[caption id="attachment_957" align="alignright" width="300"] Jalan Baru dari Bancah ke Solok[/caption]
Kami bertanya kepada kawan kami yang baru balik dari kampung perihal kembang api, apakah masih dimainkan oleh anak-anak di kampung kita. Kata kawan kami ini masih, bahkan sekarang kembang api yang ditembakkan ke awang-awang (udara) yang menjadi kegemaran mereka. Sangat keras bunyi letusannya, memekak dibuatnya.
“Bagaimana pula dengan malam takbiran engku..?” tanya kami penasaran.
Sambil tersenyum sedih dia menjawab “Tidak begitu ramai engku, takbiran selepas Isya di surau, sesudah itu habis perkara. Orang-orang kembali ke rumah mereka, kami tak tahu apa yang terjadi selepas itu. Namun yang jelas kampung kita cukup lengang ketika malam takbiran…”
"Tak adakah kanak-kanak yang bermain tabuah sambil bagaritiak engku?" tanya kami penasaran.
"Hm.. mungkin ada pada beberapa surau. Kami tak pula begitu memperhatikan engku, sebab sibuk menata rumah supaya elok dipandang disaat hari raya esok.." jawab kawan kami sambil menyeringai.
“Mungkin orang kampung engku sudah termakan pula himbauan dari Si Jambani, dia kan sangat terkenal sekarang. Apa yang dilakukannya ialah baik saja menurut media, apa yang dikatakannya ialah mengagumkan pula menurut media. Memang hebat media, tirani media sedang merajalela di republik ini pada masa sekarang..” sela salah seorang kawan kami yang ikut mendengarkan.
Kami tertawa mendengarkannya, namun kawan kami yang baru balik dari kampung inipun mencoba menjelaskan “Hehe.. sebanarnya kami dengar Pak Camat hendak mengadakan takbir keliling kampung dengan menggunakan obor. Namun disanggah oleh salah seorang orang kampung kami. Dia mengemukakan alasan keamanan dalam masa takbiran ini. Akhirnya rencana pak camat urung dilaksanakan..”
“Alasan keselamatan apa itu engku..?” tanya kami heran.
“Entahlah, kamipun heran. Mungkin sekadar alasan saja, padahal malam takbiran yang lalu keadaan hari pada malam hari tersebut sangat indah…” jawab kawan kami.
Kawan kami yang sedari tadi mendengarkan percakapan kami kembali mencoba mengajukan pendapat kontroversial “Mungkin orang yang menyanggah tersebut telah terpengaruh oleh media engku, telah terkagum-kagum dia kepada Si Jambani yang menjadi gubernur di Ibu Kota Republik sekarang…”
Kami kembali tersenyum, kami heran apa gerangan penyebab lebaran tahun ini terasa kurang begitu meriah. Kami yakin, alasannya tidak sesederhana seperti yang telah diajukan. Telah banyak yang berubah, telah banyak pula yang hilang, kemana akan dicari, ataukah engku dan encik sekalian tak berminat untuk mencarinya..?
Kami bertanya kepada kawan kami yang baru balik dari kampung perihal kembang api, apakah masih dimainkan oleh anak-anak di kampung kita. Kata kawan kami ini masih, bahkan sekarang kembang api yang ditembakkan ke awang-awang (udara) yang menjadi kegemaran mereka. Sangat keras bunyi letusannya, memekak dibuatnya.
“Bagaimana pula dengan malam takbiran engku..?” tanya kami penasaran.
Sambil tersenyum sedih dia menjawab “Tidak begitu ramai engku, takbiran selepas Isya di surau, sesudah itu habis perkara. Orang-orang kembali ke rumah mereka, kami tak tahu apa yang terjadi selepas itu. Namun yang jelas kampung kita cukup lengang ketika malam takbiran…”
"Tak adakah kanak-kanak yang bermain tabuah sambil bagaritiak engku?" tanya kami penasaran.
"Hm.. mungkin ada pada beberapa surau. Kami tak pula begitu memperhatikan engku, sebab sibuk menata rumah supaya elok dipandang disaat hari raya esok.." jawab kawan kami sambil menyeringai.
“Mungkin orang kampung engku sudah termakan pula himbauan dari Si Jambani, dia kan sangat terkenal sekarang. Apa yang dilakukannya ialah baik saja menurut media, apa yang dikatakannya ialah mengagumkan pula menurut media. Memang hebat media, tirani media sedang merajalela di republik ini pada masa sekarang..” sela salah seorang kawan kami yang ikut mendengarkan.
Kami tertawa mendengarkannya, namun kawan kami yang baru balik dari kampung inipun mencoba menjelaskan “Hehe.. sebanarnya kami dengar Pak Camat hendak mengadakan takbir keliling kampung dengan menggunakan obor. Namun disanggah oleh salah seorang orang kampung kami. Dia mengemukakan alasan keamanan dalam masa takbiran ini. Akhirnya rencana pak camat urung dilaksanakan..”
“Alasan keselamatan apa itu engku..?” tanya kami heran.
“Entahlah, kamipun heran. Mungkin sekadar alasan saja, padahal malam takbiran yang lalu keadaan hari pada malam hari tersebut sangat indah…” jawab kawan kami.
Kawan kami yang sedari tadi mendengarkan percakapan kami kembali mencoba mengajukan pendapat kontroversial “Mungkin orang yang menyanggah tersebut telah terpengaruh oleh media engku, telah terkagum-kagum dia kepada Si Jambani yang menjadi gubernur di Ibu Kota Republik sekarang…”
Kami kembali tersenyum, kami heran apa gerangan penyebab lebaran tahun ini terasa kurang begitu meriah. Kami yakin, alasannya tidak sesederhana seperti yang telah diajukan. Telah banyak yang berubah, telah banyak pula yang hilang, kemana akan dicari, ataukah engku dan encik sekalian tak berminat untuk mencarinya..?
Komentar
Posting Komentar