Langsung ke konten utama

KAMANG DIMASA PERANG PADERI

Oleh: Hirwan Saidi




[caption id="attachment_1384" align="alignright" width="225"]Makam Pahlawan Perang Paderi & Perang Kamang 1908 Makam Pahlawan Perang Paderi & Perang Kamang 1908[/caption]

Kamang adalah sebuah nagari yang letak geografisnya membujur di kaki bukit barisan, dibagian timur laut Kabupaten Agam sekarang ini. Dari data sejarah yang diperoleh. Pada   zaman Paderi daerah Kamang dan nagari sekitarnya sudah terkenal kerevolusionernya menentang penjajah. Disini kita membicarakan kamang sebagai lokasi peristiwa, maka hal ini jelas tidak terlepas dari keterlibatan banyak pihak/orang lain dari luar kamang yang mendudukung peristiwa tersebut. Untuk tidak menimbulkan salah pengertian bagi pembaca, terutama para generasi muda, mana Kamang yang dimaksud. Yang menjadi obyek sejarah disini adalah Kamang yang ada pada waktu itu yakni Kamang Hilir sekarang. Bukan Kamang sebagai sebutan seperti sekarang ini (Kamang Hilia dan Kamang Mudiak). Adanya sebutan Kamang Hilir dan Kamang Mudik dimulai pertengahan tahun 1949. Dimana pada waktu itu perang untuk mempertahankan kemerdekaan sedang berkecamuk. Entah apa tujuannya, diantara tokoh-tokoh yang hanya mengatasnamakan anak nagari, antara lain Saibi St.Lembang Alam (Nagari Kamang), Ak.Dt Gunung Hijau (Nagari Surau Koto Samiak), Patih A, Muin Dt.Rky.Maradjo (Nagari Surau Koto Samiak), dalam suatu rapat di Anak Air Dalam Koto Kamang, sepakat untuk menambah Hilir dibelakang Kamang, sehingga menjadi Kamang Hilir, sedang Nagari Surau Koto Samiak dirobah menjadi Kamang Mudik. Untuk kita ketahui nama perobahan Nagari sebelum bernama Kamang Hilir dan Kamang Mudik dapat dilihat sebagai berikut :


KAMANG HILIR:


Sejak ada keberadaannya s/d 1913 bernama Kamang
Tahun 1913 s/d Tahun 1945 bernama Aua Parumahan
Tahun 1945 s/d Tahun 1949 bernama Kamang
Tahun 1949 s/d sekarang bernama Kamang Hilir


KAMANG MUDIAK


…………... s/d Tahun 1913 bernama Bukik (Pauh-Bansa)
Tahun 1913 s/d Tahun 1949 bernama Surau Koto Samiak
Tahun 1949 s/d sekarang bernama Kamang Mudik.


Pada awal abad ke 19 Kerajaan Minangkabau mengalami Dekadensi Moral, para bangsawan yang mabuk kesenangan membolehkan kebiasaan judi, nyabung ayam dan perbuatan bid’ah lainnya. Bersamaan pada waktu itu sekembalinya 3 orang Haji dari Mekah yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang pada tahun 1803. mereka bersepakat untuk mengadakan perobahan di tanah Minang, dengan pokok perjuangan adalah meletakan dasar-dasar kehidupan masyarakat Minangkabau diatas pondasi Al- Qur’an dan Hadist. Perjuangan golongan Agama ini ditentang oleh kaum adat yang ingin memakai kebiasaan lama. Terjadilah pertentangan golongan adat dengan golongan agama. Golongan adat mendapat bantuan dari pemerintah Belanda. Namun akhirnya setelah perang terbuka, golongan adat dan golongan agama sama-sama berjuang untuk melawan belanda.


            Nama Nagari Kamang mulai dicatat sejarah setelah terjadinya gerakan pemurnian ajaran agama di Minangkabau. Gerakan ini dipelopori oleh Tuangku nan Tuo dari Cangkiang Ampek Angkek dan mengambil bentuk yang lebih tegas menjadi Gerakan Padri setelah Tuangku Nan Renceh mendapat kawan sepaham dengan Haji dari Mekah yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang pada tahun 1803. Dari data sejarah yang diperoleh, Tuangku Nan Renceh berasal dari Bansa-Pauh (Nagari Bukik = sekarang Kamang Mudiak). Tuangku Nan Renceh bersama-sama dengan 7 orang Tuangku lainnya; Tuangku Koto Tuo, Tuangku Lubuak Aua dari Canduang, Tuangku Galuang dari Sungai Pua, Tuangku Ladang Laweh, Tuangku Barapi juga dari Bukik Canduang, Tuangku Biaro dan Tuangku Kapau, berhasil membentuk suatu kelompok militan (yang lebih dikenal dengan Harimau Nan Salapan) yang berpaham pondametalis keras yang berhasil mendesak kaum adat hampir diseluruh Minangkabau. Semenjak tahun 1803 Nagari Kamang termasuk salah satu pusat gerakan Kaum Paderi hasil gemblengan tokoh-tokoh “Harimau Nan Salapan” yang semula berusaha menghilangkan kebiasaan kaum adat yang dilarang agama islam. Sekarang timbul pertanyaan, mengapa Nagari Kamang yang dijadikan salah satu pusat gerakan kaum paderi? Ada beberapa alasan yang mendasari kamang dijadikan sebagai pusat gerakan paderi;




  1. Masyarakat Kamang telah banyak mempelajari dan menyebarkan ajaran Islam. Adapun tempatnya adalah di Mesjid Taluak.

  2. Boleh dikatakan tidak ada pertentangan antara pemimpin agama dengan pemimpin adat, sehingga ulama tidak ada menemui hambatan dalam menyebarkan ajaran islam.

  3. Faktor alam: para pemimpin paderi pada waktu itu juga telah memperkirakan segala kemungkinan yang akan terjadi dari kegiatan mereka, yaitu peperangan. Dilihat dari alamnya di sekeliling Nagari Kamang ditumbuhi oleh aur berduri yang ditanam oleh nenek moyang mereka dahulu sebagai batas nagari (baca Sejarah dan Sosiologi Nagari Kamang Hilir), berarti Nagari Kamang telah ada bentengnya (benteng alam).


           Menyinggung kita kembali Mesjid Taluak. Mesjid Taluak adalah mesjid yang pertama kali dibangun di Kamang pada tahun 1800 atas prakarsa ulama termasyhur waktu itu yang bernama Tuangku Labai Diaceh. Pada awalnya mesjid ini digunakan oleh masyarakat Kamang untuk Shalat Jum’at.dan sekaligus tempat pendidikan agama. Setelah bangkitnya kaum paderi, mesjid tersebut dijadikan tempat bermusyawarah pimpinan paderi. Di sinilah Tuangku Nan Renceh, H.Piobang dan H.Sumanik, pernah menggembleng beberapa orang perwira Paderi, diantaranya Peto Syarif yang kelak dikenal dengan nama Tuangku Imam Bonjol dan Tuangku Rao yang dalam perjuangannya kemudian berhasil meng-islamkan tanah Batak Selatan. Sebagai Imam Besarnya di mesjid ini adalah Tuangku Bajangguik Hitam. Beliau adalah penduduk Kamang asli dilahirkan di Taluak dari pasukuan Jambak. Semasa mudanya hingga akhir hayat merupakan tokoh santri yang sering memberikan dakwah kepada masyarakat dan kader paderi. Selain ulama pemberi dakwah beliau juga adalah pimpinan yang sangat disegani.


            Pada saat perang terbuka diseluruh Minangkabau melawan Belanda, Kamang juga menjadi ajang pertempuran. Pimpinan langsung dipegang oleh Tuangku Bajangguik Hitam. Dia langsung mengangkat senjata dan menjadikan mesjid Taluak pusat komando perjuangan. Disinilah Tuangku Bajangguik Hitam selalu mengadakan pertemuan dengan pemuka paderi Agam lainnya untuk saling bertukar fikiran maupun mengatur strategi.


            Setelah Belanda berhasil menaklukan daerah sekitar Solok dan Batu Sangkar, mereka menyerbu Agam, salah satu sasarannya adalah Kamang. Untuk menaklukan Kamang bukanlah hal yang mudah. Ada 2(dua) faktor penting yang saling mendukung dalam menghadapi gerak maju pasukan Belanda. Pertama faktor Fanatis, dibawah panji-panji Islam rakyat seolah-olah mempunyai kekuatan gaib menghadapi perang menempuh maut tampa ragu. Kedua adalah faktor yang cukup unik yang tidak tercamtum dalam file strategi medan yaitu faktor Benteng Alam berupa tumbuhan aur berduri yang tumbuh subur sepanjang selatan Kamang, yang ditanam oleh nenek moyang mereka (baca Sejarah dan Sosiologi Nagari Kamang Hilir). Serangan Belanda ke Kamang pada Bulan Agustus 1822 dibawah pimpinan Letkol Raaff dapat dipatahkan oleh pasukan Paderi. Pasukan Belanda dihalau kembali oleh pasukan Paderi ke markasnya. Untuk membobolkan benteng ini Belanda juga memakai teknik yang unik yaitu dengan melemparkan uang pecahan logam yang banyak disepanjang aur berduri. Tampa disadari masyarakat di sekitar mulai merambah aur sebagai benteng mereka sendiri untuk mendapatkan uang logam. Pintu benteng mulai terbuka. Pintu benteng yang pertema terbuka adalah di perbatasan Salo dengan Kamang, sehingga daerah tersebut mereka namai dengan Kubualah. Dengan demikian serangan pasukan Belanda pada tahun 1832 dibawah pimpinan Vermeui Krieger setelah mendapat perlawanan yang gigih dari pejuang Paderi berhasil masuk ke Kamang, pertempuran menjalar sampai ke kampung-kampung, yang banyak menimbulkan korban kedua belah pihak. Belanda terus meningkatkan serangan, tetapi tidak berhasil menemukan Tuangku Bajangguik Hitam. Karena kesal Belanda membakar Mesjid Taluak.


            Residen Letnan Kolonel Elout di Padang sangat marah mendapat laporan dari medan pertempuran di Kamang, dan memutuskan untuk melakukan serangan besar-besaran. Tidak kurang dari 8 kapal mengangkut tentara dari Jawa yang dipimpin oleh seorang Mayor Jenderal yang membawahi 3.500 tentara ditambah 12.000 tentara bantuan. Kamang diserang dari 4 jurusan :




  1. Dari Bukittinggi melalui Koriri (Kuliriak, Tilatang) dipimpin oleh Mayor De Buus.

  2. Dari Suliki Suliki melalui Bukit Barisan untuk menikam dari belakang dipimpin oleh Mayor De Quay.

  3. Dari Bukittinggi melalui Baso-Salo dipimpin oleh Letnan Kolonel Elout.

  4. Ditambah satu Detasemen untuk memancing perhatian pasukan Paderi bergerak dari Magek dibawah pimpinan Van der Tuuk.


Benteng Kamang dipertahankan mati-matian oleh pasukan paderi dibawah pimpinan Tuangku Bajangguk Hitam yang bermarkas di Mesjid Taluak ditepi Batang Agam. Serangan hari pertama pada tanggal 9 Juli 1833 gagal karena pasukan dari Suliki terlambat datang. Barulah pada tanggal 10 Juli 1833 Kamang dapat diduduki oleh Belanda setelah terjadi parang basosoh selama 2 hari di suatu tempat tidak jauh dari mesjid Taluak. Disinilah bergelimpangan mayat tentara kedua belah pihak. Pihak Belanda tewas 100 orang diantaranya 3 Perwira termasuk Mayor De Buus. Karena banyaknya darah tentara yang tertumpah disana, untuk beberapa lama daerah ini berbau anyir, sehingga masyarakat menamai daerah itu “Pasia Anyia”. Dalam pertempuran kali ini walaupun Tuangku Bajangguik Hitam telah berjuang sekuat kemampuan akhirnya gugur sebagai Pahlawan Perang Paderi.   Jenazahnya dimakamkan didepan mesjid yang telah dibakar Belanda (sekarang telah menjadi Komplek Makam Palawan Perang Kamang 15 Juni 1908, masih terawat dengan baik). Dengan gugurnya Tuangku Bajangguik Hitam sebagai Pahlawan Paderi di Kamang, secara fisik maka berakhirlah perlawanan kaum paderi di Kamang,   namun watak anti penjajahan masih tumbuh subur dalam jiwa rakyat Kamang. Ini dapat terlihat dikemudian hari dengan adanya Perang Kamang 1908, Pemberontakan Kamang 1926 dan mempertahankan kemerdekaan pada waktu Agresi Militer Belanda pada tahun 1947 s/d 1949.


Referensi:




  1. Kamang Dalam Lintasan Sejarah Perjuangan Bangsa, Tim Penyusun Mongrafi Kamang, 1995.

  2. Kamang Dalam Pertumbuhnan dan Perjuangan Menentang Kolonialis, A.Sutan Majo Indo, 1996

  3. Pemberontakan Pajak 1908, Rusli Amran, 1988.


______________

Tulisan ini diambil dari blog: http://hirwansaidist.blogspot.co.id/2014/12/kamang-dimasa-perang-paderi.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum