Sekarang akan kita coba menyeberangi batang aia menuju Patah Mudiak. Karena kita baru saja dari Ilia, eloklah kiranya kita mencoba jalan baru yang telah dibuat oleh orang duhai engku dan encik sekalian. Kita coba pula seperti apa rasanya melalui jalan dari Solok ke Bancah ini.
Sebenarnya kami berada dalam tanda tanya, Jorong Bancah ini masuk kemanakah duhai engku dan encik sekalian. Masuk ke Patah Mudiakkah atau Patah Tangahkah? Ada yang mengatakan kalau masuk Patah Tangah namun ada pula yang mengatakan bahwa sesungguhnya masuk Patah Mudiak. Kami menjadi semakin bimbang, berkenankah engku dan encik menolong kami mencari tahu perihal ini?
[caption id="attachment_1269" align="alignleft" width="300"] Ampangan[/caption]Kami belum faham betul apa makna dari kata Bancah itu sesungguhnya, namun ada sebuah negeri yang terletak agak jauh arah ke Sijunjuang sana yang bernama Tak Boncah. Boncah merupakan pelafazan bagi Bancah, hal ini karena dialek Bahasa Minangkabau tiap negeri itu berbeda-beda. Tak Boncah maknanya bagi anak nagari disana ialah “Tidak Pecah”.
Berdasarkan sejaran negeri mereka, bahwa tatkala niniak mereka sampai untuk pertama kalinya ke negeri mereka itu. Maka didapatilah sebuah telur yang diapit oleh dua batu besar dan hebatnya telur tersebut tidak pecah. Maka tersebutlah oleh mereka “Tak Boncah” yang artinya tak pecah..
[caption id="attachment_1271" align="alignright" width="224"] Menuju ke Tanah Panyurek[/caption]Bagaimana dengan nagari kita duhai engku dan encik sekalian? Adakah kita memiliki curaian yang serupa tapi tak sama?
Sebagian besar jalan di Bancah telah dicor oleh orang dengan semen sehingga nikmat bagi kita untuk melaluinya. Tak ada lagi jalan buruk, tak ada lubang, air tergenang, lunau, dan lain sebagainya. Namun dahulu, jalan-jalan di jorong ini sungguh sangatlah susah sekali. Mulai dari Simpang Tanah Panyurek kita sudah harus berjuang dan dilatih kesabaran. ketangkasan serta kepandaian kita dalam membawa kereta.[1]
Sungguh hebat, tabah, dan sabar orang-orang bancah pada masa dahulu. Berbagai halangan ini tidak menyebabkan mereka untuk patah semangat ataupun bersedih hati. Seperti kata orang “Tantangan itu ada untuk ditaklukan”
[caption id="attachment_1268" align="alignleft" width="300"] Sawah Takuruang[/caption]Di jorong ini terdapat satu masjid yang dipakai tidak hanya untuk shalat lima waktu melainkan juga untuk Shalat Jum’at dan Hari Raya. Surau Bancah, Binu, dan Guguak Rang Pisang agaknya memiliki kesamaan yakni mereka tidak memiliki halaman muka. Sebab ketiga surau tersebut tepat berada di tepi jalan.
[caption id="attachment_1272" align="alignright" width="224"] Dari arah Solok[/caption]Kami sungguh sangat tertarik sekali tatkala menjumpai beberapa petak sawah yang berada terpisah dari sawah-sawah yang lain. Sawah-sawah ini seolah-olah berada di dalam perak atau memang dahulunya sawah ini ialah perak yang kemudian dijadikan oleh orang sawah. Sungguh heran kami, darimanakah asalnya air untuk pengairan sawah ini?
Ketika melalui jalan dari Solok ke Bancah ini kita akan segera tersua dengan satu kawasan atau kampung yang ada di Bancah yang bernama Subarang. Letak perkampungan ini memanglah sesungguhnya berjaraka-an dari kawasan lainnya.
Kemudian satu hal yang kami baru sadari ialah bahwa ternyata Kampuang Bungo Tanjuang yang terletak terpencil rupanya termasuk ke dalam Jorong Bancah ini. Dimana kawasan perekampungan ini dikelilingi oleh areal persawahan sehingga seakan-akan kawasan ini ialah sebuah pulau.
[1] Masa kami, kereta atau sepeda merupakan barang mewah. Hampir dikendari oleh setiap orang. Sekarang telah digantikan oleh onda (sepeda motor)
Komentar
Posting Komentar