Langsung ke konten utama

Monografi Nagari Kamang 1980_34

[caption id="" align="alignright" width="336"] Ilustrasi Gambar: Disini[/caption]

7. Adat Japuk Manjapuk (Adat Jemput Menjemput/ Menjemput Marapulai)


Adat japuik manjapuik nan dipaturun-panaik di Nagari Kamang semenjak Nenek Moyang doeloe sampai sekarang ada 4 macam, masing-masing :




  1. Manjapuik marapulai

  2. Manjapui Penghulu nan barusan diangkat

  3. Manjapuik lelaki sudah menunaikan ibadah haji

  4. Manjapuik lelaki yang kematian isteri

  5. Manjapuik Marapulai


Selesai janji nan diukua sesudah batimbang tando disebutkan dimuka, maka pada hari H-nya dilakukan suatu kenduri baik di pihak perempuan, maupun dipihak kaum lelaki. Tiga hari sebelum hari H tersebut setelah dilakukan penyiriahan oleh masing-masing pihak kepada karib-baid, keluarga masing-masing dengan panggilan bahasa pekerjaan: sipolan dengan sipolan akan disampaikan pada hari H itu. juga termasuk pemanggilan dari kedua belah pihak untuk mendatangi perjamuan kedua pihaknya. Sekira jam 1.00 WIB tengah hari berangkatlah rombongan panjapuik anak marapulai dilepas oleh Penghulu/urang tuo di pihak perempuan dengan membawa carano tertutup berisikan siriah lengkap ke rumah pihak lelaki. Di rumah pihak lelaki telah dinanti dengan suatu perhelatan pula.


Sesampai di rumah pihak lelaki, carano diserahkan kepada helat di pihak lelaki, diminta supaya siriah dikunyah, santo mintak diisok. Penantian di rumah pihak lelaki itu cukup dengan Penghulu, mamak-mamak, amai bapak, dan sebagainya, kalau tidak cukup umpamanya yang penting-penting dalam perhelatan itu, menjadi pertanyaan dan menjadi permasalahan bagi si penjemput (sialek). Dimana ketika itu dilakukan pasambahan siriah. Sesudah minum dan makan, maka pihak penjemput, menyampaikan maksudnya setelah dilakukan pehitungan dan pasambahan, tujuannya ditampuahkan kaki nan kanan, dilayangkan kaki nan kiri, mancari labuah nan golong, jalan nan pasa, santak nak sampai ka manuang, manjuluak nak sampai ka buah, ibarat mamanggang naknyo masak, maabuh nak nyo kampuah, mamanggia nak tabao, manjapuik nak bairingkan.


Selanjutnya oleh panjapuik/sialek dimintak pula kepada sipangka, kok nyampang sumando nan baru, batamu ditapian, dijalan nan golong di labuah nan pasa, ketek basabuik namo, lah gadang bapangiakan gala, mintak ditelenglah siangkan bak ari, tarangkan bak bulan. Permintaan nama setelah diperhitungkan dengan yang patut-patut oleh sipangka, dikabulkan.


Dengan demikian resmilah gelaran panggilan melekat pada marapulai, untuk dipanggilkan oleh mertua dan mamak-mamak rumahnya nanti untuk selanjutnya. Peresmian panggilan gelar pusako nanti, diperdapat waktu akan kawin dan waktu batagak pangulu. Dalam hal ini gelar tersebut disandangkan ketika penjemputan. Di Nagari Kamang ini gelar pusako berupa Sutan, Malin, Bagindo, Kari, dan sejenisnya diberikan oleh keluarga ibunya dan diumumkan serta disandang semenjak ia mulai turun dari rumah orang tuanya menuju rumah isterinya.


Selesai itu, maka berangkatlah marapulai dengan diiringkan oleh penjemput dan disertakan pula oleh kaum marapulai beberapa orang yang akan mengantar. Dalam rombongan tersebut ikut serta seorang anak kecil membawa sebuah bungkusan pengganti pakaian marapulai nanti apabila telah selesai pula acara di rumah anak daro.


Pada hari bersejarah itu marapulai dipakaikan dengan pakaian-pakaian kebesaran adat, disertai sebuah uncang yang berisikan salapah, daun rokok dan tembakau, sekarang telah ditambah dengan rokok buatan. Sepanjang jalan jika ditemui orang-orang melihat marapulai, senantiasa disirihi dengan tembakau sebagai basa-basi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum