Langsung ke konten utama

Musim Durian (2013)

[caption id="attachment_1297" align="alignleft" width="225"]Salah satu Batang Durian di Kamang. Kebanyakan Batang Durian di Nagari Kamang ialah tinggi-tinggi. Salah satu Batang Durian di Kamang. Kebanyakan Batang Durian di Nagari Kamang ialah tinggi-tinggi.[/caption]

Kami dengar telah lama pula bermulai musim durian di kampung kita, benarkah demikian engku dan encik sekalian? Sudahkah pula ramai orang berjualan durian di kampung kita?

Namun kami sangatlah yakin bahwa pada masa-masa awal ini tentulah belum banyak benar buah durian yang runtuh. Kalaupun sudah ada maka buah yang runtuh masihlah permulaan, pembuka jalan, atau sekedar sapaan dari batang durian dalam perak kita. Kalau tidak keras, berarti hambar, ataupun malah pahit.

Mungkin menanti masa agak beberapa pekan baru kemudian mendapat yang lamak.[1] Bolehlah kita minta kepada bunda untuk menanak sipuluk[2] sebagai kawan memakan durian.

“Hm.. sungguh nikmat sangat..” sipuluk yang masih hangat-hangat kuku dimakan dengan buah durian yang baru saja dibelah.

Namun nanti dulu engku dan encik, tidak semua orang suka buah durian. Bagi sebagian orang, bau durian itu sangatlah menyesakkan, serasa hendak muntah mereka. Tak sudi mereka memakannya, mendapat baunya saja sudah serupa orang membau kentut Mak Jimia[3] mereka itu. Hendak lari sekencang-kencangnya “Jangan sampai tersua yang serupa itu..” kata mereka.

Serupa agaknya dengan bau jariang.[4] Bagi penikmat jariang, bau dari jariang tersebut sungguhlah nikmat sangat. Namun bagi para pembencinya, sungguh busuk sangat “Tak sudi awak..” kata mereka.

Memang begitulah, kecenderungan orang berbeda-beda agaknya.

Kembali kita kepada durian, biasanya Musim Durian ini beriringan datangnya dengan Musiim Manggis. Dahulu Kamang sangat terkenal sebagai negeri penghasil manggis berkualitas, dicari oleh orang-orang hendak dijual ke Singapura, kata mereka “Digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat tuak..”

Masihkah ada juga Manggis itu berbuah di kampung kita engku dan encik sekalian?







[1] Nikmat, lezat, enak




[2] Sipuluik, beras ketan




[3] Salah seorang orang gila yang sering tegak-tegak (mangkal) di Pakan Salasa apabila hari pekan.




[4] jengkol


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum