Langsung ke konten utama

Koto Nan Gadang

[caption id="attachment_1185" align="alignleft" width="300"]Batu Bajolang, jambatan, dan jalan nan baru di cor Batu Bajolang, jambatan, dan jalan nan baru di cor[/caption]

Dalam Tambo nagari kita dicuraikan bahwa asal dari nenek-moyang orang Kamang ini ialah dari Pagaruyuang. Mereka pergi merantau ke luar dari Nagari Pagaruyuang guna mencari daerah baru. Begitulah curaian dari tambo hingga akhirnya mereka ini sampai akhirnya ke daerah yang sekarang bernama Kamang. Tersebutlah di dalam tambo nagari kita bahwa nenek-moyang kita sampai jua akhirnya di daerah yang disana terdapat banyak batu bajalongkangan.[1] Kelak tempat tersebut mereka namai dengan Batu Bajulang atau Batu Bajolang.

Kemudian setelah mendapat petunjuk dari pemimpin rombongan akhirnya mereka

[caption id="attachment_1187" align="alignright" width="300"]Simpang Rumah Tinggi Simpang Rumah Tinggi[/caption]

segera menuju ke sebuah tempat yang agak tinggi. Di tempat tersebut tumbuh sebuah batang kayu besar yang kemudian mereka jadikan sebagai tempat bermalam. Nama tempat tersebut ialah Gobah yang bermakna tinggi, sedangkan batang kayu besar tersebut mereka namakan dengan nama “Kamang”.

Batu Bajolang dan Gobah merupakan nama dua buah kawasan di Jorong Koto Nan Gadang. Selain kedua kawasan tersebut juga terdapat kawasan Tanjuang Mangkudu yang terletak sebelum Koto Sariak apabila kita berjalan arah ke Ladang Darek. Kemudian Bareco yang terletak sebelum Balai Baru apabila kita berjlan arah ke Jorong Nan Tujuah. Kemudian ada juga Lurah yang terletak di perbatasan dengan Jorong Binu. Lurah ialah jalan pintas menuju ke Jorong Binu.

[caption id="attachment_1183" align="alignleft" width="300"]Dari Batu Bajolang arah Binu menuju Lurah Dari Batu Bajolang arah Binu menuju Lurah[/caption]

Kemudian masih ada satu kawasan lagi yakni Rumah Tinggi. Terkadang beberapa diantara kita sering silap mengira bahwa nama jorong ini ialah Rumah Tinggi. Kiranya bukan, Rumah Tinggi ialah nama salah satu kawasan atau kampung di Jorong Koto Nan Gadang ini.

Kami telah membuat tulisan khusus yang membahas Kampung Rumah Tinggi ini, silahkan engku dan encik klik tautan ini.

Dari tambo nagari kita akhirnya dapatlah kita ketahui bahwa Koto Nan Gadang dan Balai Panjang merupakan kawasan tertua di kampung kita. Hal ini terbukti dimana tempat pertama kali nenek-moyang kita menapaki kaki mereka di Nagari Kamang ini ialah di Batu Bajolang dan tempat mereka bermalam untuk pertama kalinya ialah di Gobah. Kedua kawasan tersebut masih ada hingga kini di kampung kita.

[caption id="attachment_1186" align="alignright" width="300"]Rumah Tinggi Rumah Tinggi[/caption]








[1] Bajalongkangan merupakan Bahasa Minangkabau Lama yang berarti berserakan


Komentar

  1. […] ambil jalur yang berlainan dengan yang kemarin, hendak menyilau jalan tembus dari salah satu jorong. Dahulunya jalan tembus ini hanyalah jalan setapa berlunau. Jangankan […]

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6...

Adat sopan santun orang Minangkabau

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia [/caption] Dalam suasana hari raya ini berkenankah engku, rangkayo, serta encik sekalian kami bawa melancong ke masa silam. Baru-baru ini kami mendapatkan sebuah kutipan pada sebuah buku dari tulisan seorang ahli perilaku (etiket) pada masa dahulunya di Minangkabau. Dikarang oleh B. Dt. Seri Maharajo dengan judul  Kitab 'Adat Sopan Santoen Orang Minangkabau  yang diterbitkan oleh Penerbit Merapi & Co  pada tahun 1922 di Bukit Tinggi. Kutipan tersebut memuat uraian pada halaman 75-80 sebagai berikut: 1. Apabila duduk bersama-sama tak boleh terkentut 2. Kalau menguap harus menutup mulut dengan tangan yang terkerucut 3. Apabila pergi ke jamban (untuk buang air besar) perlulah menutup kepala, memakai terompah, dan jangan terbuka aurat sebelum masuk jamban. Jangan bercakap-cakap, jangan pula menyahuti panggilan (seruan orang) melainkan dengan batuk kecil-keci...

SMP nan diperbaiki

[caption id="attachment_505" align="alignleft" width="300"] Keadaan SMP ketika beberapa masa yang lalu kami ambil gambarnya. [/caption] Pada saat pulang kampung nan dahulu, kami tak sengaja melihat pemandangan mengharukan yakni telah terjadi renovasi pada sekolah SMP yang terletak di perbatasan Kamang (Pintu Koto) dan Magek. Terkejut kami karena bangunan lama telah hilang dan sedangkan bangunan baru sedang dalam tahap pengerjaan. Mungkin saat ini telah selesai dikerjakan orang. Sungguh kami mengutuki diri sendiri, kenapa dahulu tak diambil gambar rumah sekolah ini. Sama kiranya ketika kami mendapati bahwa Pakan Salasa telah dirubuhi orang dan digantikan dengan bangunan baru. Kamipun tak memiliki gambar bangunan Pakan Salasa nan lama, hilang sudah salah satu sejarah di nagari kita. Terdapat dua sekolah menengah di kampung kita yakni SMP dan MTsN atau biasa kita sebut dengan Sanawiyah. Rumah Sikola SMP ini lebih dikenal dengan nama SMP Magek, karena meman...