Langsung ke konten utama

Ampangan

[caption id="attachment_1415" align="alignleft" width="300"]Ampangan Binu Ampangan Binu[/caption]

Engku dan encik tentulah pernah mendengar kata ampang atau ampangan. Banyak dijadikan oleh orang sebagai nama nagari, kampung, atau suatu kawasan. Namun dalam keseharian kita, kata tersebut jarang dipakai oleh orang Minangkabau pada masa sekarang. Sehingga banyak diantara kita yang tidak mengetahui arti atau makna dari kata ampang tersebut.


Ampang atau ampangan bermakna bendungan. Suatu tempat yang digunakan untuk menampung atau menghambat laju air. Kebanyakan yang diampang ialah batang aia (sungai) guna dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah milik penduduk di kampung-kampung.


Di Kamang terdapat tiga buah ampangan yang dibangun dalam masa yang berbeda. Ketiga ampangan tersebut ialah Ampangan di Joho, Bancah, dan Binu. Kami kurang memahami dengan baik bila masanya ampangan ini mulai dibangun. Menurut sebagian sumber ampangan permanen di Joho dibuat oleh orang sekitar tahun 1978-80-an sedangkan di Binu dan Bancah belakangan. Ada pula yang mengatakan kalau Ampangan Bancah dibuat oleh orang pada sekitar tahun 1990-an. Entah mana yang benar duhai engku dan encik sekalian.


Namun sebelum dibuat oleh orang dengan menggunakan batu dan coran semen, sesungguhnya ampangan tersebut telah lama ada di kampung kita. Orang-orang kampung kita (dan juga orang Minangkabau) dahulunya telah memiliki kepandaian dan pengetahuan yang sangat baik sekali di bidang pertanian dan pengairan. Kegunaan ampangan ini masihlah sama dengan kegunaannya pada masa dahulu yakni sebagai sumber air untuk dialirkan ke sawah-sawah penduduk di kampung kita.




[caption id="attachment_1416" align="alignright" width="300"]Ampangan Bancah Ampangan Bancah[/caption]

Dahulu, orang kampung kita menggunakan batuang[1] dan mariau[2] yang disusun berjajar (vertikal) kemudian mengikatnya supaya kuat menahan laju air. Susunan batuang (atau mariau) ini dinamai oleh orang kampung kita dengan samia. Begitulah cara orang kampung kita membuat bendungan pada masa dahulunya duhai engku dan encik sekalian. Itulah tandanya bahwa orang tua kita pada masa dahulu bukanlah orang-orang yang pandir. Kita sudah punya teknologi namun sayang pengetahuan semacam itu tak dipelihara, dijaga, dipertahankan serta diwariskan kepada generasi kemudian.


Begitulah dahulunya di kampung kita ini engku dan encik sekalian. Ramai kanak-kanak bermain-main ke bendungan tersebut. Ada yang mandi-mandi di sana karena asyik nian mandi di ampangan sebab airnya tergenang dengan baik, tenang, dan dapat dibawa bersantai. Masihkah ada kanak-kanak di kampung kita pada masa sekarang pergi bermain-main ke ampangan itu duhai engku dan encik sekalian?










Catatan Kaki:

[1] Bambu




[2] Sejenis bambu namun berukuran agak kecil dari bambu dan lebih tipis serta halus dan mudah dibentuk.


Komentar

  1. tulisan menarik... mohon zin copas... salam kenal ... terima kasih..

    https://www.facebook.com/relawanampangan.marapi.3

    BalasHapus
  2. […] Ampangan    Engku dan encik tentulah pernah mendengar kata ampang atau ampangan. Banyak dijadikan oleh orang sebagai nama nagari, kampung, atau suatu kawasan. Namun dalam keseharian, kata tersebut jarang dipakai oleh orang Minangkabau pada masa sekarang. Sehingga banyak diantara kita yang tidak mengetahui arti atau makna dari kata ampang tersebut.   Ampang atau ampangan bermakna bendungan. Suatu tempat yang digunakan untuk menampung atau menghambat laju air. Kebanyakan yang diampang ialah batang aia (sungai) guna dijadikan untuk mengairi sawah-sawah milik penduduk di kampung-kampung.   Di Kamang terdapat tiga buah ampangan yang dibangun dalam masa yang berbeda. Ketiga ampangan tersebut ialah Ampangan di Joho, Bancah, dan Binu. Kami kurang memahami dengan baik bila masanya bendungan ini mulai dibangun. Menurut sebagian sumber ampangan Joho dibuat oleh orang sekitar tahun 1978-80-an sedangkan Binu dan Bancah belakangan. Ada pula yang mengatakan kalau Ampangan Bancah dibuat oleh orang pada sekitar tahun 1990-an. Entah mana yang benar duhai engku dan encik sekalian.   Namun sebelum dibuat oleh orang dengan menggunakan batu dan coran semen, sesungguhnya ampangan tersebut telah lama ada di kampung kita. Orang-orang kampung kita dahulunya telah memiliki kepandaian dan pengetahuan yang sangat baik sekali di bidang pertanian dan pengairan. Kegunaan ampangan ini masihlah sama dengan kegunaannya pada masa dahulu yakni sebagai sumber air untuk dialirkan ke sawah-sawah penduduk kampung kita.   Dahulu, orang kampung kita menggunakan batuang[1] dan mariau[2] yang disusun berjajar (vertikal) serta mengikatnya supaya kuat menahan laju air. Susunan batuang (atau mariau) ini dinamai oleh orang kampung kita dengan samia. Begitulah cara orang kampung kita membuat bendungan pada masa dahulunya duhai engku dan encik sekalian. Itulah tandanya bahwa orang tua kita pada masa dahulu bukanlah orang-orang yang pandir. Kita sudah punya teknologi namun sayang tak dipelihara dan dijaga serta dipertahankan.   Begitulah dahulunya di kampung kita ini engku dan encik sekalian. Ramai kanak-kanak bermain-main ke bendungan tersebut. Ada yang mandi-mandi di sana karena asyik nian mandi di bendungan karena airnya tergenang dengan baik, tenang, dan dapat dibawa bersantai. Masihkah ada kanak-kanak di kampung kita pada masa sekarang pergi bermain-main ke ampangan itu duhai engku dan encik sekalian?   https://nagarikamang.wordpress.com/2013/11/29/ampangan/ […]

    BalasHapus
  3. Terima kasih, silahkan engku
    Salam kenal pula dari Kamang Darussalam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum