[caption id="attachment_1362" align="alignright" width="300"] Simpang Pintu Koto[/caption]
Tampaknya selepas dari Gurun kita kembali menuju Simpang Joho atau disebut juga dengan Simpang Baringin. Kita berbelok ke kiri dan kemudian berjalan menuju Jorong Pintu Koto. Di Jorong ini terdapat satu sekolah SD yakni SD Tangah, satu sekolah SMP yakni SLTP N 1 Kamang Magek, dan satu sekolah SMA yakni SMU N 1 Kamang Magek. Serta ditambah dengan satu kantor PLN yang kalau kami tak salah diperuntukkan sebagai kantor pengaduan.
Ketika memasuki jorong ini dari arah Joho maka kita akan memasuki kawasan Sawah Takuruang yang berbatasan langsung dengan Jorong Joho. Kenapa dinamakan Sawah Takuruang? Karena di kawasan ini terdapat beberapa petak sawah yang dikelilingi oleh perak dan pemukiman. Berbeda dengan sawah-sawah lainnya yang biasanya membentuk untaian lautan kehijauan atau menguning. Di kawasan inilah terletak Kantor PLN dan sekolah SMU N 1 Kamang Magek. SMU ini didirikan di bekas kawasan SMPI dahulunya.
Namun sebelum kita melanjutkan perjalanan, eloklah kiranya kita bertanya-tanya agak sedikit “Kenapa bernama Pintu Koto, apapula maknanya itu?”
Kamipun mengalami kepayahan untuk mencari tahu perihal ini duhai engku dan encik sekalian. Sebab sangatlah sedikit orang yang faham sejarah nagari kita pada masa sekarang. Kalaulah kita dengan segala keterbatasan yang ada mencoba mencari tahu sendiri maka akan kita dapati bahwa nama jorong ini berasal dari dua kata yakni “Pintu” dan “Koto”. Pintu bermakna sama sedangkan “koto” merupakan tahap ketiga dari metamarfosis pembetukan sebuah nagari di Minangkabau.
[caption id="attachment_1360" align="alignleft" width="225"] Arah ke Pakan Salasa dan Nagari Magek[/caption]
Jadi kawasan ini diberi nama demikian karena merupakan pintu masuk ke Nagari Kamang, memanglah terdapat beberapa pintu masuk untuk menuju ke Nagari Kamang. Sebut saja tiga diantaranya ada di Jorong Koto Panjang yakni dari arah Kamang Mudiak, Magek, dan Limo Kambiang. Satu di Jorong Pintu yakni dari arah Magek. Satu pintu masuk terletak di Jorong Balai Panjang yakni di Simpang Kubu Alah yang berbatasan dengan Nagari Salo. Dan terakhir di Jorong Guguak Rang Pisang yang juga berbatasan dengan Nagari Salo. Namun tampaknya pintu masuk melalui Pintu Koto inilah yang banyak dilalui oleh orang dari dan ke Nagari Kamang.
Bercakap perihal simpadan (sempadan) atau perbatasan maka kami akan terkenang akan sebuah curaian pada salah satu buku yang kami dapati membahas perihal Minangkabau ini. Sang Penulis mencuraikan bahwa pada setiap nagari yang bersempadan tersebut terdapat suatu kawasan yang diberi nama dengan kawasan Tanah Rajo ataupun Parak Rajo. Maksudnya ialah tanah tersebut tidak dimiliki oleh salah satu kedua nagari melainkan kawasan netral yang berpulang kepada Yang Dipertuan di Pagaruyuang. Oleh karena itulah hingga bernama Parak "Rajo".
Nah engku dan encik sekalian, rupanya di nagari kitapun ada pula. Masyarakat di Pintu Koto yang bersempadan langsung dengan dunsanak-dunsanak kita di Kampuang Jambak, Lurah Ateh, dan Lurah Bawahpun yang berada di Nagari Magek mengenal istilah ini. Namun terkadang mereka khilaf dalam pelafazan. Misalnya mereka sering menyebut dengan sebutan "Parak Ajo" atau "Parik Ajo".
Dahulu kami sering heran, sebab panggilan "ajo" merupakan panggilan khas "Pariaman". Rupanya panggilan tersebut singkatan dari kata "rajo". Sedangkan kata "parik" tampaknya berasal dari masa "Paderi".
"Kenapa demikian?" tanya engku dan encik.
[caption id="attachment_1361" align="alignright" width="225"] Arah ke Padang Sawah & Tapi[/caption]
Sebab pada kawasan Parak Rajo ini dibuat oleh Para Pejuang Paderi sebuah parit dan benteng yang digunakan sebagai kubu pertahanan dalam menghadapi Kaum Adat pada masa gerakan Paderi dan Orang Belanda pada masa Perang Paderi. Benteng Kamang sangat terkenal pada masa dahulu sebagai salah satu benteng yang tak dapat ditembus. Orang Belanda baru dapat menembus Benteng Kamang selepas menyerang dari arah Suayan dan melakukan siasat licik yakni dengan melemparkan kepingan uang ke dalam parit.
"Siasat yang aneh.." seru engku dan encik.
Hal ini karena Benteng Kamang dibuat dengan menggunakan rumpun aua, sehingga Benteng Kamang itu ialah Benteng Hidup. Semakin hari tentulah semakin bertambah besar dan kokoh ia. Batang Aua yang telah tua kemudian digantikan oleh yang muda. Sungguh cerdik ninik-ninik kita dahulunya duhai engku dan encik sekalian. Oleh karena ini pullah maka selepas Perang Kamang 1908 - dimana Belanda memerintahkan penggantian nama nagari kita dimana nama Kamang tak boleh lagi dipakai - dipakailah nama Aua Parumahan. Mungkin maknanya perkampungan atau nagari yang berada di belakang pohon Aua atau nagari yang dikelilingi batang Aua.
Nah engku dan encik sekalian, marilah kita kembali melanjutkan perjalanan kita yakni dengan terus berjalan hingga ke Simpang Pintu Koto. Di simpang ini terdapat sebuah tugu dengan empat buah patung orang yang terletak di pucuknya. Itulah Tugu Perang Kamang 1908.
Apabila kita berbelok ke kanan maka kita akan sampai ke SMP N 1 Kamang Magek dan Pakan Salasa. SMP terletak tepat diperbatasan antara Nagari Kamang dan Magek. Tepatnya tanah ini dahulunya ialah milik orang dari Suku Bodi Pasukuan Ampek Ibu di Nagari Kamang. Sedangkan Pakan Salasa berada di perbatasan ke dua nagari. Bagian sebelah ke Magek ialah milik dari Nagari Magek sedangkan bagian sebelah ke Kamang ialah milik Nagari Kamang. Namun kami tak tahu pasti sempadan yang jelas yang membedakannya.
Namun apabila kita terus berjalan melalui simpang maka kita akan terus ke Kampuang Tapi yang terletak di Jorong Nan Tujuah. Namun sebelum memasuki kawasan Tapi kita akan terlebih dahulu disambut oleh kawasan Padang Sawah yang masih berada di dalam Jorong Pintu Koto. Kawasan ini terletak mulai dari Rumah Ibu Husna Jorong Pintu Koto hingga ke sempadan kedua jorong.
Kenapa dinamakan dengan Padang Sawah?
[caption id="attachment_1363" align="alignleft" width="300"] Kawasan Galanggang arah ke Jalan Basimpang[/caption]
Tentulah engku dan encik dapat menerkanya. Yakni karena kawasan ini lebih dipenuhi (didominasi) oleh lahan persawahan. Pemandangan ini akan tampak dengan jelas apabila engku dan encik menengok langsung dari arah Mangkudu.
Sekarang kita akan berbelok ke kiri menuju Jalan Basimpang. Sebelum memasuki Jalan Basimpang maka kita akan terlebih dahulu melalui kawasan Galanggang. Aneh sekali nama kawasan ini sebab sejauh ingatan kami pada masa dahulu kawasan ini cukup lengang. Sekarang baru agak ramai setelah beberapa orang membuat rumah di kawasan ini. Mungkinkah dahulunya disinilah bertempat "Galanggang Nagari" kita? Dimana banyak anak nagari bermain dan bergaul disini?
Selepas itu barulah Jalan Basimpang. Di Jalan Basimpang inilah terdapat sebuah rumah sekolah SD. Konon kabarnya merupakan sekolah SD pertama di kampung kita dahulunya.
Apabila kita berbelok ke kanan di Jalan Basimpang maka kita akan sampai di kawasan Kabun dan kemudian kawasan Tan Kamang yang berbatasan langsung dengan Jorong Nan Tujuah. Namun apabila kita berjalan lurus maka kita akan sampai di Ampang yang terletak di Jorong Ampek Kampuang. Namun sebelum memasuki kawasan Ampang, kita terlebih dahulu akan melalui kawasan Bonjo yang masih berada dalam kawasan Jorong Pintu Koto.
Tampaknya selepas dari Gurun kita kembali menuju Simpang Joho atau disebut juga dengan Simpang Baringin. Kita berbelok ke kiri dan kemudian berjalan menuju Jorong Pintu Koto. Di Jorong ini terdapat satu sekolah SD yakni SD Tangah, satu sekolah SMP yakni SLTP N 1 Kamang Magek, dan satu sekolah SMA yakni SMU N 1 Kamang Magek. Serta ditambah dengan satu kantor PLN yang kalau kami tak salah diperuntukkan sebagai kantor pengaduan.
Ketika memasuki jorong ini dari arah Joho maka kita akan memasuki kawasan Sawah Takuruang yang berbatasan langsung dengan Jorong Joho. Kenapa dinamakan Sawah Takuruang? Karena di kawasan ini terdapat beberapa petak sawah yang dikelilingi oleh perak dan pemukiman. Berbeda dengan sawah-sawah lainnya yang biasanya membentuk untaian lautan kehijauan atau menguning. Di kawasan inilah terletak Kantor PLN dan sekolah SMU N 1 Kamang Magek. SMU ini didirikan di bekas kawasan SMPI dahulunya.
Namun sebelum kita melanjutkan perjalanan, eloklah kiranya kita bertanya-tanya agak sedikit “Kenapa bernama Pintu Koto, apapula maknanya itu?”
Kamipun mengalami kepayahan untuk mencari tahu perihal ini duhai engku dan encik sekalian. Sebab sangatlah sedikit orang yang faham sejarah nagari kita pada masa sekarang. Kalaulah kita dengan segala keterbatasan yang ada mencoba mencari tahu sendiri maka akan kita dapati bahwa nama jorong ini berasal dari dua kata yakni “Pintu” dan “Koto”. Pintu bermakna sama sedangkan “koto” merupakan tahap ketiga dari metamarfosis pembetukan sebuah nagari di Minangkabau.
[caption id="attachment_1360" align="alignleft" width="225"] Arah ke Pakan Salasa dan Nagari Magek[/caption]
Jadi kawasan ini diberi nama demikian karena merupakan pintu masuk ke Nagari Kamang, memanglah terdapat beberapa pintu masuk untuk menuju ke Nagari Kamang. Sebut saja tiga diantaranya ada di Jorong Koto Panjang yakni dari arah Kamang Mudiak, Magek, dan Limo Kambiang. Satu di Jorong Pintu yakni dari arah Magek. Satu pintu masuk terletak di Jorong Balai Panjang yakni di Simpang Kubu Alah yang berbatasan dengan Nagari Salo. Dan terakhir di Jorong Guguak Rang Pisang yang juga berbatasan dengan Nagari Salo. Namun tampaknya pintu masuk melalui Pintu Koto inilah yang banyak dilalui oleh orang dari dan ke Nagari Kamang.
Bercakap perihal simpadan (sempadan) atau perbatasan maka kami akan terkenang akan sebuah curaian pada salah satu buku yang kami dapati membahas perihal Minangkabau ini. Sang Penulis mencuraikan bahwa pada setiap nagari yang bersempadan tersebut terdapat suatu kawasan yang diberi nama dengan kawasan Tanah Rajo ataupun Parak Rajo. Maksudnya ialah tanah tersebut tidak dimiliki oleh salah satu kedua nagari melainkan kawasan netral yang berpulang kepada Yang Dipertuan di Pagaruyuang. Oleh karena itulah hingga bernama Parak "Rajo".
Nah engku dan encik sekalian, rupanya di nagari kitapun ada pula. Masyarakat di Pintu Koto yang bersempadan langsung dengan dunsanak-dunsanak kita di Kampuang Jambak, Lurah Ateh, dan Lurah Bawahpun yang berada di Nagari Magek mengenal istilah ini. Namun terkadang mereka khilaf dalam pelafazan. Misalnya mereka sering menyebut dengan sebutan "Parak Ajo" atau "Parik Ajo".
Dahulu kami sering heran, sebab panggilan "ajo" merupakan panggilan khas "Pariaman". Rupanya panggilan tersebut singkatan dari kata "rajo". Sedangkan kata "parik" tampaknya berasal dari masa "Paderi".
"Kenapa demikian?" tanya engku dan encik.
[caption id="attachment_1361" align="alignright" width="225"] Arah ke Padang Sawah & Tapi[/caption]
Sebab pada kawasan Parak Rajo ini dibuat oleh Para Pejuang Paderi sebuah parit dan benteng yang digunakan sebagai kubu pertahanan dalam menghadapi Kaum Adat pada masa gerakan Paderi dan Orang Belanda pada masa Perang Paderi. Benteng Kamang sangat terkenal pada masa dahulu sebagai salah satu benteng yang tak dapat ditembus. Orang Belanda baru dapat menembus Benteng Kamang selepas menyerang dari arah Suayan dan melakukan siasat licik yakni dengan melemparkan kepingan uang ke dalam parit.
"Siasat yang aneh.." seru engku dan encik.
Hal ini karena Benteng Kamang dibuat dengan menggunakan rumpun aua, sehingga Benteng Kamang itu ialah Benteng Hidup. Semakin hari tentulah semakin bertambah besar dan kokoh ia. Batang Aua yang telah tua kemudian digantikan oleh yang muda. Sungguh cerdik ninik-ninik kita dahulunya duhai engku dan encik sekalian. Oleh karena ini pullah maka selepas Perang Kamang 1908 - dimana Belanda memerintahkan penggantian nama nagari kita dimana nama Kamang tak boleh lagi dipakai - dipakailah nama Aua Parumahan. Mungkin maknanya perkampungan atau nagari yang berada di belakang pohon Aua atau nagari yang dikelilingi batang Aua.
Nah engku dan encik sekalian, marilah kita kembali melanjutkan perjalanan kita yakni dengan terus berjalan hingga ke Simpang Pintu Koto. Di simpang ini terdapat sebuah tugu dengan empat buah patung orang yang terletak di pucuknya. Itulah Tugu Perang Kamang 1908.
Apabila kita berbelok ke kanan maka kita akan sampai ke SMP N 1 Kamang Magek dan Pakan Salasa. SMP terletak tepat diperbatasan antara Nagari Kamang dan Magek. Tepatnya tanah ini dahulunya ialah milik orang dari Suku Bodi Pasukuan Ampek Ibu di Nagari Kamang. Sedangkan Pakan Salasa berada di perbatasan ke dua nagari. Bagian sebelah ke Magek ialah milik dari Nagari Magek sedangkan bagian sebelah ke Kamang ialah milik Nagari Kamang. Namun kami tak tahu pasti sempadan yang jelas yang membedakannya.
Namun apabila kita terus berjalan melalui simpang maka kita akan terus ke Kampuang Tapi yang terletak di Jorong Nan Tujuah. Namun sebelum memasuki kawasan Tapi kita akan terlebih dahulu disambut oleh kawasan Padang Sawah yang masih berada di dalam Jorong Pintu Koto. Kawasan ini terletak mulai dari Rumah Ibu Husna Jorong Pintu Koto hingga ke sempadan kedua jorong.
Kenapa dinamakan dengan Padang Sawah?
[caption id="attachment_1363" align="alignleft" width="300"] Kawasan Galanggang arah ke Jalan Basimpang[/caption]
Tentulah engku dan encik dapat menerkanya. Yakni karena kawasan ini lebih dipenuhi (didominasi) oleh lahan persawahan. Pemandangan ini akan tampak dengan jelas apabila engku dan encik menengok langsung dari arah Mangkudu.
Sekarang kita akan berbelok ke kiri menuju Jalan Basimpang. Sebelum memasuki Jalan Basimpang maka kita akan terlebih dahulu melalui kawasan Galanggang. Aneh sekali nama kawasan ini sebab sejauh ingatan kami pada masa dahulu kawasan ini cukup lengang. Sekarang baru agak ramai setelah beberapa orang membuat rumah di kawasan ini. Mungkinkah dahulunya disinilah bertempat "Galanggang Nagari" kita? Dimana banyak anak nagari bermain dan bergaul disini?
Selepas itu barulah Jalan Basimpang. Di Jalan Basimpang inilah terdapat sebuah rumah sekolah SD. Konon kabarnya merupakan sekolah SD pertama di kampung kita dahulunya.
Apabila kita berbelok ke kanan di Jalan Basimpang maka kita akan sampai di kawasan Kabun dan kemudian kawasan Tan Kamang yang berbatasan langsung dengan Jorong Nan Tujuah. Namun apabila kita berjalan lurus maka kita akan sampai di Ampang yang terletak di Jorong Ampek Kampuang. Namun sebelum memasuki kawasan Ampang, kita terlebih dahulu akan melalui kawasan Bonjo yang masih berada dalam kawasan Jorong Pintu Koto.
Geografi seputar pakan salasa, tugu parang kamang dan smp 1 saya kenali, Engku. Lanjutannya sdh gak abas, kirain jalan2nya diterusin sampai Magek,, sesekali berbelok ka Magek ya Ngku. Ngomong2 belum pernah mendengar parak rajo di Magek. Bisa jadi saya cuma kurang piknik tp sebetulnya ada. Terus parak rajo ini biasanya siapa yg membuat? Ada perjanjial bilateral antar nagari untuk memanfaatkanya? Maaf Engku saya banyak tanya :)
BalasHapusInsya Allah rangkayo..
BalasHapusKami tak pula tahu dengan pasti perihal siapa yang membuat. Namun tampaknya "parak rajo" sudah ada semenjak permulaan pertumbuhan nagari-nagari. merupakan daerah netral yang berpulang kepada Yang Dipertuan kita Rajo Alam. Perjanjian bilateral mungkin ada, namun kalau kita maknai dari perspektif sekarang, perjanjian tersebut tentulah tak berupa dokumen.
Disinilah segalah persengketaan antara kedua nagari yang bersimpadan diselesaikan, apabila terjadi perang antara kedua nagaripun disinipula perang itu berlangsung. tidak boleh masuk ke wilayah masing-masing nagari untuk mengantisipasi jatuhnya korban yang tak bersalah (seperti: perempuan, anak-anak, dan orang tua).
demikianlah rangkayo..
[…] Kata suamiku pisang ini merupakan pisang hasil panen dari perak[2] di belakang rumah, dipanen sendiri oleh mertua lelaki ku. Pastilah nikmat pisang ini, hasil dari perak sendiri, perak mertuaku di Pintu Koto.. […]
BalasHapus[…] pada cuti hari raya ini. Biasanya pada saat hari raya mereka selalu menziarahi rumah kami di Pintu Koto namun tidak kali ini. Rencana mereka ialah semalam hendak ke rumah orang tua kami namun gagal […]
BalasHapus