Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Selendang Perempuan Minangkabau

[caption id="attachment_1439" align="alignleft" width="300"] Ibu-ibu memakai seledang apabila menghadiri acara beradat di kampung kita. Kampia tak pernah lupa di tangan.[/caption] Semasa cuti beberapa masa yang dahulu, kami mendapat kesempatan untuk menziarahi kampung. Kepulangan kami ini bertepatan pula dengan beberapa helat (kenduri) di kampung kita.  Beberapa orang terlihat oleh kami berkopiah dengan kain sarung terlipat yang dilingkarkan di leher. Atau ada juga yang menyepitkan kain sarung tersebut di onda yang dibawanya. Bagi yang perempuan memakai baju kurung sambil membawa kampia yang berisikan siriah langkok. Ya.. engku dan encik sekalian, mereka ialah orang-orang yang bertugas maimbau urang [1] , terdiri atas seorang lelaki dan seorang perempuan. Mereka bukan pasangan suami-isteri, melainkan saudara sesuku. Terkadang antara etek dengan anak atau mamak dengan kamanakan. Pada masa sekarang, mereka menggunakan onda sebagai sarana transportasi dala

Mula Peringatan Perang Kamang

Pernah ada seorang kawan kami yang bertanya begini kepada kami “Tuanku, bilakah Perang Kamang itu mula-mula diperingati oleh orang?” Kami terkejut mendapat pertanyaan serupa itu, seumur hidup ini, belumlah ada orang yang peduli dengan bilakah atau semenjak bila Perang Kamang itu diperingati. Karena tidak pernah terfikirkan dan tidak pernah pula mendengar orang mempercakapkannya maka kamipun sama tak tahunyalah dengan kawan yang bertanya ini. Karena pengalaman buruk itulah makanya kami berusaha mencari perihal awal mula peringatan Perang Kamang 1908. Sebab fikiran akan pertanyaan tersebut telah menghantui kami “Mesti didapat jawapannya..!” kata hati kecil kami. [caption id="attachment_1195" align="alignleft" width="225"] Tugu Perang Kamang di Hadapan Rumah Sakit Ahmad Muchtar Bukittinggi. Peletakan Batu Pertama Oleh: Jend. A.H.Nasution th.1963[/caption] Alhamdulillah, akhirnya bersua jua jawapan dari pertanyaan kawan kami yang dahulu itu duhai engku dan en