Langsung ke konten utama

Ladang Darek

[caption id="attachment_1261" align="alignleft" width="300"]Simpang Labuah atau Simpang Ladang Darek Simpang Labuah atau Simpang Ladang Darek[/caption]

Ladang Darek ialah jorong terakhir yang akan kita bahas pada Patah Ilia ini, Insya Allah..

Ladang darek merupakan pintu masuk pada kedua jorong lainnya yakni Jorong Binu dan Solok. Namun pada masa sekarang sudah tidak lagi sebab sudah dicor oleh orang jalan setapak yang menuju ke kedua jorong ini yakni dari arah Bancah untuk Solok dan dari arah Rumah Tinggi untuk Binu.

[caption id="attachment_1255" align="alignright" width="300"]Sawah di Baruah Sawah di Baruah[/caption]

Keadaan alam di jorong ini lebih datar dari pada kedua jorong yang terdahulu. Terdapat satu simpang ampek di jorong ini yang biasa disebut oleh orang dengan nama Simpang Labuah. Tepat di hadapan simpang tersebut – apabila kita datang dari arah Panji – maka akan kita dapati sebuah pos pemuda yang dibuat oleh orang di atas jalan. Serupa Pintu Gerbang saja.

[caption id="attachment_1259" align="alignleft" width="300"]Heuler di Ujuang Ladang Heuler di Ujuang Ladang[/caption]

Hampir sebagian besar jalan di jorong ini telah diaspal oleh pemerintah, walau hanya sebatas aspal jagung. Dimana keadaan aspal pada beberapa bagian telah mulai berkurang baik. Apalagi keadaan aspal pada jalan di Ngalaow Rangkak, disini kita harus berhati-hati apabila berjalan dari arah Koto Sariak yang berbatasan langsung dengan Jorong Koto Nan Gadang. Atau apabila kita berjalan dari arah Simpang Labuah.

[caption id="attachment_1260" align="alignright" width="300"]Sebuah Rumah di Ladang Darek Sebuah Rumah di Ladang Darek[/caption]

Namun berlainan keadaannya apabila kita menuju ke Binu. Semenjak dari Simpang Labuah jalan di cor oleh orang dengan beton. Kamipun merasa heran pada masa dahulu, “Kenapa tak diaspal oleh orang, setidaknya sampai Jambatan Binu?”

[caption id="attachment_1258" align="alignleft" width="300"]Surau di Tabiang Surau di Tabiang[/caption]

Surau kampung terdapat di Tabiang, tepat di penurunan apabila kita hendak menuju ke Jorong Solok. Surau kampung merupakan sebuah mushalla, Ladang Darek termasuk ke sidang di Rumah Tinggi. Walau pada masa sekarang pada saat hari raya mereka telah mengerjakan shalat hari raya sendiri namun bagi sebagian besar generasi tua merasa berat untuk beranjak dari Masjid Jamiak Rumah Tinggi.

“Disanalah sidang kita dari dahulunya..”

Terdapat sebuah gilingan padi (heuler) di jorong ini yakni di Ujuang Ladang di jalan arah ke Binu.  Selepas dari ini kita akan menempuh sebuah pasawangan menuju Jorong Binu dengan jalannya yang berliku membuat kita seolah-olah berjalan di tengah sawah.

[caption id="attachment_1256" align="alignright" width="224"]Dari Batu Bakaluak arah ke Simpang Ladang Darek Dari Batu Bakaluak arah ke Simpang Ladang Darek[/caption]

Apabila kita masuk dari Panji, kita akan sampai di Batu Bakaluak dimana terdapat jalan yang telah dicor oleh orang. Jalan ini dahulunya ialah jalan setapak yang dipakai oleh orang untuk mamutuh[1] (jalan pintas). Kami tidak tahu pasti apakah Batu Bakaluak ini termasuk kepada Jorong Ladang Darek ataukah Jorong Empat Kampung?

Dari Batu Bakaluak apabila kita melihat ke sebelah kiri (apabila kita berdiri menghadap ke arah Simpang Ladang Darek) maka akan tampak kita sebuah lembah yang dihiasi oleh untaian pesawahan. Diujungnya ialah Bukit Barisan. Jajaran pesawahan yang berada tepat dibawah kita berdiri dinamai oleh orang dengan nama Baruah[2].

[caption id="attachment_1257" align="alignleft" width="224"]Dari Ujuang Ladang arah ke Binu Dari Ujuang Ladang arah ke Binu[/caption]

Apabila kita teruskan perjalanan kita maka kita akan mendapati jalan melereng-menurun. Kawasan ini dinamai oleh orang dengan nama Tanjuang. Selanjutnya kita teruskan jualah hendaknya perjalanan kita menuju Simpang Labuah. Maka kita akan menemukan kawasan Wapatai yang terletak tepat sebelum Simpang Labuah.

Tambahan Gambar

[caption id="attachment_1262" align="aligncenter" width="300"]Dua buah rumah di Tabiang Dua buah rumah di Tabiang[/caption]

[caption id="attachment_1254" align="aligncenter" width="300"]Dari Simpang Labuah arah ke Panji Dari Simpang Labuah arah ke Panji[/caption]

[caption id="attachment_1253" align="aligncenter" width="300"]Dari arah Batu Bakaluak arah ke Simpang Labuah Dari arah Batu Bakaluak arah ke Simpang Labuah[/caption]

[caption id="attachment_1252" align="aligncenter" width="300"]Dari Simpang Labuah arah ke Rumah Tinggi Gambar: Hasjmi Maksum Dari Simpang Labuah arah ke Rumah Tinggi
Gambar: Hasjmi Maksum[/caption]

[caption id="attachment_1251" align="aligncenter" width="224"]Dari Simpang Labuah arah ke Solok Dari Simpang Labuah arah ke Solok[/caption]








[1] Memutus.




[2] Baruah berarti di bawah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum