Langsung ke konten utama

Sapaningga ko, mananti 11-lai..

[caption id="attachment_931" align="alignright" width="224"]Masihlah jauh sangat Ramadhan mendatang. Serupa jalan di Lubuak ini, perjalanan kita amatlah lambatnya menuju ke ujung jalan. Masihlah jauh sangat Ramadhan mendatang. Serupa jalan di Lubuak ini, perjalanan kita amatlah lambatnya menuju ke ujung jalan.[/caption]

Telah hampir berlalu pula bulan suci ini, bagaimana kiranya perasaan engku dan encik sekalian?

Salahkah kami pabila kami katakan kalau kami teramat bersedih hati akan kepergian bulan ini. Sebelas bulan lagi harus menanti, sungguh suatu masa yang tidaklah sedikit. Dalam masa itu, jangguk kami ini bisa-bisa panjang terjulai ke tanah..

Kata para mubalig, kita harus bersenang hati dalam menyambut Satu Syawal. Menyambut dengan riang gembira dan hati senang sebab makna dari Satu Syawal ialah kita terlahir bersih kembali. Itulah makna dari Bulan Ramadhan, selama sebulan melatih diri, membersihkan hati, dan belajar agar dapat menjadi muslim yang lebih baik.

Namun, salahkah kami pabila kami menyambut Satu Syawal dengan hati hancur karena baru saja berpisah dengan kekasih hati. Harus pula menanti sebelas bulan lagi, sebelas bulan bukanlah masa yang cepat berlalu, melainkan lama sangat. Salahkah kami engku dan encik sekalian? Bagaimana pula kiranya perasaan engku dan encik sekalian dalam hal ini?

Seperti kutipan salah satu lagu Raihan[1] yakni: barang siapa ikhlas berpuasa akan merasa nikmat di hari raya. itulah berkah bagi orang-orang yang telah menjalani ibadah Ramadhan dengan hati senang dan penuh semangat. Namun bagi yang tidak, maka yang dirasakannya ialah sama dengan hari-hari biasa, atau dia akan bertanya-tanya dalam hati “Kenapa awak tak merasakan apapun, senangkah itu? iya senang, namun kenapa bathin ini tidak merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan hari-har biasa..?

Semoga puasa di tahun mendatang dapat kita nikmati kembali, bahkan lebih nikmat daripada puasa pada tahun ini, Insya Allah..

Begitulah engku dan encik sekalian, selamat merayakan Hari Raya. Semoga kita menjadi orang yang lebih baik, umat yang lebih dekat dengan Agama, dan semoga Nagari Kamang semakin dekat dengan Syari’at Amin..







[1] Grup Nasyid dari Malaysia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum