Langsung ke konten utama

Monografi Nagari Kamang 1980_38

[caption id="" align="alignright" width="600"] Ilustrasi Gambar: Disini[/caption]

  1. Adat Kerumah Mertua


Beberapa hari sesudah manjalang kandang tersebut, maka anak daro dengan diiringi beberapa orang perempuan tua dan muda, serta anak-anak dengan pakaian penganten pergi menjalang ke rumah mertua dengan pembawaan :




  1. Untuk mertua yang tepat 4 jamba makanan dengan talam

  2. Untuk mertua yang bukan kandung 2 jamba makanan[1]


4 jamba yang diterima mertua kandung itu rinciannya ialah 4 jamba diantaranya ditukar dengan jamba yang disediakan mertua (sambah lalu sambah kumbali) kemudian malamnya diisi dengan 1 sukat beras dan selembar kain cita/kekembang untuk anak daro (Jamba yang dimaksudkan disini, isinya adalah pulut/ketan, kalamai, sepiring, 6 buah panyaram, 6 buah godok, 6 buah lepat bugis, 6 buah kue sapik dan 6 buah kue loyang, ini dinamakan satu jamba).




  1. Mahanta Bali dan Makan Bali


Beberapa hari pula sesudah penjelang mertua, ataupun sebelumnya, Ibu marapulai ditemani orang lainnya, mengantarkan bali kerumah anak daro, diantara yang diantarkan itu adalah panyaram 100 buah, kelapa dan uang pada waktu dulunya f. 1, - gulden sekarang sekitar Rp. 5.000,-.


Sesudah bali diantakan dan diterima lah anak daro, berikutnya diadakan kenduri makan bali namanya. Pada suatu hari yang ditentukan pihak marapulai pengundang/menyirihi segenap karib baid, amai bapak, teman samo gadang dan sebagainya, untuk datang/hadir pada upacara makan bali. Pihak yang diundang membawa uang sekitar Rp. 250,- yang ditarekkah di dalam carano sewaktu akan berangkat dari rumah anak daro, kadang-kadang ada yang lebih sesuai dengan hubungan kekariban antara marapulai/anak daro dengan yang hadir.


______________________________


Catatan Kaki:


[1] Yang dimaksud mertua bukan kandung disini ialah saudara perempuan serta kerabat dari ibu mertua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum