Langsung ke konten utama

Monografi Nagari Kamang 1980_29

M. Adat Istiadat


Sebagaimana diketahui bahwa kedudukan Penghulu Ninik Mamak yang merupakan pimpinan tradisional ditengah-tengah masyarakat, semenjak dahulunya sampai sekarang tidak dapat diabaikan sedemikian rupa saja. Maupun didapati dikalangan masyarakat ke penghuluan ke Ninik mamakan yang telah tua-tua banyak mempunyai keterbatasan dalam menggadapi anak kemenakan dewasa ini. Namun suatu kaum kalau dikatakan tidak berpenghulu, tegasnya tidak mempunyai pusaka akan sama halnya penerimaan seseorang atau sekaum dikatakan tidak beradat yang mengakibatkan bermacam-macam kefatalan dan kericuhan dan mengundang kriminalitas.


Penghulu dalam suatu kaum atau suatu pesukuan adalah merupakan pimpinan suku dan kaum dari pesukuan per-kauman yang bersangkutan. Didahulukan selangkah ditinggikan seranting, kusut nan ka manyalasian, karuah nan kamampa janiah. Tidak saja dalam lingkungan perut masing-masing pasukuan, malah dalam kampung dan bahkan dimana saja dia berada.


Seseorang yang akan menjabat jabatan Penghulu/Ninik Mamak ini dilakukan penyaringan-penyaringan seleksi-seleksi terhadap yang bersangkutan harus punya pengetahuan adat istiadat, pengetahuan agama, pengetahuan umum, tidak ketinggalan yang utama sekali memperhatikan budi pekertinya secara mendalam, bukan diangkat asal saja, walaupun seseorang itu punya kesanggupan material untuk pelaksanaan pengangkatannya sebagai Penghulu/Ninik mamak.


Bahwa kedudukan Penghulu/ Ninik mamak di tengah pasukuan, kaum dan masyarakat ibarat kayu gadang ditangah koto, tinggi tampak jauh, dakek jolong basuo, tempat maniru manauladani dek anak kemenakan dan masyarakat banyak. Seorang Penghulu selalu memelihara dan menjaga nama baiknya sebagai pemimpin adat, seperti bunyi pepatah :


Ingek dan jago pado adat
Ingek di adat nan karusak
Jago limbago jan sumbiang
Urang ingek pantang takicuah
Urang jago pantang kamaliangan
Ingek-ingek sabalun kanai
Kalau maminteh sabalum anyuk


Adat dipakai semenjak dari nenek moyang doeloe di Nagari Kamang adalah Kelarasan Koto Piliang, Upacara pengangkatan Penghulu/Ninik mamak di Nagari Kamang semenjak doeloe dipaturun sampai sekaran adalah :




  1. Membangkit batang tarandam

  2. Hidup bakarilahan

  3. Manggunting siba baju

  4. Gadang aie batambah ikan


Keempat macam pengangkatan Penghulu disebutkan diatas pada pokoknya sama, hanya sedikit perbedaan kalau yang diangkat itu Penghulu Basa nan Barampek, sebab janjang naik tangga turun Kepenghuluan di Nagari Kamang ada tiga macam, pertama Basa Nan Barampek, kedua Penghulu Pucuak nan Duo Puluah dan Penghulu Bungka Nan Tangah Delapan Puluh.




  1. Tata Cara Pengangkatan Penghulu


Mengangkat Penghulu Sakato Kaum, mengangkat Rajo Sakato Alam


1.1 Sepakat kaum
1.2 Persetujuan Nagari dalam hal ini Kerapatan Adat Nagari
1.3 Bangkai taguliang, darah tatumpah, marawa takipek
1.4 Badaun cabiek, balapiek basah
1.5 Baserakan ka bumi, bacewangkan kalangik
1.6 Batagak batu kapandam pakuburan Penghulu yang digantikan
1.7 Tempat di medan nan balinduang dan medan nan bapaneh
1.8 Untuk pengangkatan penghulu Basa Nan Barampek harus seekor kerbau jantan dan seekor jawi jantan.
1.9 Untuk pengangkatan Penghulu Pucuak dan Bungka Nan Tangah Salapan Puluah hanya seekor kerbau jantan saja.

  1. Perincian Pelaksanaana. Sepakat kaum dimaksudkan 1.1. di atas adalah bahwa benar-benar semupakat dan setuju sesuatu kaum akan dilakukan pengangkatan Penghulu dari salah satu 4 macam pengangkatan penghulu yang disebutkan di atas, tak ada lagi murai nan kabakicau, ranting nan ka badatiak, bulek lah sagolek, picak lah salayang, kok data balantai papan, kok licin badindiang camin, kato putuih manta tak barulang lai. Dikukuhkan dengan suatu kebulatannya sakaum nan dibawah payuang panji Penghulu yang akan diangkat.

    b. Sesudah ada keputusan kebulatan nan sakato dimaksudkan a. diatas, maka keinginan dan keputusan kebulatan nan sakaum itu dimajukan dan disampaikan kepada Kerapatan Adat Nagari dan kemudian persetujuan dari alam nan Barajo atau Kepala Nagari, dikuatkan dengan suatu surat keputusan kerapatan Adat Nagari.

    c. Cara Pembelian Kerbau
    Sesudah mendapat persetujuan dari Kerapatan Nagari dan Alam Nan Barajo  maka calon penghulu dengan berpakaian Suluak sekurangnya, bersama penghulu dan anak mudo Pitunggua dari suku yang bersangkutan, dan pemuda lainnya dan seorang ahli, pergi membeli seekor kerbau jantan. Kerbau jantan itu tanduknya harus pampang (tidak tanduknya kuncup), pusarnya cukup, tidak bercacat. Selama kerbau itu belum dipotong digembalakan oleh anak pusako, penyembelihannya dilakukan oleh Tuangku.[1]

    d. Selesai dimaksud a, b, dan c diatas, oleh silang nan bapangka karajo nan bapokok ditentukan suatu hari perhelatan/ penobatan penghulu itu.

    e. 1) Bangkai taguliang darah tatumpah dimaksudkan 1.3. diatas sehari sebelum berhelat maka dipotonglah seekor kerbau jantan menurut ketentuan Adat yang berlaku, Kepala kerbau dihantarkan kepada Alam Nan Barajo/Kepala Nagari.

    2)    Marawa takipek dimaksudkan 1.3. diatas, 3 hari sebelum hari perhelatan/penobatan sang penghulu marawa gadang ditegakkan oleh si pangka, dengan dihadiri oleh Penghulu Ninik Mamak, ipar bisan/amai bapak, anak pusako dan buek arek, satie taguah (orang kampung ditempat kejadian). Tiang marawa sapanjang satu batang batuang (dari pangkal sampai ujungnya), 3 hari sesudah berhelat, marawa diturunkan dengan upacara dan cara seperti menaikkan marawa semula. Marawa diturunkan dengan panji. Panji ini terpancang di tiang tinggi, sampai tiang bendera lapuk.

    f. Padaun cabiak, balapiak basah dimaksudkan 1.4. diatas, 7 hari sebelum perhelatan dilaksanakan, oleh silang nan bapangka yang perempuan membawa sirih dikampia, laki-laki membawa salapah santo daun, manyiriah karib baid dan orang, di nagari dengan istilah imbau sisiok palapah. Calon Penghulu/Ninik Mamak dan seorang anak mudo sipangkalan) serta membawa carano dengan sirieh lengkapnya pergi mengundang Alam Nan Barajo, Kepala Nagari, Pejabat Kecamatan, Kepala Daerah Tingkat II dan bahkan sampai kepada Kepala Daerah Tingkat I serta pejabat-pejabat lainnya.

    g. Juga dimaksudkan 1.4 diatas, pada malam hari besoknya akan dilakukan penobatan sang penghulu, diadakan acara makan paruik lamak oleh sipangka diatas rumah adat gala yang diadakan, dihadiri oleh Ninik Mamak, ipar bisan, amai bapak, anak pusako rang kampung sabuek arek dengan disertai bunyi-bunyian gong, talempong serta kesenian Minang klasik lainnya.


Minang klasik lainnya dengan acara pokok :


a. Penyerahan pelaksanaan perhelatan pengangkatan penghulu dimaksud dari sabuek arek kepada pitunggua helat nan 4 suku yang terdiri dari 4 orang Penghulu, Ninik Mamak dan 4 orang anak mudo, pitunggua itulah yang akan melaksanakan dan mempertanggungjawabkan kelancaran dan keselamatan perhelatan pengangkatan Penghulu sampai berakhir.


b. Mengulang-ulangi kaji adat istiadat sesama Penghulu Ninik Mamak, sesama anak mudo dan bakal/ calon penghulu serta anak kemenakan lainnya.


c. Bergembira ria dengan pengangkatan Penghulu baru dimaksudkan. “Helat makan paruik lauak” ini mulai jam 19.00 sampai jam 4 subuh dini hari.


3. Hari Puncak Perhelatan Siang Harinya :


Acara ini juga termasuk dalam 1.7 diatas dua macam tempat :


3.1 Medan nan bapaneh (dimaksudkan 1.7 diatas),
si pangkalan dengan pakaian adat baik yang lelaki, maupun yang perempuan menerima tamu yang datang dan menerima pembawa adat, seperti pembawaan kuda, jawi dan beras dengan pitunggua yang ditentukan. Wajib membawa kuda dalam perhelatan itu adalah Bapak atau anak dari Penghulu yang dinobatkan. Wajib membawa jawi karih, baid, asok nan baalun, daun tabu nan basaueh, pembawaan kuda dan jawi diiringi dengan pembawaan beras sebanyak 1 sukat (2 liter) pembawaan umum hanya beras saja sebanyak 1 sukat. Penyerahan pembawaan kuda dan jawi itu dilakukan/ dengan pasambahan adat oleh si halek kepada si Sungguhpun kuda dan jawi yang dihantarkan yang akan timbul adalah jejaknya untuk si pangka, artinya kuda dan jawi ditukar dengan uang, harga kuda Rp. 1.000,- dan jawi separohnya.


Jejak kuda dan jawi yang tinggal itu, sebahagian dikembalikan kepada si pembawa, dengan istilah sambah lalu sulam kembali, sedang beras langsung diasingkan oleh sipangka.


Disamping itu kepada pembawa kuda dan jawi, seusai perhelatan dan si halek akan kembali ke tempatnya masing-masing dilepas lagi oleh sipangka :




  1. Untuk Basa barampek 6 hasta kain kembang

  2. Untuk Penghulu Pucuak dan Bungka 1 meter (istilahnya 1 ceda) kembang

  3. Daging kerbau sajarek – lebih kurang ..... kg


Berlaku pemberian kain dan daging ini selain kepada Penghulu 1.2 diatas berlaku kepada para baid yang disebutkan di atas tadi.


3.2 Sesudah para si halek/ tamu menyerahkan pembawaannya si pangka membawa naik ke medan nan balinduang ke atas rumah adat, malaga dimaksudkan 1.7. diatas, diatur dan ditentukan tempat kedudukan maisng-masing, kedudukan Alam nan barajo, Basa Nan barampek, Penghulu Pucuk, Penghulu Bungka, Anak Pusako, Amai Bapak dan sebagainya, sehingga undangan cukup semua dan tidak berketinggalan menurut sepanjang adat lagi, maka acara puncaknya seselesai minum dan makan serta pasambahan-pasambahan menurut sepanjang adat baik dari nan mudo dan penghulu-penghulu maka dinobatkan calon penghulu menjadi Penghulu pemangku gelaran pusako Datuk...., juga pengumuman gelaran pusaka untuk penungkatnya, serta gelaran bagi lelaki sekaum penghulu yang dinobatkan itu, kaciak dibari namo, lah gadang dibari bagala pusako, umpama Angku, Sutan, Saidi, Labai, Malin dan sebagainya.


Ramo-ramo sikumbang jatu
Katik endah pulang bakudo
Patah tumbuh, hilang baganti
Pusako lamo bak nantun juo


Dengan demikian, maka selesailah apa yang dimaksudkan 1.5. dimuka baserakan kabumi, bacewangan kalangik.




  1. Batagak Batu


Sehari sesudah berhelat Batagak Penghulu, maka dilakukan acara Batagak Batu kemanakan gelaran Penghulu yang digantikan/ dibangkitkan oleh Penghulu yang baru dilantik itu.


Batagak Batu ini dilakukan oleh Penghulu yang baru dilantik dengan diiringi Penghulu-penghulu, kemenakan dengan arak-arakan dan bunyi-bunyian, membawa sebuah batu mejan dibungkus dengan saluak katie (saluak di kapalo, salendang di katiak).


Sesampai di Pandam Perkuburan dilakukan acara pasambahan, kemudian makam dibatas seperti seseorang yang barusan saja meninggal dunia, dipagari sekeliling, dipasang batu mejan, akhirnya dengan doa selamatan bagi arwah penghulu yang digantikan dan keselamatan bagi penghulu yang baru.


Waris dijawek
Pusako ditolong
Jauah buliah ditunjuakkan
Dakek buliah dikakokan
Bunjai diuleh
Hilang tantu rimbonyo
Mati tantu kubuanyo


Sewaktu akan pergi ke makam Batagak Batu, dengan carano lengkap, mampir dulu di kantor Kepala Nagari/Alam Nan Barajo. Selesai upacara batagak Batu ini, rombongan kembali pulang kerumah gadang dan dilanjutkan dengan acara.


MAKAN TUNJA


Fungsi dari acara makan tunjang ini antara lain :


a.Penyerahan kembali kewajiban pitunggua nan 4 suku kepada buek arek satia taguah seterusnya dari buek arek kepada Sipangka/ Karajo nan Bapokok sekaligus tugas pitunggua setelah selesai melaksanakan perhelatan batagak Penghulu.


b. Apabila sang Penghulu Baru diangkat/ dinobatkan sebelum memangku jabatannya ini telah kawin, maka menurut adat harus dijemput kembali oleh kaum sang isteri sebagai penjemputan penganten baru, sebab sewaktu dia kawin dahulu masih bergelar sutan dan sebagainya dan penjemputan ulangan ini menjemput penghulunya.


Sebelum dilakukan penjemputan ulang dari kaum sang istri maka sang Penghulu baru belum dapat pulang kerumah istrinya itu.




  1. Lain-lain
     a. Sebelum dinobatkan calon Penghulu lebih dahulu diberi pertunjuk-petunjuk, ditatar kata orang sekarang tentang pakaian Penghulu, agar berjalan lurus, berkata dan berbuat benar, menimbang sama adil, mengati sama berat.


Bajalan luruih, bakato bana
Jalan luruih, alur tarantang
Luruihnyo manahan tiliak
Balabeh manahan cubo


Basilang tombak dalam parang
Baribu batu panaruang
Baririk batang manghalangi
Tatagak paga nan kokoh
Badindiang sampai kalangik


Namun nan bana dianjak tidak
Luruih manahan tiliek
Balabeh manahan cubo
Bungka manahan asah
Ameh batuah manahan uji
Taraju nan tidak bapalingan
Hukum adia manahan bandiang


Sanksinya.


Kalau tak dipakai bak kian
Katienyo barek bukan kapalang
Kaateh indak bapucuak
Kabawah indak baurek
Ditangah-tangah dilirik kumbang
Sansai badan dunia akhirat


_____________________________


Sub Bab M. Adat Istiadat bersambung ke Bagian. 30

Catatan Kaki


[1] Tuangku atau Tuanku maksudnya Ulama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum