Zaman Pergolakan Daerah
Yang dimaksudkan dengan Pergolakan Daerah disini ialah Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). PRRI dimaklumkan di Padang oleh Ahmad Husein yang dikenal dengan Maklumat 10 Februari. Hal ini menyebabkan Soekarno naik pitam dan memutuskan untuk melakukan agresi ke Sumatera Tengah.
Ketika Kota Bukit Tinggi jatuh ke tangan Tentara Pusat[1] maka para pemimpin PRRI yang ada di Bukit Tinggi hijrah ke Nagari Kamang. Nagari ini tidaklah asing bagi mereka sebab pada masa revolusi fisik[2] para pemimpin ini juga pernah ke Kamang. Bahkan Nagari Kamang ketika itu dijadikan sebagai ibu kota bagi Kabupaten Agam yang dimasa perang dikenal dengan nama Kabupaten Militer Agam dan bupatinya digelari Bupati Militer.
Perang yang berlaku dalam masa ini sesungguhnya ialah perang saudara, perang antara Orang Islam dengan orang Komunis yang Ateis. Kolonel Dahlan Djambek yang dicap oleh Pusat sebagai Kolonel Pembangkang merupakan salah satu pemimpin yang hijrah ke Kamang. Sebelum perang meletus beliau telah mendirikan sebuah organisasi yang dinamai dengan Gerakan Bersama Anti Komunis (GEBAK). Secara bathin kolonel yang satu ini memiliki ikatan dengan Nagari Kamang karena ayahandanya Syech M. Djamil Djambek pernah mengajar ke Kamang pasca Perang Kamang 1908. Bahkan sempat dibuatkan surau oleh Garang Dt. Palindih, mantan Lareh Kamang yang mengundang beliau ke Kamang.
Ketika itu semua orang Minangkabau melawan kepada Soekarno (pusat) yang tengah berasyik-masyuk dengan Komunis. Hanya orang-orang Komunis sajalah yang tidak ikut berperang di Minangkabau ini, sebab mereka Pengikut Pusat. Ketika Tentara Pusat datang menguasai nagari, dimana-mana di Minangkabau orang Komunis ini menjadi Tukang Tunjuak (Tukang Fitnah). Dimana sesiapapun yang ditunjuk oleh Komunis Minang ini maka sama artinya kematian mereka telah ditanda-tangani.
Para Komunis Minang Tukang Tunjuak ini memiliki organisasi pula, Organisasi Pemuda Rakyat (OPR) namanya. Tentara OPR inilah yang kemudian membunuh Kolonel Dahlan Djambek secara licik. Beliau dibunuh setelah dipancing untuk menyerah karena Soekarno memberikan pengampunan bagi yang menyerah. Mereka suka mendekat atau menjilat kepada Tentara Pusat, jelas mereka bukan orang Minang karena Orang Minang tidak bermentalkan Penjilat.
Tidak hanya para Komunis anggota OPR saja ini yang memberikan kesengsaraan di Alam Minangkabau ini. Pelaku utama ialah Tentara Komunis dari Jawa, sungguh dijajah selama 350 tahun oleh Belanda Kafir jauh lebih baik daripada di jajah oleh Komunis Coklat. Selama Belanda menjajah Tanah Minangkabau, belum pernah adanya tentara Belanda yang berani memperkosa perempuan Minangkabau. Hal ini karena mereka menghormati adat isitiada orang Melayu ini. Berlainan dengan masa pendudukan Komunis, sungguh ngeri dan tak patut untuk dipaparkan di sini.
Akibat main air basah, main api hangus/terbakar, maka selama pergolakan daerah itu, penduduk Kamang juga menerima resikonya, yaitu sekitar 25 orang meninggal dunia dan sekitar 15 buah rumah penduduk menjadi abu termasuk sebuah Masjid Dalam Koto.
Peristiwa G.30.S/PKI
Walaupun demikian menajamnya persaingan politik diantara para penganut ide-ide politik yang ada ketika itu, syukur Alhamdulillah di Nagari Kamang tidak ada kejadian-kejadian yang membawa perselisihan dan korban manusia, dan keamanan ketika itu cukup baik dan terkendalikan dikalangan masyarakat oleh dan dibawah pengawasan Pemerintah.
________________________________________
Catatan Kaki:
[1] Julukan ini masih melekat dalam memori orang Minangkabau hingga saat ini. Suatu julukan yang sangat dibenci dan diucap dengan rasa jijik.
[2] Yang dimaksudkan dengan Revolusi Fisik ialah Perang Merebut Kemerdekaan
Komentar
Posting Komentar