Langsung ke konten utama

Anak Bawang

[caption id="attachment_1055" align="alignleft" width="300"]Parak Maaf engku dan encik, gambar tak ada hubungan dengan tulisan. Setidaknya gambar ini dari kampung kita. Parak
Maaf engku dan encik, gambar tak ada hubungan dengan tulisan. Setidaknya gambar ini dari kampung kita.[/caption]

Istilah ini kalau kami tak salah merupakan istilah yang dipakai umum dalam segala keadaan. Memang lazim kita temui dahulu masa kanak-kanak kita dahulu dalam bermain permainan anak nagari. Payah kami dahulu berfikir kenapa sampai digelari oleh orang dengan “anak bawang”. Maksudnya apakah gerangan?

Kemudian barulah kami menyadari akan maksudnya, dimana orang yang digelari anak bawang ini sesungguhnya ialah orang-orang yang tak dianggap. Keberadaannya tidak menggenapi hitungan dan ketiadaannyapun tidak mengurangi hitungan pula. Agak lebih baik tampaknya kalau katimun/mantimun bungkuak, sebab ianya dapat menggenapi hitungan, penukuak[1] yang terkurang.

Terkenang oleh kami semasa kanak-kanak, bahwa anak-anak yang digelari dengan anak bawang ialah anak-anak yang masihlah kecil sangat. Dimana mereka belum faham dengan aturan permainan yang sedang dimainkan oleh tuan[2] dan kakaknya. Apabila tidak diperbolehkan ikut main, maka mereka akan merengek atau menangis, daripada kena marah dari orang tua, menyusahkan, dan mengganggu dalam permainan maka mereka diperkenankan ikut main.

Namun apabila kalah maka tidak parah atau manjadi, mereka selalu dalam berada keadaan menang. Sama sekali tidak berpengaruh terhadap jalannya permainan yang sedang dimainkan. Sering juga mereka ini diistilahkan dengan raja atau ratu karena selalu menang walau apapun yang terjadi.

Itulah anak bawang, apakah engku dan encik memiliki pendapat berlainan..?







[1] Penambah




[2] Orang Kamang dahulunya menggunakan kata tuani untuk memanggil lelaki yang lebih tua usianya. Sedangkan untuk perempuan digunakan kata kakak. Pada masa sekarang panggilan telah hampir hilang digantikan oleh panggilan uda dan sebagian sedikit menggunakan kata abang. Hanya orang tua-tua saja yang menggunakan kata panggilan tersebut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum