Langsung ke konten utama

Monografi Nagari Kamang 1980_25

B. Pendidikan Umum

Seperti diketahui bahwa demikian bencinya penduduk Kamang terhadap penjajah dengan berbagai bentuk perlawanan terhadap Belanda semenjak zaman Paderi, Perang Kamang tahun 1908, Pemberontakan 1926 dan kegiatan partai politik di tahun 30an. Begitu pula kebencian dan dendam Pemerintahan Kolonial Belanda terhadap penduduk Nagari Kamang dimana penduduk dengan keyakinannya yang teguh kukuh, merasa berdosa menyekolahkan anak-anaknya, apalagi menjadi pegawai dan kaki tangan pemerintahan Jajahan Belanda, maka sangat dirasakan sekali kerugian yang cukup besar bagi generasi-generasi yang hidup semenjak tahun 30-an dan 40-an, dibandingkan dengan penduduk lainnya disekitar Agam Tua ini.


Pada zaman Belanda dahulu itu sesudah tamat sekolah Desa 3 tahun, anak-anak dimasukkan ke sekolah agama dan pengajian agama lainnya baik yang di Kamang sendiri maupun yang ada disekitar Agam, Payakumbuh, Padang Panjang dan sebagainya.


Pada masa itu lebih berharga seorang tamatan sekolah agama dari pada Sekolah Klerk[1] pada kantor Pemerintahan Belanda pada pandangan penduduk umum.


Sebelum adanya sekolah desa, anak-anak dimasukkan dan diserahkan oleh orang tuanya ke tempat-tempat pendidikan agama di surau-surau Ulama/Guru, kemudian ditambah dengan pelajaran adat istiadat oleh penghulu dan orang-orang adat.


Pada pelajaran adat inilah nama penghulu yang tua-tua memberikan pelajaran dengan lisan atau yang disebut tetua sejarah dengan Tambo serta asal-usul penduduk Kamang, silsilah keturunan dan sebagainya, disamping anak-anak itu menurut umurnya diberikan pelajaran berupa tutua dalam segala seluk-beluk persoalan kaum dan persukuan serta tali temalinya dengan hubungan kaum dan keluarga dengan yang mereka tinggalkan. Begitupun dengan yang meninggalkan mereka pergi ke tempat lain, yang kemudian dikenal dengan julukan “Sapih Belahan Keturunan” dan itu pulalah yang disebut dengan tutua (tutur, curaian)


Sesudah Perang Kamang 1908 oleh Pemerintah waktu itu diadakan Sekolah Desa dari kelas I sampai kelas III di nagari ini, ditempatkan :




  1. 1 buah Sekolah Desa Tangah, ditempatkan di Tangah

  2. 1 buah Sekolah Desa Koto Panjang, ditempatkan di Koto Panjang, dan

  3. 1 buah Sekolah Desa Hilir, ditempatkan di Luak Anyia kampung Balai Panjang.



Guru-guru dan peralatannya ditanggung dan dibiayai oleh nagari dan sekedar subsidi dari Pemerintah. Pada tahun 1917 Sekolah Dasar Hilir ini dimatikan dan anak-anak muridnya dipindahkan ke Sekolah Desa Tangah. Kemudian sebagai lanjutan dari Sekolah Desa ini diadakan Sekolah Sambungan atau Sekolah Gubernemen, 1 buah untuk laki-laki dan sebuah lagi untuk perempuan dengan nama sekolah Maisyes,[2] dan lanjutannya diadakan Sekolah Pertanian 1 tahun, setelah tamat Sekolah Sambungan pada kelas IV dan V.


Kedua sekolah sambungan itu menampung murid-murid Sekolah Desa di Nagari Kamang, Magek, Limau Kambing, Kamang Mudik dan dari Salo Nagari Bungo Koto Tuo.


Diantara tahun 1920-1930 beberapa orang pemuda Kamang baru ada dapat masuk Sekolah Normal Padang Panjang tempat memproduk Guru Sekolah Sambungan, diantaranya :




  1. Nur St. Berbangso asal Pintu Koto

  2. Ilyas Dt. Majo Lelo asal Batu Baragung

  3. Syofyan Dt. Bajanjang Batu, juga dari Batu Baragung


Disamping tiga orang di atas, dua orang Putera Kamang dapat pula bersekolah :




  1. Jalius, asal Joho, masuk sekolah sampai mendapat Dokter bukan atas nama penduduk Kamang

  2. Rijal Abdullah Al-Hafiz dapat keluar Sumatera Barat pada tahun 1926 dengan jalan menyamar diri, tahu-tahu muncul pada tahun 1936 di Kamang. Sesudah tahun 1940 baru beberapa orang pemuda Kamang yang dapat masuk HIS MULO dan seorang diantaranya sdr. Miral Manan dapat melanjutkan sekolahnya ke HIK Batavia/Jakarta.


Dibidang kepegawaian hanya 3 orang penduduk Kamang yang menjadi anggota Polisi, yang jadi anggota Militer Belanda tidak ada sama sekali.


Sesudah merdeka, dengan adanya ketentuan/peraturan Pemerintah RI sekolah Desa 3 tahun dan sekolah sambungan dijadikan Sekolah Rakyat, maka Sekolah Desa Tangah dan Koto Panjang dijadikan Sekolah Rakyat. Di Guguak Rang Pisang oleh pemerintah diadakan kursus Pengantar Kewajiban Belajar (KPKB) sementara ditempatkan di surau Kampung Guguak Rang Pisang, lanjutannya dijadikan Sekolah Rakyat Hilir Lama.


Kemudian Sekolah Rakyat Tangah semula 1 buah, oleh karena banyaknya anak-anak yang harus ditampung, ditambah 1 buah lagi dan menjadi Sekolah Rakyat Tangah I dan Tangah II.


Sesuai dengan perkembangan pendidikan di Negara Indonesia, nama Sekolah Rakyat mendapat perubahan menjadi Sekolah Dasar, dengan demikian maka di Nagari Kamang terdapat 5 buah Sekolah Dasar, yaitu :




  1. Sekolah Dasar Tangah I

  2. Sekolah Dasar Tangah II

  3. Sekolah Dasar Koto Panjang

  4. Sekolah Dasar Hilir Lama, masing-masingnya dari Kls. I sampai Kls VI dengan 1 buah gedung dan 5 lokal.

  5. Sekolah Dasar Inpres di Cegek.


Gedung-gedung Sekolah Dasar tersebut selain dari 5 lokal Sekolah Dasar Tangah I peninggalan Pemerintahan Belanda dulu, maka 1 lokal lagi Sekolah Dasar Tangah I, 5 lokal Sekolah Dasar Tangah II, 5 lokal Sekolah Dasar Koto Panjang dan semuanya adalah pembangunan dari masyarakat dan stimulan dari Pemerintah Daerah. Keadaan ke-5 Gedung Sekolah Dasar tersebut di atas, seperti tersebut di bawah ini:




  1. Sekolah Dasar Tangah I telah mendapat uang rehabilitasi dari pemerintah sebanyak Rp. 750.000,- tahun 1976/1977, walaupun telah ditambah dengan swadaya masyarakat sekitar Rp. 250.000,- keadaannya demikian rupa masih terbengkalai, sebab BP3 nya ingin supaya gedung itu nantinya permanen.

  2. Sekolah Dasar Tangah II telah demikian melapuknya, tetapi harus dipakai juga karena belum dapat diusahakan dananya untuk keperluan merehabnya. Keadaan kedua Sekolah Dasar ini sekarang sangat menyedihkan sekali, membutuhkan uluran tangan dan bantuan Pemerintah untuk mendapatkan bantuan berupa uang rehab dan sebagainya.

  3. Sekolah Dasar Koto Panjang sekarang di Simpang Limau[3] telah mendapat bantuan Rehab sebanyak Rp. 500.000,- pada tahun 1975/1976, dan perbaikannya telah dapat dikatakan 90% selesai dengan menggunakan uang rehab tersebut, kemudian dapat ditarik swadaya masyarakat sekitar Rp. 1.200.000,-


Diantara PKK yang disebutkan di atas tadi, maka PKK PROYEK PELITA yang ditelorkan Persatuan Pemuda Ampek  Jorong pernah mendapat bantuan oleh Pemerintah sebanyak Rp. 50.000,- dan tenaga guru secukupnya.


Dari setiap Kelompok PKK, yang ditelorkan oleh kesatuan gerakan pada pemuda/ pelajar ditempat masing-masing, mempunyai kelebihan-kelebihannya sendiri seperti yangt telah dialami oleh PKK Persatuan Pemuda Ampek Jorong yang disebutkan diatas, dan juga Guru PKK Aster Hilir Lama telah diberi pula penghargaan oleh Kakandep P dan K Kecamatan Tilatang Kamang untuk Guru PKK yang ada di sekitar Tilatang Kamang, sedangkan PKK Higermata telah memanfaatkan pelajarannya dalam usaha membatik membuat baki dari rotan.


Kalau usaha mempelajari membatik ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan sesuai dengan rencana yang teratur. Maka pengetahuan lulusan dari para PKK ini akan dapat lebih ditingkatkan, dibina sedemikian rupa secara bersungguh-sungguh oleh satu badan tertentu pula, baik badan kerajinan/ industri yang baru, ataupun yang disalurkan dengan badan-badan yang telah ada bergerak kearah dimaksud yang diberi nama Koperasi yang ada, maka menambah usaha-usaha dan mata pencaharian, dan membuka lapangan kerja yang baik bagi masyarakat utama sekali bagi lulusan PKK.


__________________________________


Catatan Kaki:


[1] Berasal dari Bahasa Belanda yang berarti Juru Tulis


[2] Sekolah Melayu


[3] Sekolah ini terletak di Jorong Dangau Baru. Kenapa bernama Sekolah Dasar Koto Panjang? Perlu kiranya diteliti lebih lanjut.(peny)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum