[caption id="attachment_1392" align="alignright" width="300"] Surau Koto Kaciak dari Pendakian Katapiang[/caption]
Yang paling celakanya ialah, pendangkalan dan kedurhakaan tersebut ditunjukkan oleh anak nagari di Minangkabau tersendiri.
Orang-orang terdidik, yang disekolahkan tinggi dengan penuh pengharapan oleh orang tua, mamak, dan sekalian kaum-kerabat. Diharapkan akan menjadi tonggak yang akan menegakkan kejayaan diri, keluarga, kaum-kerabat, nagari, dan Alam Minangkabau ini.
Namun apalah daya, jauh panggang dari pada api. Kenyataan tak seindah pengharapan. Anak yang semula bersih, lugu, polos setibanya di rantau orang tak kuat menahan segala bentuk godaan dan tipu daya masyarakat perkotaan.
"Masyarakat Moderen.." kata orang
Bukannya adat dan agama ditegakkan, namun malah beralih pendirian dan bahkan yang paling celaka bertukar "kiblat".
Adat dan agama dihujat, dicaci, dimaki, dilok-olok..
Na'uzubillah..
Tak adakah hati lagi dari mereka ini duhai engku dan encik sekalian..?
Kenapa orang kampung pula yang dibawa celaka. Cukuplah engku dan encik dengan segala pemahaman engku dan encik yang celaka itu. Janganlah kami orang kampung dibawa serta..
Adat Bersendikan Syara' - Syara' Bersendikan Kitabullah
Minangkabau ialah Islam, itulah harga mati yang tak dapat lagi ditawar.
Kalau hendak bercakap "kebebasan" (LIBERALISME) cukuplah di rantau saja. Memohon kami kepada engku dan encik sekalian. Cukuplah Adat & Islam menjadi pegangan kami. Kami tak hendak menerima Pemahaman Barat tersebut.
Biarlah engku dan encik saja yang menjadi manusia-manusia yang "dicerahkan"
Kami lebih senang menjadi manusia-manusia yang "beriman" dan "beradat"
Kami bukanlah orang pandir, sedikit-sedikit faham juga dengan apa yang disebut dengan "SEKULERISME, LIBERALISME, PLURALISME, ZIONISME, AGNOSTIK, ATHEIS, THEOSOFI, dan lain sebagainya.."
Diambil dengan sedikit perubahan dari: http://soeloehmelajoe.wordpress.com/2013/11/05/selamat-tahun-baru-1435-h/
Yang paling celakanya ialah, pendangkalan dan kedurhakaan tersebut ditunjukkan oleh anak nagari di Minangkabau tersendiri.
Orang-orang terdidik, yang disekolahkan tinggi dengan penuh pengharapan oleh orang tua, mamak, dan sekalian kaum-kerabat. Diharapkan akan menjadi tonggak yang akan menegakkan kejayaan diri, keluarga, kaum-kerabat, nagari, dan Alam Minangkabau ini.
Namun apalah daya, jauh panggang dari pada api. Kenyataan tak seindah pengharapan. Anak yang semula bersih, lugu, polos setibanya di rantau orang tak kuat menahan segala bentuk godaan dan tipu daya masyarakat perkotaan.
"Masyarakat Moderen.." kata orang
Bukannya adat dan agama ditegakkan, namun malah beralih pendirian dan bahkan yang paling celaka bertukar "kiblat".
Adat dan agama dihujat, dicaci, dimaki, dilok-olok..
Na'uzubillah..
Tak adakah hati lagi dari mereka ini duhai engku dan encik sekalian..?
Kenapa orang kampung pula yang dibawa celaka. Cukuplah engku dan encik dengan segala pemahaman engku dan encik yang celaka itu. Janganlah kami orang kampung dibawa serta..
Adat Bersendikan Syara' - Syara' Bersendikan Kitabullah
Minangkabau ialah Islam, itulah harga mati yang tak dapat lagi ditawar.
Kalau hendak bercakap "kebebasan" (LIBERALISME) cukuplah di rantau saja. Memohon kami kepada engku dan encik sekalian. Cukuplah Adat & Islam menjadi pegangan kami. Kami tak hendak menerima Pemahaman Barat tersebut.
Biarlah engku dan encik saja yang menjadi manusia-manusia yang "dicerahkan"
Kami lebih senang menjadi manusia-manusia yang "beriman" dan "beradat"
Kami bukanlah orang pandir, sedikit-sedikit faham juga dengan apa yang disebut dengan "SEKULERISME, LIBERALISME, PLURALISME, ZIONISME, AGNOSTIK, ATHEIS, THEOSOFI, dan lain sebagainya.."
Diambil dengan sedikit perubahan dari: http://soeloehmelajoe.wordpress.com/2013/11/05/selamat-tahun-baru-1435-h/
Komentar
Posting Komentar