[caption id="attachment_1563" align="alignleft" width="264"] Uang PRRI
Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Terkenang kami akan masa nan dahulu, mendengar kisah dari inyiak-inyiak kita perihal keadaan nagari kita selepas dikuasai komunis. Kami yakin sebagian besar dari engku telah banyak lupa dengan penderitaan yang dialami oleh inyiak-inyiak kita tersebut. Atau mungkin tiada tahu, karena tiada pernah mendapat warisan cerita perihal masa kelam tersebut. Atau ada pernah mendengar namun telah lupa, atau mungkin melupakan.
Pada masa itu tahun 1958 sekalian orang Minangkabau memberontak melawan kepada Pemerintah Pusat karena cemas dan khawatir melihat kedekatan Soekarno dengan Partai Kominis (PKI). Mungkin sebagian besar orang tua-tua kita tiada senang dengan istilah "Pemberontak" yang kami pakai. Karena menurut pandangan sekalian orang Minangkabau pada masa itu yang kita lakukan ialah tindakan "koreksi" terhadap Pemerintah Pusat yang telah melenceng jauh dari Pancasila.
Ketika itu kita kalah engku, tahun 1961 ialah tanggal berakhirnya perang antara kita dengan pusat. Komunis semakin kuat di Pusat, semakin mesra dengan Soekarno, adapun di daerah dalam hal ini Minangkabau, mereka semakin Gadang Kapalo, semena-mena, Dijajahlah kita teptanya, dijajah oleh orang yang dikata "Saudara Sebangsa", orang-orang tiada bertuhan. Sungguh cobaan yang berat..
Gejolak di pusat sampai berpengaruh ke daerah, dikuasai oleh komunis pusat, maka demikian pula di daerah, mereka kegedang-gedangan.
Agaknya, perkara demikian kembali terulang di kampung kita. Kata orang "Sejarah Kembali Terulang". Mereka kuasai pusat maka daerahpun mereka kuasai pula. Mereka meanggap bahwa inilah masanya mereka kembali bangkit, membalas kasam yang selama ini dipendam, mereka kembali mangusai di nagari kita, hendak jadi Orang Gadang, kepintaran, kekayaan, kecerdikan, relasi dengan orang penting yang mereka panggakkan di tengah nagari.
Yang terpantang dalam adat dilakukan, dianggap sah, dan mereka tiada merasa berat dengan itu. Merekalah kebenaran, hendak dilanyau saja sesiapa yang tiada sefaham. Yang berani angkat bicara akan dihantam.
Adapun dengan kita pada masa sekarang karena pendidikan adat tiada serupa dahulu lagi demikian pula dengan pendidikan agama, tiada tahu dengan yang haq dan bathil, tiada dapat membedakannya, kalaupun tahu namun menutup mata, memekakkan telingan "Urusan Rumah Tangga Orang Hendaknya jangan kita Sentuh pula.." itulah mantra mengerikan yang diucap oleh orang sekarang. Astagfirullah..
Lalu apakah langkah yang diambil oleh orang-orang dahulu, inyiak-inyiak kita dianggap sebagai ikut campur urusan orang? Celakalah kita apabila kita mendiamkan suatu kemungkaran terjadi sedangkan kita memiliki daya untuk mencegahnya.
Kita kalah dalam Perang tahun 1958, dan kembali terulang,kalah pula kita pada pemilu tahun 2014 ini. Mereka menang, dan mereka meanggap merekalah sekarang yang menghitam dan memutihkan.
Mereka telah kembali, inilah buktinya
https://www.facebook.com/video.php?v=10202747068192235
Semakin berani saja mereka ini..
Na'uzubillah..
Ilustrasi Gambar: Internet[/caption]
Terkenang kami akan masa nan dahulu, mendengar kisah dari inyiak-inyiak kita perihal keadaan nagari kita selepas dikuasai komunis. Kami yakin sebagian besar dari engku telah banyak lupa dengan penderitaan yang dialami oleh inyiak-inyiak kita tersebut. Atau mungkin tiada tahu, karena tiada pernah mendapat warisan cerita perihal masa kelam tersebut. Atau ada pernah mendengar namun telah lupa, atau mungkin melupakan.
Pada masa itu tahun 1958 sekalian orang Minangkabau memberontak melawan kepada Pemerintah Pusat karena cemas dan khawatir melihat kedekatan Soekarno dengan Partai Kominis (PKI). Mungkin sebagian besar orang tua-tua kita tiada senang dengan istilah "Pemberontak" yang kami pakai. Karena menurut pandangan sekalian orang Minangkabau pada masa itu yang kita lakukan ialah tindakan "koreksi" terhadap Pemerintah Pusat yang telah melenceng jauh dari Pancasila.
Ketika itu kita kalah engku, tahun 1961 ialah tanggal berakhirnya perang antara kita dengan pusat. Komunis semakin kuat di Pusat, semakin mesra dengan Soekarno, adapun di daerah dalam hal ini Minangkabau, mereka semakin Gadang Kapalo, semena-mena, Dijajahlah kita teptanya, dijajah oleh orang yang dikata "Saudara Sebangsa", orang-orang tiada bertuhan. Sungguh cobaan yang berat..
Gejolak di pusat sampai berpengaruh ke daerah, dikuasai oleh komunis pusat, maka demikian pula di daerah, mereka kegedang-gedangan.
Agaknya, perkara demikian kembali terulang di kampung kita. Kata orang "Sejarah Kembali Terulang". Mereka kuasai pusat maka daerahpun mereka kuasai pula. Mereka meanggap bahwa inilah masanya mereka kembali bangkit, membalas kasam yang selama ini dipendam, mereka kembali mangusai di nagari kita, hendak jadi Orang Gadang, kepintaran, kekayaan, kecerdikan, relasi dengan orang penting yang mereka panggakkan di tengah nagari.
Yang terpantang dalam adat dilakukan, dianggap sah, dan mereka tiada merasa berat dengan itu. Merekalah kebenaran, hendak dilanyau saja sesiapa yang tiada sefaham. Yang berani angkat bicara akan dihantam.
Adapun dengan kita pada masa sekarang karena pendidikan adat tiada serupa dahulu lagi demikian pula dengan pendidikan agama, tiada tahu dengan yang haq dan bathil, tiada dapat membedakannya, kalaupun tahu namun menutup mata, memekakkan telingan "Urusan Rumah Tangga Orang Hendaknya jangan kita Sentuh pula.." itulah mantra mengerikan yang diucap oleh orang sekarang. Astagfirullah..
Lalu apakah langkah yang diambil oleh orang-orang dahulu, inyiak-inyiak kita dianggap sebagai ikut campur urusan orang? Celakalah kita apabila kita mendiamkan suatu kemungkaran terjadi sedangkan kita memiliki daya untuk mencegahnya.
Kita kalah dalam Perang tahun 1958, dan kembali terulang,kalah pula kita pada pemilu tahun 2014 ini. Mereka menang, dan mereka meanggap merekalah sekarang yang menghitam dan memutihkan.
Mereka telah kembali, inilah buktinya
https://www.facebook.com/video.php?v=10202747068192235
Semakin berani saja mereka ini..
Na'uzubillah..
Komentar
Posting Komentar