anak-anak di kampung kita. Kata kawan kami ini masih, bahkan sekarang kembang api yang ditembakkan ke awang-awang (udara) yang menjadi kegemaran mereka. Sangat keras bunyi letusannya, memekak dibuatnya.

“Bagaimana pula dengan malam takbiran engku..?” tanya kami penasaran.

Sambil tersenyum sedih dia menjawab “Tidak begitu ramai engku, takbiran selepas Isya di surau, sesudah itu habis perkara. Orang-orang kembali ke rumah mereka, kami tak tahu apa yang terjadi selepas itu. Namun yang jelas kampung kita cukup lengang ketika malam takbiran…”

"Tak adakah kanak-kanak yang bermain tabuah sambil bagaritiak engku?" tanya kami penasaran.

"Hm.. mungkin ada pada beberapa surau. Kami tak pula begitu memperhatikan engku, sebab sibuk menata rumah supaya elok dipandang disaat hari raya esok.." jawab kawan kami sambil menyeringai.

“Mungkin orang kampung engku sudah termakan pula himbauan dari Si Jambani, dia kan sangat terkenal sekarang. Apa yang dilakukannya ialah baik saja menurut media, apa yang dikatakannya ialah mengagumkan pula menurut media. Memang hebat media, tirani media sedang merajalela di republik ini pada masa sekarang..” sela salah seorang kawan kami yang ikut mendengarkan.

Kami tertawa mendengarkannya, namun kawan kami yang baru balik dari kampung inipun mencoba menjelaskan “Hehe.. sebanarnya kami dengar Pak Camat hendak mengadakan takbir keliling kampung dengan menggunakan obor. Namun disanggah oleh salah seorang orang kampung kami. Dia mengemukakan alasan keamanan dalam masa takbiran ini. Akhirnya rencana pak camat urung dilaksanakan..”

“Alasan keselamatan apa itu engku..?” tanya kami heran.

“Entahlah, kamipun heran. Mungkin sekadar alasan saja, padahal malam takbiran yang lalu keadaan hari pada malam hari tersebut sangat indah…” jawab kawan kami.

Kawan kami yang sedari tadi mendengarkan percakapan kami kembali mencoba mengajukan pendapat kontroversial “Mungkin orang yang menyanggah tersebut telah terpengaruh oleh media engku, telah terkagum-kagum dia kepada Si Jambani yang menjadi gubernur di Ibu Kota Republik sekarang…”

Kami kembali tersenyum, kami heran apa gerangan penyebab lebaran tahun ini terasa kurang begitu meriah. Kami yakin, alasannya tidak sesederhana seperti yang telah diajukan. Telah banyak yang berubah, telah banyak pula yang hilang, kemana akan dicari, ataukah engku dan encik sekalian tak berminat untuk mencarinya..?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum