Langsung ke konten utama

Main Congkak

[caption id="attachment_1047" align="alignleft" width="300"]Papan Congkak, bukan Papan Sombong. duhai.. engku dan encik sekalian..:-) Papan Congkak, bukan Papan Sombong. duhai.. engku dan encik sekalian..:-)[/caption]

Congkak, masihkah encik ingat? Bukan sombong, melainkan nama sebuah permainan yang juga pernah dimainkan oleh kanak-kanak perempuan di kampung kita. Tidak hanya di kampung kita saja melainkan juga di daerah lainnya di republik ini. Sebenarnya kami tak pula faham dengan permainan ini karena kami tidak pernah memainkannya.

Kami hanya pernah melihat anak perempuan sama gedang bermain ini. Tatkala kami sedang asyik membuat lubang untuk bermain kalereang, anak perempuan ini malah asyik pula membuat lubang di tanah. Tidak satu ataupun tiga lubang yang mereka buat, melainan tujuh pasang lubang dengan dua lubang besar di pujuk dan pangkalnya. Namun kami heran, yang manakah pucuk dan mana pula pangkalnya.

Ada pula orang yang membuatnya dari kayu, bahkan ada yang dijual. Kalau yang dijual tidak hanya dari ayu melainkan dari karah plastikpun ada. Lubang Congkak yang dijual oleh orang ini, dalam pandangan kami, bentuknya serupa kapal.

[caption id="attachment_1046" align="alignright" width="300"]Serupa kapalkan engku dan encik sekalian? Apabila dipandang-pandangi Serupa kapalkan engku dan encik sekalian? Apabila dipandang-pandangi[/caption]

Masing-masing lubang diisi dengan tujuh buah batu atau ada juga yang menyebut dengan kuciang-kuciang bagi atak yang dijual orang di lepau. Walaun kami heran karena bentuknya sama sekali tidak serupa dengan kucing. Kedua lubang besar yang berada di pucuk dan pangkal tidak diisi dengan atak. Hal ini karena kedua lubang itu merupakan milik para pemain. Yang boleh bermain hanya dua orang, satu lubang besar milik satu pemain, dan seluruh atak harus berhasil mereka pindahkan ke dalam lubang milik mereka.

Permainan dimulai dengan mengambil seluruh atak dari lubang sebelah kanan kita. Kemudian 7 atak dari lubang yang diambil tersebut dibagikan kepada setiap lubang berikutnya. Pada lubang terakhir atak dimasukkan (dimana atak yang ditangan telah habis), maka seluruh atak yang berada dilubang tersebut dikauk kemudian dibagikan kepada setiap lubang berikutnya. Begitulah permainannya hingga lubang yang berada di ujung menjadi penuh dengan atak. Lubang yang lebih dahulu penuhlah yang menjadi pemenang.

Seorang pemain paciak[1] jika atak jatuh ke dalam lubang yang kosong. Jika telah begitu maka pemain akan segera berganti. Pemain dimulai dengan balasuk terlebih dahulu. Siapa yang menang, maka dialah yang dahulu.







[1] Gagal, dimana kemudian pemain akan ditukar


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan ...

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6...

Perihal Engku dan Encik

[caption id="attachment_894" align="alignleft" width="300"] Rumah Gadang yang telah Ditinggalkan di Nagari Kamang ini. Begitulah adat dan agama dianggap telah usang bagi yang muda-muda. Ditinggalkan dan dibenci. Taratik tak ada, kurang aja merajelala..[/caption] Beberapa masa yang lalu salah seorang anak bujang nan keren dan sangat gaul gayanya memberi pendapat terhadap tulisan kami di blog ini. Apa katanya “ engku encik tu ndak bahaso kamang tu doh tuan, tukalah jo nan labiah sasuai. .” Ah.. panas kepala ini dibuatnya, sesak dada kami dibuatnya, dan rusak puasa kami jadinya. Begitulah anak bujang sekarang, tak diajari oleh induaknya tak pula mendapat pengajaran dari mamaknya. Orang sekarang dalam mendidik anak ialah dengan mampalapehnya saja. Apalagi banyak orang tua yang mengidolakan ( tak e nyehan [1] ) anaknya, segala ucapan dan kelakuan anak ialah baik menurut keluarganya. Terlebih lagi bagi anak bungsu dan tongga babeleng [2] . Raso jo pareso, ...