[caption id="attachment_1457" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Sungguh kami sangat merasa cemas sekali melihat perkembangan pola fikir orang kampung kita dimasa kini. Majukan kampung kita dengan memilih Anak Nagari agar pembangunan di kampung kita ini dapat berjalan. Serta pendapat lainnya; Sesiapapun dia, berasal dari partai dengan ideologi apapun, asalkan dapat memajukan kampung kita maka boleh kita pilih.
Pada masa pemilu yang silam (2009) masih terkenang oleh kami beberapa orang yang mencemooh orang-orang yang memutuskan untuk tidak memilih (golput). Sungguh suatu keadaan yang menyedihkan bagi pandangan kami. Karena orang Kamang ini yang katanya cerdas dan pintar ini masih dapat jua dibodohi.
Pembangunan tidak mesti berupa pembuatan/pengaspalan/perbaikan jalan, pendirian puskesri, perbaikan sekolah, dan lain sebagainya. Tak adakah orang kampung kita ini yang memandang pembangunan itu dari sisi bathin (mental)?
Pembangunan yang sesungguhnya itu ialah pembangunan dalam bidang jiwa, watak (mental), tabi’at, dan kecerdasan (intelektual) suatu pribadi dan masyarakat. Sudah adakah yang tampak yang demikian itu di kampung kita ini duhai engku dan encik sekalian?
Katakanlah kepada kami, berapa banyak kasus pelanggaran aturan (norma) agama dan adat yang berlaku di kampung kita semenjak lima tahun terakhir ini. Sesekali kami pulang, kami dapati jua seorang lelaki dan perempuan berpelukan di atas onda di tengah jalan kampung kita. Dan hal yang demikian tak mendapat teguran dari orang kampung. Pernah suatu kali kami dapati seorang anak gadis mengendarai onda dengan menggunakan celana lonte di tengah kampung kita. Syukur hanya sekali saja kami dapati.
Adapula yang terakhir ini ialah kasus narkoba, na’uzubillah..
Pembangunan serupa itukah yang engku dan encik harapkan? Tengoklah sekarang ini, surau-surau di kampung kita sudah banyak yang lengang. Cobalah engku dan encik tinjau kembali, sudah lengang kampung kita ini pada Ahad pagi. Biasanya pada Ahad pagi itu, kampung kita sudah riuh-rendah dengan suara anak mengaji mengadakan Didikan Subuh di surau-surau di kampung kita.
Katakana engku dan encik sekalian, tinggal berapakah surau yang masih ada anak mengajinya di kampung kita ini?
[caption id="attachment_1456" align="alignright" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Apapun pilihan engku dan encik, semoga benar-benar mendatangkan faedah kepada kampung kita dan umat Islam lainnya. Tidak hanya faedah fisik akan tetapi juga bathin. Namun hendaknya, janganlah menghalalkan segala cara. Maksud kami dengan menghalalkan segala cara ialah dengan memilih orang-orang dari partai yang jelas-jelas dipenuhi (didominasi) oleh orang-orang yang anti-Islam. Malu kita, Kamang ialah basis Islam, Api Paderi mulai dipercikkan disini, Pemberontakan Pajak tahun 1908 ialah disemangati oleh semangat Islam (bacalah kembali curaian Perang Kamang), Sekolah Islam banyak didirikan di Kamang ini oleh Inyiak-inyiak kita dahulunya, Kamang ialah Basis Masyumi dan Muhammadiyah dahulunya, Kamang menjadi pertahanan terakhir oleh Kol.Dahlan Djambek dalam perang semasa PDRI[1] dan PRRI[2].
Apapun pilihan engku dan encik kami hormati namun hendaknya engku dan encik menghormati pula pilihan kami untuk Tidak Memilih (Golput).[3]
Bagi engku dan encik yang sefaham dengan kami, hendaknya tetap datang ke TPS[4] nantinya guna merusak Surat Suara. Sebab kalau Surat Suara tak dirusak, dikhawatirkan akan disalah-gunakan nantinya. Bukannya kami Su’udzhan namun hanya untuk berjaga-jaga saja, bukankah Sayyidina Ali pernah berwasiat kepada kita “Belajarlah dari Pengalaman Diri Mu dan Pengalaman Orang Lain..”
Jayalah Islam di Kamang
Jayalah Islam di Minangkabau
Jayalah Islam di Ranah Melayu
Jayalah Islam di Indonesia
[1] Pemerintah Darurat Republik Indonesia
[2] Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
[3] Golongan Putih yang artinya tak menggunakan Hak Pilih. Dapat saja pelaku Golput ini tetap datang ke tempat pemilihan namun mereka bertujuan untuk merusak surat suara agar tak dapat disalah gunakan nantinya.
[4] Tempat Pemungutan Suara
Sungguh kami sangat merasa cemas sekali melihat perkembangan pola fikir orang kampung kita dimasa kini. Majukan kampung kita dengan memilih Anak Nagari agar pembangunan di kampung kita ini dapat berjalan. Serta pendapat lainnya; Sesiapapun dia, berasal dari partai dengan ideologi apapun, asalkan dapat memajukan kampung kita maka boleh kita pilih.
Pada masa pemilu yang silam (2009) masih terkenang oleh kami beberapa orang yang mencemooh orang-orang yang memutuskan untuk tidak memilih (golput). Sungguh suatu keadaan yang menyedihkan bagi pandangan kami. Karena orang Kamang ini yang katanya cerdas dan pintar ini masih dapat jua dibodohi.
Pembangunan tidak mesti berupa pembuatan/pengaspalan/perbaikan jalan, pendirian puskesri, perbaikan sekolah, dan lain sebagainya. Tak adakah orang kampung kita ini yang memandang pembangunan itu dari sisi bathin (mental)?
Pembangunan yang sesungguhnya itu ialah pembangunan dalam bidang jiwa, watak (mental), tabi’at, dan kecerdasan (intelektual) suatu pribadi dan masyarakat. Sudah adakah yang tampak yang demikian itu di kampung kita ini duhai engku dan encik sekalian?
Katakanlah kepada kami, berapa banyak kasus pelanggaran aturan (norma) agama dan adat yang berlaku di kampung kita semenjak lima tahun terakhir ini. Sesekali kami pulang, kami dapati jua seorang lelaki dan perempuan berpelukan di atas onda di tengah jalan kampung kita. Dan hal yang demikian tak mendapat teguran dari orang kampung. Pernah suatu kali kami dapati seorang anak gadis mengendarai onda dengan menggunakan celana lonte di tengah kampung kita. Syukur hanya sekali saja kami dapati.
Adapula yang terakhir ini ialah kasus narkoba, na’uzubillah..
Pembangunan serupa itukah yang engku dan encik harapkan? Tengoklah sekarang ini, surau-surau di kampung kita sudah banyak yang lengang. Cobalah engku dan encik tinjau kembali, sudah lengang kampung kita ini pada Ahad pagi. Biasanya pada Ahad pagi itu, kampung kita sudah riuh-rendah dengan suara anak mengaji mengadakan Didikan Subuh di surau-surau di kampung kita.
Katakana engku dan encik sekalian, tinggal berapakah surau yang masih ada anak mengajinya di kampung kita ini?
[caption id="attachment_1456" align="alignright" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Apapun pilihan engku dan encik, semoga benar-benar mendatangkan faedah kepada kampung kita dan umat Islam lainnya. Tidak hanya faedah fisik akan tetapi juga bathin. Namun hendaknya, janganlah menghalalkan segala cara. Maksud kami dengan menghalalkan segala cara ialah dengan memilih orang-orang dari partai yang jelas-jelas dipenuhi (didominasi) oleh orang-orang yang anti-Islam. Malu kita, Kamang ialah basis Islam, Api Paderi mulai dipercikkan disini, Pemberontakan Pajak tahun 1908 ialah disemangati oleh semangat Islam (bacalah kembali curaian Perang Kamang), Sekolah Islam banyak didirikan di Kamang ini oleh Inyiak-inyiak kita dahulunya, Kamang ialah Basis Masyumi dan Muhammadiyah dahulunya, Kamang menjadi pertahanan terakhir oleh Kol.Dahlan Djambek dalam perang semasa PDRI[1] dan PRRI[2].
Apapun pilihan engku dan encik kami hormati namun hendaknya engku dan encik menghormati pula pilihan kami untuk Tidak Memilih (Golput).[3]
Bagi engku dan encik yang sefaham dengan kami, hendaknya tetap datang ke TPS[4] nantinya guna merusak Surat Suara. Sebab kalau Surat Suara tak dirusak, dikhawatirkan akan disalah-gunakan nantinya. Bukannya kami Su’udzhan namun hanya untuk berjaga-jaga saja, bukankah Sayyidina Ali pernah berwasiat kepada kita “Belajarlah dari Pengalaman Diri Mu dan Pengalaman Orang Lain..”
Jayalah Islam di Kamang
Jayalah Islam di Minangkabau
Jayalah Islam di Ranah Melayu
Jayalah Islam di Indonesia
[1] Pemerintah Darurat Republik Indonesia
[2] Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
[3] Golongan Putih yang artinya tak menggunakan Hak Pilih. Dapat saja pelaku Golput ini tetap datang ke tempat pemilihan namun mereka bertujuan untuk merusak surat suara agar tak dapat disalah gunakan nantinya.
[4] Tempat Pemungutan Suara
Komentar
Posting Komentar