Langsung ke konten utama

Main polok

[caption id="attachment_1087" align="alignright" width="300"]Seorang anak di kampung kita sedang bermain di sawah mengawani orangtuanya. Seorang anak di kampung kita sedang bermain di sawah mengawani orangtuanya.[/caption]

Ada suatu permainan yang acapkali dimainkan oleh anak-anak perempuan di kampung kita pada masa dahulu. Namun terkadang ada jua anak lelaki yang ikut memainkannya. Walau diteriaki bencong oleh anak lelaki yang lain. Hal ini karena permainan ini sesungguhnya merupakan permainan yang mengasyikkan. Juga memberikan tantangan, walau pengertian “tantangan” antara kita berbeda-beda.

Kalau kami tak salah, namanya main polok. Masihkah engku dan encik ingat dengan tucak gambar-gambar dimana pada salah satu jenis permainannya ada yang disebut dengan nama tucak polok. Karena telah kami jelaskan pada tulisan sebelumnya,  maka tak kami ulang lagi. Harapan kami engku dan encik sekalian telah membaca tulisan kami perihal batucak tersebut.

Pada permainan polok ini, batu yang digunakan ialah kurang lebih sebesar tutup botol. Ada juga yang menggunakan uang dareng (koin) limapuluh rupiah ataupun seratus rupiah, atau benda-benda lain yang berbentuk dan berukuran pipih. Permainan ini dapat dimainkan paling sedikit 2 orang pemain.

[caption id="attachment_1086" align="alignleft" width="178"]Gambar: Arena Permainan Polok Gambar: Arena Permainan Polok[/caption]

Pada permulaan, anak-anak akan menggambar sebuh gambar serupa di samping ini. Kemudian para peserta akan memulai permainan dengan balasuk, engku dan encik tentulah telah tahu apa itu balasuk. Kemudian pemain pertama akan mulai bermain.

Adapun cara permainan ialah:

  1. Pemain akan melemparkan polok pada kotak nomor 1. Lalu akan mulai meloncat-loncat dengan menggunakan satu kaki pada kotak nomor 2 dan 5. Pada kota yang ada polok kita, kita tidak dibenarkan menapaki kaki disana. Kalau ditapaki jua maka si pemain telah paciak[1]. Seandainya polok terletak pada salah satu kota pada nomor 3,4,6, dan 7. Maka si pemain akan melompat menggunakan satu kaki seperti pada kota 1,2, dan 5.

  2. Pemain harus meloncat mulai dari bawah, terus hingga ke atas yakni hanya sebatas kotak nomor 6 dan 7. Sesampainya di atas, maka pemain akan membalikkan badan sambil melompat. Kemudian dia akan kembali ke bawah. sebelum menyelesaikan lompatan, maka si pemain terlebih dahulu akan mengambil polok miliknya yang pada awal permainan tadi dilemparkan pada salah satu kotak. Sesampainya di bawah, pemain kembali melemparkan polok sesuai dengan urutan kotak hingga nantinya sampai ke nomor.8

  3. Pemain akan paciak apabila, menginjak garis, melemparkan polok ke kotak yang salah, atau polok keluar setelah dilemparkan atau dengan kata lain tidak tepat sasaran. Bagi pemain yang paciak maka poloknya tetap ditingal di kotak. Semakin banyak kota yang diisi polok oleh pemain yang paciak maka akan semakin payah (sulit) permainan. Justeru disinilah tantangan itu sebenarnya.

  4. Polok sampai ke kotak nomor delapan setelah seluruh kota dilalui dengan baik. Selepas dari kotak nomor 7, maka pemain kembali ke bawah sambil membawa poloknya. Kemudian sesampainya di bawah, pemain mambaliak-balahi[2] polok tersebut. Kemudian sambil membelakangi arena permainan dia akan melemparkan poloknya ke kotak nomor 8.

  5.  Apabila polok telah sampai ke kota nomor 8, maka si pemain harus mengambilnya dengan cara membalikkan badan. Si pemain tidak boleh melihat letak poloknya, melainkan cukup dengan mengingat. Hal yang tersulit ialah apabila pada salah satu kotak yakni kota nomor 6 dan 7 terdapat polok lawan. Maka hal ini akan sangat menyulitkan sekali, karena pemain tetap tidak dibenarkan menghadap ke arah kotak nomor 8. Polok harus diambil dengan cara membalikkan badan atau menutup mata. Namun terkadang menutup mata saja tidak disetujui oleh para pemain yang lain karena besar kemungkinan pemain akan berbuat galia (curang). Apabila tangan atau kaki pemain mengenai garis maka pemain dianggap paciak.


Bagaiman engku dan encik sekalian, masihkah ingat?

Kalau ada yang silap dan terkurang mohon engku dan encik tambahkan.







[1] Gagal, berarti permainan berhenti dan giliran pemain selanjutnya untuk bermain.




[2] Baliak-balah, berasal dari kata baliak yang berarti balik dan balah yang berarti balah. yakni polok di letakkan di atas telapak tangan, kemudian dilemparkan ke atas dan ditangkap atau diletakkan di punggung tangan. Hal ini cukup sulit karena keadaan punggung tangan yang keras dan sering anak-anak gagal dalam hal ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum