Langsung ke konten utama

Engku Mantri

[caption id="attachment_1101" align="alignleft" width="300"]Sebuah Masjid Tua di Kampuang Kuruak Nagari Salo Sebuah Masjid Tua di Kampuang Kuruak Nagari Salo[/caption]

Dahulu di kampung kita ada beberapa orang mantri[1] yang pernah sangat terkenal karena mengobati banyak orang di kampung kita. Mereka itu ialah Engku Saidi yang digelari oleh orang dengan gelar “Saidi Suntik” karena sering menyuntik orang. Yang kedua Rangkayo Khadijah seorang bidan yang dahulunya berdinas di Solok. Dan yang terakhir ialah Engku Majo Indo yang dahulunya berdinas di Rumah Sakit Tentara Bukittinggi.

Engku Saidi berasal dari Suku Jambak di Nagari Salo. Beliau beristerikan orang bersukukan Guci di kampung kita tepatnya di Jorong Koto Panjang. Beliau menjadi mantri di Puskesmas di nagari kita yakni di Simpang Koto Panjang dahulunya. Sekarang Puskesmas tersebut telah lama tiada. Sedangkan Rangkayo Khadijah (bersukukan Sikumbang) yang berasal dari kampung kita yakni di Tapi Jorong Nan Tujuah, semenjak dibawa oleh anaknya ke rantau tidak lagi menjalankan profesi kebidanannya.

Engku Saidi Suntik meninggal sekitar akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an. Akan halnya dengan Engku Majo Indo hingga akhir hayatnya (sekitar tahun 2000-an) masih tetap menekuni profesi beliau sebagai tenaga kesehatan. Beliau berasal dari Nagari Salo bersukukan Jambak. Apabila datang panggilan untuk mengobati orang maka beliau akan mengayuh kereta unto beliau menuju rumah orang yang sakit.

Terkadang bagi Engku Majo Indo, apabila beliau sedang mengayuh kereta dalam perjalan menuju ke rumah orang yang sakit. Beliau sering pula mendapat pesan untuk singgah apabila telah selesai memeriksa orang sakit tersebut. Singgah ke rumah orang yang sakit pula, jadi tak perlulah payah-payah mencari beliau ke Salo. Di tengok-tengok saja di tepi jalan, apabila tampak beliau sedang mengayuh kereta maka akan segera dipanggil dan dipesani agar singgah nanti sepulang mengobati orang.

Beliau-beliau ini telah menjalani profesi tersebut semenjak beliau masih berdinas yakni kira-kira tahun 1960-an. Kata beberapa orang kampung kita, Engku Majo Indo merupakan seorang mantri yang berdinas di Rumah Sakit Tentara di Bukittinggi. Namun karena terlibat dalam Pemberontakan PRRI maka beliau mendapat perlakuan yang agak berbeda. Oleh sebab itu beliau memiliki banyak waktu untuk dapat mengobati orang kampung yang sakit.

Begitulah keadaan dahulu, sekarang tentulah berlainan. Pada masa dahulu dokter sangatlah susah mencarinya..







[1] Tenaga kesehatan setingkat perawat atau bidan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum