Langsung ke konten utama

Monografi Nagari Kamang 1980_42

ADAT MANJALANG SAHA DAN MAANTA KANJI

Suatu adat istiadat yang tidak dapat diabaikan pula dan harus dilaksanakan menurut adat adalah adat Manjalang Saha[1] dan Mahanta Kanji (Perbukaan/ Pabukoan) yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, sekitar 7 dan 15 Ramadhan, pelaksanaannya dilakukan seperti dibawah ini :


Bagi yang tengah dalam Batimbang Tando


Pada kira-kira tujuh hari (tanggal 7) bulan Ramadhan pihak ibu lelaki datang menjalang Saha kerumah bakal menantu dengan membawa beras dan uang. Merupakan suatu panggilan agar calon menantu datang kerumahnya. Beras dibawa satu sukat dan uang Rp. 2.000,- (menurut takaran masa itu, tahun 1980). Selesai itu bakal mertua kembali kerumahnya, biasanya karena hari puasa acara panggilan ini demikian pendek saja.


Pada suatu hari yang ditentukan pihak calon menantu menyampaikan pesan pada mertuanya bahwa pada hari itu ia akan datang. Oleh pihak calon mertua lalu diimbau[2] dengan cara disirihi karib-kerabat terdekat untuk nanti berbuka puasa dirumahnya, karena calon menantunya akan mengantar kanji.[3] Mengantar kanji ini yang dibawa adalah gulai ayam, kalio daging, nasi, gulai ikan, pulut (beras ketan) sari kayo (nasi lamak sarikayo) diantarkan oleh kakak, adik, atau famili terdekat calon menantu.


Dalam Mengantar Kanji ini, calon menantu bermalam dirumah calon mertua. Paginya baru pulang ke kerumahnya.


Bagi yang sudah mengikat perkawinan


Sekira tujuh hari (tanggal 7) bulan Ramadhan pihak mertua bersama karib terdekat (saudara perempuan sesuku) datang Manjalang Saha dengan membawa beras, ditambah dengan uang seperti yang disebutkan diatas (Pada maanta kanji yang masih dalam pertunangan). Bedanya adalah bagi yang sudah menikah wajib Maanta Kanji kerumah mertua, kemudian juga mesti datang sesudah lebaran kerumah mertua. Tidak hanya ke rumah mertua saja melainkan juga ke rumah etek, matuo, ataupun kakak dari suami dimana mereka juga ikut semasa Manjalang Saha pada tanggal 7 (tujuh) di awal Ramadhan.


Menantu datang berhari raya ke rumah mertua dengan membawa makanan sebanyak 2 (dua) jamba dengan piring besar, disebut juga dengan istilah pinggan gadang. Kemudian juga pergi kerumah karib suami lainnya dengan pembawaan makanan 2 (dua) jamba, tetapi tidak dipinggan gadang, ada yang menengah dan ada pula pinggan biasa saja.


Dengan kedatangan sang istri ke rumah mertua dan karib-kerabatnya itu juga menunjukkan dekat dan jauhnya karib baid itu sesuai dengan pinggan yang dibawa si istri tadi.


Kalau umpamanya pihak kaum istri kurang hampir/dekatnya dia berkarib, terbawa pinggan kecil ke rumah yang seharusnya pinggan gadang, maka yang harus menerimanya tidak mau menerima pinggan biasa saja, harus ditukar dengan pinggan gadang juga.


Begitu pula pelepasan dari karib terdekat dengan beras satu sukat lainnya 3 cupak, juga berdasarkan dekat/ hampirnya tanda perkariban mereka.


Pada prosesi ini selain diperlukannya pengetahuan adat juga pengetahuan silsilah keluarga, perhubungan antara orang berkampung, serta yang terutama Raso jo Pareso. Karena tanpa itu maka akan seringlah terbuat kesalahan yang terkadang kalau tidak dapat disikapi dengan arif dan bijak dapat menimbulkan persengketaan, berkekurangan hati, tersinggung, dan lain sebagainya.


____________________________________________________


Catatan Kaki:


[1] Saha berarti puasa.


[2] Dipanggil, diundang


[3] Biasanya dalam maimbau (mengundang) tersebut disebutkan bahwa; berbuka puasa hari itu di rumah di kampung ini karena calon menantu hendak mengantar kanji.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum