Zaman Merebut Kemerdekaan
Sesudah proklamasi diprokamirkan oleh Sukarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945, dan setelah berita itu sampai diketahui dan disambut gembira oleh masyarakat di negara ini, oleh pemuka politik dan pejuang-pejuang dibentuklah berbagai organisasi ketentaraan yang akan mempertahankan Kemerdekaan RI.
Demikian pada tahun 1945-1947 di Nagari Kamang dengan bertempat di Masjid Wustha sidang tangah di kampung Ampang, diadakan latihan Barisan Sabilillah, yang anggotanya selain dari pemuda-pemuda Kamang juga dari Nagari-nagari di Luhak Agam dan sebagainya.
Pada waktu Clach ke I di Kamang tidak sedikit menerima pengungsi-pengungsi dari Padang dan sekitarnya, semuanya ditampung oleh masyarakat sebagaimana mestinya, dengan penuh kasih sayang, penuh rasa persaudaraan karena kita sama-sama orang Minangkabau, sama-sama orang Islam, dan sama-sama memperjuangkan kemerdekaan.
Disamping itu, selain dari barisan Sabilillah, juga di Kamang dibentuk Barisan API. Sibongka, konon nama ini kesingkatan dari Angkatan Perang Indonesia, Silungkang, Bonjol, dan Kamang,
Sekalipun barisan perjuangan hanya yang ada namanya saja, namun waktu itu cukup memberikan semangat perjuangan kepada penduduk.
Pada Waktu Perang Kemerdekaan
Dengan pelanggaran perjanjian Linggar Jati oleh Pihak Belanda yang mencetuskan perang kemerdekaan tanggal 19-12-1948, dimana Kapal Udara Tentara Belanda telah sampai di kawasan udara Agam, dan kemudian Bukit Tinggi di bumi haguskan. Maka para pemimpin Sipil dan Militer yang berada di Kota Bukit Tinggi teringat akan Kamang, dan langsung mereka pergi mengungsi ke Nagari Kamang ini. demikian pula penduduk dari nagari-nagari di sekitar Agam Tuo,[1] tidak ketinggalan penduduk kota (Nagari Kurai V Jorong) demikian padatnya Nagari Kamang ketika itu oleh para pengungsi, termasuk pemimpin Pemerintahan Sipil dan Militer.
Akhirnya Nagari Kamang dengan segala pertimbangan dari Pihak Pembesar ketika itu dijadikan tempat kedudukan Komando Pertempuran Agam (KPA) yang dimpimpin oleh Almarhum Kolonel Dahlan Jambek dan Ibu Kabupaten Militer Agam dibawah pimpinan Bupati Militer Engku Said Rasyad (diangkat oleh Gubernur Militer Engku Mr. Muhammad Rasyid), jabatan terakhir beliau ialah Pegawai Tinggi yang diperbantukan pada Kantor Gubernur Sumatera Barat. Adapun Sekretaris Kabupaten Militer Agam dijabat oleh Engku Miral Manan yang berkantor dirumah orang tua beliau sendiri yang terletak di Jorong di Rumah Tinggi. Sedang sebelumnya pada tanggal 4 Januari 1949 disusunlah aparat Pemerintahan. Rapat penyusunan Aparat Pemerintahan ini dilakukan/ diadakan dirumah orang tua Engku Miral-Manan karena rumah tersebut telah difungsikan sebagai kantor sekretaris kabupaten.
Disamping itu pula pembesar Militer pun tidak ketinggalan seperti antara Engku Mayor Jenderal A. Rhalib, Engku Mayor Syafei, Engku Kapten Muchtar dan kawan-kawan beliau. Begitu pula pimpinan-pimpinan Partai Politik Daerah Sumatera Tengah dan Daerah Agam, semua pada berkumpul di Kamang. Sedang pemuda-pemuda pejuang Kamang yang tergabung dalam pasukan Terass telah melaksanakan tugasnya untuk memelihara keamanan dengan bantuan segenap penduduk.
Penduduk Kamang selama perang kemerdekaan itu, menyerahkan segala apa yang ada pada demi kepentingan perjuangan, rumahnya, makanannya, tenaganya, fikirannya dan sebagainya.
Demikian halnya maka letusan senjata api yang pertama di Agam adalah pada hari Jum’at tanggal 1 Desember 1948, sekira jam 11.00. Peristiwa ini terjadi sewaktu tentara Belanda sampai di Jorong Pintu Koto, dimana terjadi pertempuran pertama yang mengakibatkan gugurnya 1 (satu) orang tentara dan seorang bekas pejuang Perang Kamang 1908 yang bernama Engku Nan Kodoh Rajo. Beliau menghadang tentara Belanda dengan sejata parang, turut gugur kena peluru/ditembak jarak 50 meter oleh tentara Belanda.
Pada hari Jum’at berikutnya, tentara Belanda datang lagi dan melakukan pembakaran 15 (lima belas) buah rumah penduduk, termasuk Balai Adat/ Kantor Kepala Nagari Kamang. Sedang ditingkat II Balai Adat ini masih tersimpan kira-kira 1 ton bibit kacang tanah.
Pada waktu tentara Belanda akan kembali dengan kompinya ke Bukit Tinggi melalui Nagari Salo, maka Pasukan Teras Kamang yang dipimpin oleh Engku Burhan telah siap menghadang konvoi pasukan Belanda yang akan kembali itu. Ketika komvoi pasukan Belanda tiba di Kubu Alah - kesempatan baik dan ditempat yang strategis sekali, pada situasi yang tepatnya - komvoi tersebut diserang dengan granat dan karabon oleh Pasukan Teras. Penghadangan tersebut berhasil dimana beberapa anggota tubuh dari tentara Belanda seperti kaki berikut sepatu tentara tertinggal di tempat kejadian.
Semenjak itulah serangan Belanda ke Nageri Kamang beruntun, diserangnya dengan mortir dan dengan pasukan lengkap siang dan malam. Bahkan tentara Belanda sampai lari ke hutan/ rimba Bateh Jinih, masuk dari Solok keluar di Batu Baraguang. Walaupun demikian hebatnya serangan tentara Belanda ketika itu, namun seorang pun pimpinan Pemerintahan Militer/ Sipil dan dokumen Pemerintahan tidak ada yang didapati musuh.
Pada umumnya rumah-rumah penduduk dan surau di sakitar Jorong Guguk Rang Pisang, Binu, Solok, Bancah, Batu Baraguang dijadikan dan dipakai untuk keperluan Kantor-kantor Militer/ Pemerintah Kabupaten Agam. Untuk kepentingan pertahanan ini pulalah (pada perang kemerdekaan ini) dihancurkan Jembatan Guguak Rang Pisang, Binu, Solok dan Jambatan Tanah Panyurek.
Demikian Kamang pada perang kemerdekaan, menjadi ibu Kabupaten Militer Agam bentuk KA.RDPA nya sampai waktu pemulihan Kota Bukit Tinggi sebagai ibu kota Kabupaten Agam.
Selama perang Kemerdekaan ini tercatatlah hal-hal sebagai berikut:
Rumah yang dibakar Belanda:
- 1 buah Balai Adat/ Kantor Kepala Nagari Kamang
- 55 buah rumah penduduk
Penduduk yang gugur/ditangkap :
- 24 orang meninggal di Nagari Kamang
- 1 orang di tempat lain
- 2 orang yang ditangkap
- 5 orang dari Militer
- 6 orang dari Kesatuan Teras
Pada waktu kembalinya Pemerintahan Kabupaten Militer Agam ke Bukit Tinggi oleh Pemerintah/ Bupati Militer Agam bersama-sama dengan Komandan Komando Pertempuran Agam, yang selama Perang Kemerdekaan berkantor dan bermarkas di Kamang, dengan mengambil tempat di sawah subarang Solok, diadakan suatu upacara pertemuan perpisahan dengan penduduk Kamang, juga dihadiri oleh Komisi Tiga Negara (KTN).
Dalam upacara perpisahan tersebut secara tidak disadari oleh para pemimpin yang berkantor dan bermarkas di Kamang, begitupun rakyat banyak sama-sama meneteskan air mata masing-masing, terkenang dan ingat akan pergaulan antara pemimpin dengan yang dipimpin yang demikian akrabnya, sebagai seorang anak yang akan ditinggalkan oleh bapaknya, bagaikan dengan air.
Keharuan yang mendalam timbul dimasing-masing pihak, untuk berpisah, dimana pihak yang meninggalkan tempat peristirahatan akan melanjutkan tugas-tugas tegara dan tugas nasional demi kelanjutan perjuangan bangsa dan negara.
Suatu pertemuan dan perpisahan ketika itu yang tidak akan dapat dilupakan oleh penduduk Kamang begitupun oleh para engku-engku yang akan melanjutkan tugas nasional yang berat, sepanjang hayat dikandung badan.
__________________________________________________
Catatan Kaki:
[1] Agam Tuo atau dimasa Belanda dikenal dengan nama Oud Agam, Oud artinya Tua. Maksud Agam Tuo ini ialah sama dengan sebutan Agam Timur sekarang, minus Nagari Pandai Sikek yang telah dimasukkan ke dalam Kabupaten Tanah Data.
Komentar
Posting Komentar